Babad Bali Kisah Gde Pasar Badung
Tersebutlah keturunan Gde Pasar badung
diangkat menjadi Bandesa di Desa Kayuan (Karangasem). Sebab itu ia disebut Bandesa
Kayuan. Entah berapa lama ia menjadi Bandesa di desa Kayuan, ia lalu
menurunkan du anak laki-perempuan yang bernama:
- Luh Kayuan
- De Kayuan.
Selagi jejaka, De Kayuan meninggal
dunia. Bandesa Kayuan sangat sedih hatinya, karena ditinggal oleh anaknya.
Jenazahnya sudah diupakarakan sebagai mana mestinya. Kemudian datanglah
brahmana Buddha dari pasraman dalam Wanakeling, Madura. Brahmana yang sedang
melakukan perjalanan dharma wisata itu bernama Danghyang Kanaka. Di
dalam perjalanannya keliling Bali, beliau sampai di desa Kayuan dan
beristirahat di depan rumah Bandesa Kayuan.
Ketika Bandesa Kayuan keluar rumah, ia
menjumpai Danghyang Kanaka. Danghyang Kanaka menjelaskan, bahwa beliau datang
ke sana di dalam perjalanannya berdharma wisata ingin mengetahui keadaan
sebenarnya. Danghyang Kanaka juga menjelaskan, Pulau Bali sangat terkenal
keindahannya.
Bandesa Kayuan lalu mempersilahkan
Danghyang Kanaka memasuki rumahnya. Bagi Danghyang Kanaka, rumah itu terasa
sunyi. Danghyang Kanaka lalu bertanya mengapa rumah Bandesa terasa sepi.
Danghyang Kanaka juga melihat Bandesa Kanaka memendam kesedihan. Bandesa Kayuan
lalu menjelaskan bahwa anaknya yang laki-laki meninggal dunia saat masih
jejaka. Yang masih hidup adalah anaknya yag perempuan saja. Yang juga
menyedihkan, Bandesa Kayuan sudah lanjut umur sehingga tidak mungkin lagi
menurunkan parati Santana. Danghyang Kanaka lalu bertanya apakah Bandesa Kayuan
menginginkan keturunan lagi. Bandesa kayuan menjawab ia. Oleh sebab itu, Luh
kayuan lalu dinikahkan dengan Danghyang Kanakaa. Mereka mengadakan upacara
perkawinan di rumah Bandesa kayuan.
Kemudian dari perkawinannya, lahir 2
orang anak laki-laki yang benama:
- Pangeran Mas, diserahkan kepada Bandesa Kayuan sebagai keturunanya.
- Pangeran Wanakeling, diajak kembali ke Wanakeling, Madura.
Sebelum berangkat, Danghyang Kanaka
berpesan kepada Bandesa Kayuan, supaya desa tersebut mulai saat itu diganti
namanya menjadi Desa Kayumas. Sedang pangeran Mas sudah menggantik
kedudukan menjadi Bandesa,bergelar Bandesa Kayumas. Lama-kelamaan
seketal Mpu Asthapaka (penganut agama Buddha) datang di Bali dan
bertemnpat tinggal di desa Kayumas, desa Kayumas kemudian diubah namanya
menjadi Desa Budakeling. Nama itu dijadikan sebagai kenang-kenangan
bahwa beliau berasal dari Keling yang memeluk Agama Buddha. Sekarang
Mpu Asthapaka disebut Brahamana Buddha.
Pada tahun Caka 1768(tahun 1846 M) yang
berkuasa di Pejeng adalah Cokorda Pinatih. Salah seorang putrinya
dipinang oleh I Dewa Manggis Dhirangki, Raja Gianyar. Namun pinanganya ditolak
Cokorda Pinatih, I Dewa Manggis Dhirangki menjadi sangat marah.
Panglima pasukan Gianyar I Gusti Ngurah
Jelantik XVIII mohon izin kepada Raja Gianyar untuk menggempur Pejeng.
Permohonan ini disetujui Raja Gianyar. Sebab itu I Gusti Ngurah Jelantik dengan
pasukan pilihannya mendatangi Pejeng dan melakukan penyerbuan. Akan tetapi
pihak lawan tidak melakukan perlawanan. Sebaliknya I Gusti Ngurah Jelantik
diterima dengan ramah oleh Cokorda Pinatih serta dipersilahkan masuk ke Puri
Pejeng. Dengan kejadian ini, I Gusti Ngurah Pejeng berpendapat bahwa sengketa
antara Pejeng dengan Gianyar tidak perlu diselesaikan dengan kekerasan.
Mengingat keramah-tamahan Cokorda Pinatih, sengketa ini dapat diselesaikan
melalui perundingan.
I Gusti Ngurah Jelantik dengan seluruh
pasukanya lalu tinggal di Puri Pejeng pada malam hari itu. Disana dibahas
tentang rencana perkawinan tersebut, untuk menghindari pertumpahan darah.
Tatkala hari mulai gelap, pasukan Belahbatuh sedang beristirahat. Namun
tiba-tiba pasukan Pejeng bersenjata lengkap mengurung Puri Pejeng. Sekeliling
Puri dibakar. Lalu I Gusti Ngurah Jelantik memerintahkan agar pasukannya
menerobos blockade pasukan Pejeng. Karena memakan waktu yang sangat lama,
pertempuran sampai di tengah sawah di sebelah selatan Pejeng. Adik I Gusti
Ngurah Pejeng gugur, dan akhirnya bantuan pasukan dari Gianyar tiba dibawah
pimpinan putra mahkota Gianyar.
Dengan tibanya Pasukan Gianyar, pasukan
Pejeng menyerah kalah setelah menderita kerugian, baik harta benda maupun jiwa.
Sedang Cokorda Pinatih menyelamatkan jiwanya di tengah hutan. Karen tidak tahan
bersembunyi di hutan, lalu ia menyerah dan Cokorda Pinatih dihukum selong ke
Nusa Penida. Sesudah pejeng kalah,saudaranya bernama Cokorda Oka penguasa di
desa Belusung ingin membalaskan dendam karena kekalahan adiknya. Begitu pula
Cokorda Rembang di Pejengaji Tegalalang menyatakan melepaskan diri dari
kekuasaan Gianyar. Rakyat Pejeng sebanyak 6oo orang melarikan diri dan memohon
perlindungan kepada Raja Bangli. Yang mohon perlindungan termasuk Pasek Gelgel
keturunan Bandesa Pejeng.
Adapun perbedaan jati diri atau sebutan
yang terdapat pada Pasek Gelgel keturunan I Gusti Pasek Gelgel di Banjar
Pegatepan desa Gelgel (Klungkung), yang tidak lain akibat perbedaan fungsi yang
dijabat, antara lain:
- Bandesa Manik mas yaitu Pasek Gelgel yang berhasil menyelamatkan harta kekayaan Dalem Gelgel di antaranya berupa perhiasan yang terdiri dari permata manik dan mas
- Pasek Pegambuhan yaitu Pasek Gelgel yang berwenang mengatur bidang kebudayaan dan kesenian. Kata gambuh diambil dari nama tarian gambuh yang sangat terkenal.
- Pasek Galengan yaitu Pasek Gelgel yang berwenang mengatur dan menentukan batas suatu wilayah. Kata galengan berasal dari kata galeng yang artinya batas.
- Pasek Bea yaitu Pesek Gelgel yang berwenang mengatur dan menentukan upacara atiwa-tiwa atau Pitra Yadnya atau Palebon. Upacara ini juga lazim disebut mbeanin dan kata bea diambil dari kata mbeanin
- Pasek Dawuh dan sering disebut Pasek Dawuhalang yaitu Pasek Gelgel yang berwenang menentukan dan nibakang dawuh atau dewasa (memberikan hari baik) untuk melakukan sesuatu.
Demikian antara lain keturunan I Gusti
Pasek Gelgel di Banjar Pegatepan Desa Gelgel (Klungkung), yang memakai berbagai
jati diri atau sebutan
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Babad bali Keturunan Pasek Penida
Adapun Pasek Dangka di Banjar
Penidakaja, Desa Tembuku, selanjutnya di sebut Pasek Penida, kemudian
menurunkan anak laki-laki yang bernama:
- Pasek Penida di Banjar Umbalan, Desa Yangapi,
- Pasek Penida di Banjar Metrakelod, Desa Yangapi,
- Pasek Penida di Banjar Penatahan, Desa Susut,
- Pasek Penida di Banjar Penyalian, Desa Kawan, Bangli,
- Pasek Penida di Banjar Kaleran, Desa Bungbungan,
- Pasek Penida di Banjar Muku, Desa Rendang, Karangasem.
Kemudian Pasek Penida di Banjar
Metrakelod, Desa Yangapi menurunkan anak laki-laki, yaitu
- Pasek Penida di Banjar Metrakelod, Desa Yangapi,
- Pasek Penida di Banjar Metratengah, Desa Yangapi,
- Pasek Penida di Banjar Kaja, Desa Kintamani, Bangli.
Selanjutnya Pasek penida di Banjar
Penyalian, Desa Kawan menurunkan seorang anak laki-laki yakni Pasek Penida di
Banjar Bujaga Ambengan, Desa Nongan, Karangasem,dan seterusnya Pasek penida di
Banjar Langsat, Desa Rendang, Karangasem.
Kemudian Pasek Penida di Banjar
Kaleran, Desa Bungbungan menurunkan tiga orang anak laki-laki, masing-masing
bernama:
- Pasek Penida di Banjar Bonakaja, Desa Belega,
- Pasek Penida di Banjar Abiansemal, Desa lottunduh,
- Pasek penida di banjar Gelumpang, Desa Sukawati, Gianyar,
Pasek Penida di Banjar Muku, Desa
Rendang menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek penida di banjar Pokas,
Desa Belahbatuh menurunkan Pasek Penida di Banjar Bon biyu, Desa Saba, Gianyar,
dan Pasek Penida di Banjar Muku, Desa Tuwed, Jembrana.
Demikian Keturunan Pasek Penida.
Demikian pulalah keturunan Mpu Dangka, yang memakai identitas atau sebutan
berbeda, anatar lain Pasek Gaduh, Pasek Ngukuhin, Pasek Dangka, Pasek Penida
dan lain sebagainya. Dengan selesai uraian dan keturunan Mpu Dangka ini,
berakhir pula lah Babad Pasek (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi)
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah
Kadangkan atau Pasek Kedangkan
Pada tahun saka 1272 Raja Majapahit
mengangkat Sri Kresna Kepakisan sebagai Adhipati Bali berkedudukan di Sampelangan.
Pada waktu itu De Pasek Lurah Kadangkan diangkat menjadi pimpinan
pasukan Dulangmangap oleh Adhipati Sempelengan Sri Kresna Kepakisan,
kemudian De Pasek Lurah Kadangkan menurunkan putra laki-laki, yaitu:
- Pasek Dangka di Banjar Dukuh, Desa Nyalian, Klungkung,
- Pasek Dangka di Banjar Penidakaja,
- Pasek Dangka di Banjar Kaler, Desa Selumbung,Karangasem,
- Pasek Dangka di Banjar Balerpasar, Desa Rendang Krangasem,
- Pasek Dangka di Banjar Batahbuah, Desa Kesiman, Badung.
Selanjutnya Pasek Dangka di Banjar
Dukuh, Desa Nyalian menurunkan tiga anak laki-laki, masing-masing bernama:
- Pasek Dangka di Banjar Lebah, Desa Keramas, Gianyar,
- Pasek Dangka di Banjar Kemulan, Desa Jagapati, Badung
- Pasek Dangka di Banjar Siladan, Desa Tamanbali, lalu menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Dangka di Banjar Sema, Desa Melinggih, Payangan, Gianyar.
Kemudian Pasek Dangka di Banjar
Balerpasar, Desa Rendang menurunkan seorang anak laki-laki yakni Pasek Dangka
di Banjar Sakih, Desa Guwang, Sukawati Gianyar.
Seterusnya Pasek Dangka di Banjar
Batanbuah, Desa Kesiman menurunkan anak laki-laki yang bernama:
- Pasek Dangka di Banjar Batanancak, Desa Padangsambian,
- Pasek Dangkan di Banjar Koripan, Desa Sedang, Badung
- Pasek Dangka di Banjar Buwitankalan, Desa Batubulan, Gianyar.
Pasek Dangka di Banjar Buwitankalan,
Desa Batubulan Menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Dangka di
Banjar Pagutan, Desa Padangsambian, Banjar Kung, Desa Dalung,
Badung. Selanjutnya menurunkan Jambe, Desa Kerobokan menurunkan dua anak
laki-laki yaitu:
- Pasek Dangka di Banjar Sengguhan, Desa Buduk,
- Pasek Dangka di Banjar Batuparas, Desa Padangsambian, Badung. Menurunkan seorang bernama Pasek Dangka di Banjar Paksabali, Desa Paksabali, Klungkung.
Seterusnya Pasek Dangka di Banjar Bangbangkaja,
Desa Bangbang menurunkan delapan anak laki-laki, masing-masing bernama:
- Pasek Dangka di Banjar Undisankelod, Desa Undisan,
- Pasek Dangka di Banjar Payuk, Desa Peninjoan,
- Pasek Dangka di Banjar Bangkiangside, Desa Bangbang,
- Pasek Dangka di Banjar Cepunggung, Desa Bangbang, Bangli,
- Pasek Dangka di Banjar Kaler, Desa Antiga, Karangasem,
- Pasek Dangka di Banjar Nyanglankaja, Desa Bangbang, Bangli,
- Pasek Dangka di Banjar Bendul, Desa Klungkung
- Pasek Dangka di Banjar Batuaging, Desa Beraban, Tabanan.
Selanjutnya Pasek Dangka di Banjar
Umbalan, Desa Yangapi, Bali, sedang Pasek Dangka di Banjar Payuk, Desa
Peninjoan menurunkan dua anak laki-laki, masing-masing bernama Pasek Dangka di
Banjar Delungdungan, Desa Ban, Karangasem, kemudian Pasek Dangka di Banlar
Delundungan, Desa Ban menurunkan Pasek Dangka di Banjar Sukun Basangsalas, Desa
Tista, Karangasem,kemudian Pasek Dangka, di Banjar Batugiang, Desa Seraban
menurunkan Pasek Dangka di Banjar Selisingkaja, Desa Pangkungkarung, Tabanan
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Babad
Bali Keturunan De Pasek Lurah Kadangkan atau Pasek Kedangkan
Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah
Kadangkan atau Pasek Kedangkan
Pada tahun saka 1272 Raja Majapahit
mengangkat Sri Kresna Kepakisan sebagai Adhipati Bali berkedudukan di Sampelangan.
Pada waktu itu De Pasek Lurah Kadangkan diangkat menjadi pimpinan
pasukan Dulangmangap oleh Adhipati Sempelengan Sri Kresna Kepakisan,
kemudian De Pasek Lurah Kadangkan menurunkan putra laki-laki, yaitu:
- Pasek Dangka di Banjar Dukuh, Desa Nyalian, Klungkung,
- Pasek Dangka di Banjar Penidakaja,
- Pasek Dangka di Banjar Kaler, Desa Selumbung,Karangasem,
- Pasek Dangka di Banjar Balerpasar, Desa Rendang Krangasem,
- Pasek Dangka di Banjar Batahbuah, Desa Kesiman, Badung.
Selanjutnya Pasek Dangka di Banjar
Dukuh, Desa Nyalian menurunkan tiga anak laki-laki, masing-masing bernama:
- Pasek Dangka di Banjar Lebah, Desa Keramas, Gianyar,
- Pasek Dangka di Banjar Kemulan, Desa Jagapati, Badung
- Pasek Dangka di Banjar Siladan, Desa Tamanbali, lalu menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Dangka di Banjar Sema, Desa Melinggih, Payangan, Gianyar.
Kemudian Pasek Dangka di Banjar
Balerpasar, Desa Rendang menurunkan seorang anak laki-laki yakni Pasek Dangka
di Banjar Sakih, Desa Guwang, Sukawati Gianyar.
Seterusnya Pasek Dangka di Banjar
Batanbuah, Desa Kesiman menurunkan anak laki-laki yang bernama:
- Pasek Dangka di Banjar Batanancak, Desa Padangsambian,
- Pasek Dangkan di Banjar Koripan, Desa Sedang, Badung
- Pasek Dangka di Banjar Buwitankalan, Desa Batubulan, Gianyar.
Pasek Dangka di Banjar Buwitankalan,
Desa Batubulan Menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Dangka di
Banjar Pagutan, Desa Padangsambian, Banjar Kung, Desa Dalung,
Badung. Selanjutnya menurunkan Jambe, Desa Kerobokan menurunkan dua anak
laki-laki yaitu:
- Pasek Dangka di Banjar Sengguhan, Desa Buduk,
- Pasek Dangka di Banjar Batuparas, Desa Padangsambian, Badung. Menurunkan seorang bernama Pasek Dangka di Banjar Paksabali, Desa Paksabali, Klungkung.
Seterusnya Pasek Dangka di Banjar Bangbangkaja,
Desa Bangbang menurunkan delapan anak laki-laki, masing-masing bernama:
- Pasek Dangka di Banjar Undisankelod, Desa Undisan,
- Pasek Dangka di Banjar Payuk, Desa Peninjoan,
- Pasek Dangka di Banjar Bangkiangside, Desa Bangbang,
- Pasek Dangka di Banjar Cepunggung, Desa Bangbang, Bangli,
- Pasek Dangka di Banjar Kaler, Desa Antiga, Karangasem,
- Pasek Dangka di Banjar Nyanglankaja, Desa Bangbang, Bangli,
- Pasek Dangka di Banjar Bendul, Desa Klungkung
- Pasek Dangka di Banjar Batuaging, Desa Beraban, Tabanan.
Selanjutnya Pasek Dangka di Banjar
Umbalan, Desa Yangapi, Bali, sedang Pasek Dangka di Banjar Payuk, Desa
Peninjoan menurunkan dua anak laki-laki, masing-masing bernama Pasek Dangka di
Banjar Delungdungan, Desa Ban, Karangasem, kemudian Pasek Dangka di Banlar
Delundungan, Desa Ban menurunkan Pasek Dangka di Banjar Sukun Basangsalas, Desa
Tista, Karangasem,kemudian Pasek Dangka, di Banjar Batugiang, Desa Seraban
menurunkan Pasek Dangka di Banjar Selisingkaja, Desa Pangkungkarung, Tabanan
Babad
Bali Keturunan De Pasek Lurah Ngukuhin
Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah
Ngukuhin
Tentang De Pasek Lurah Ngukuhin di
Banjar Pengukuh Peraupan, Desa Peguyangan, Badung, kemudian pindah ke Banjar
Maospahit, Desa Keramas, Gianyar, ia lalu menurunkan putra,yang masing-masing
bernama:
- Pasek Ngukuhin di Banjar Maospahit, Desa Keramas, Gianyar,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Desa, Desa Angantaka,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Tengah, Desa Buduk,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Gamonganisin, Desa Silamadeg, Tababnan.
Kemudian Pasek Ngukuhin di Banjar
Maospahit, Desa Keramas menurunkan anak laki-laki. Yang sulung bernama:
- Pasek Ngukuhin di Banjar Kanginan, Desa Tejakula, Buleleng,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Bucu, Desa Bungbungan, Klungkung,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Tangsub, Desa Celuk, Gianyar,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Belah Tanah, Desa Batuan,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Kebon, Desa Belahbatuh,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Bonakangin, desa Belaga, Gianyar.
Adapun Pasek Ngukuhin di Banjar Apuan
sangsi, Desa Singapadu menurunkan dua anak laki-laki. Yang tertua bernama:
- Pasek Ngukuhim di Banjar Pekeh Pulugambang, Desa Peguyangan, Badung,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Danginjalan,Desa Gowang, Gianyar.
Kemudian Pasek Ngukuhin di Banjar
Danginjalan,Desa Guwang Sukawati menurunkan seorang anak laki-laki bernama
Pasek Ngukuhin di Banjar Dangin jalan, Desa Guwang, Gianyar.
Kemudian Pasek Ngukuhin di Banjar
selat, Desa Buahan, Payangan, Gianyar, dan Pasek Ngukuhin di Banjar Tangsub,
Desa Celuk menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Ngukuhin di Banjar
Dalem, Desa Angantaka, Badung.
Seterusnya Pasek Ngukuhin di Banjar
tengah, Desa Buduk menurunkan anak laki-laki, masing-masing bernama Pasek
Ngukuhin di Banjar Cekik, Desa Berengbeng, Tabanan.
Sedang pasek Ngukuhin di Banjar
Anggunganggde, Desa Sempidi lalu menurunkan seorang anak laki-laki bernama
Pasek Ngukuhin di Banjar Yeh Gangga, Gamongansingin, Desa Silamadeg menurunkan
dua orang anak laki-laki yakni Pasek Ngukuhin di Banjar Bebali, Desa Mendoyo
Dangintukad, Jembrana.
Selanjtnya Pasek Ngukuhin di Banjar
Maospati, Desa Keramas menurunkan tiga anak laki-laki, yaitu:
- Pasek Ngukuhin di Desa Bangli, Pasek Ngukuhin di Desa Pemulih,
- Pasek Ngukuhin di Desa Sukawana, Bangli,
- Pasek Ngukuhin di beberapa Desa lainnya.
Keturunan De Pasek Lurah Kadangkan
Adapun De Pasek Lurah Kadangkan di Banjar Kawan, Desa Selisihan, Klungkung,
pada hari senin Umanis, Wuku Sungsang, sasih Karo, tahun saka 1257 diangkat
Amancabhumi oleh raja bali Sri Gajah Waktra, dengan menguasai Desa Selisihan
dan sekitarnya, Desa Banjarangkan, Klungkung dan sekitarnya
Babad
Bali Keturunan De Pasek Lurah Ngukuhin
Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah
Ngukuhin
Tentang De Pasek Lurah Ngukuhin di
Banjar Pengukuh Peraupan, Desa Peguyangan, Badung, kemudian pindah ke Banjar Maospahit,
Desa Keramas, Gianyar, ia lalu menurunkan putra,yang masing-masing bernama:
- Pasek Ngukuhin di Banjar Maospahit, Desa Keramas, Gianyar,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Desa, Desa Angantaka,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Tengah, Desa Buduk,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Gamonganisin, Desa Silamadeg, Tababnan.
Kemudian Pasek Ngukuhin di Banjar
Maospahit, Desa Keramas menurunkan anak laki-laki. Yang sulung bernama:
- Pasek Ngukuhin di Banjar Kanginan, Desa Tejakula, Buleleng,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Bucu, Desa Bungbungan, Klungkung,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Tangsub, Desa Celuk, Gianyar,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Belah Tanah, Desa Batuan,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Kebon, Desa Belahbatuh,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Bonakangin, desa Belaga, Gianyar.
Adapun Pasek Ngukuhin di Banjar Apuan
sangsi, Desa Singapadu menurunkan dua anak laki-laki. Yang tertua bernama:
- Pasek Ngukuhim di Banjar Pekeh Pulugambang, Desa Peguyangan, Badung,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Danginjalan,Desa Gowang, Gianyar.
Kemudian Pasek Ngukuhin di Banjar
Danginjalan,Desa Guwang Sukawati menurunkan seorang anak laki-laki bernama
Pasek Ngukuhin di Banjar Dangin jalan, Desa Guwang, Gianyar.
Kemudian Pasek Ngukuhin di Banjar
selat, Desa Buahan, Payangan, Gianyar, dan Pasek Ngukuhin di Banjar Tangsub,
Desa Celuk menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Ngukuhin di Banjar
Dalem, Desa Angantaka, Badung.
Seterusnya Pasek Ngukuhin di Banjar
tengah, Desa Buduk menurunkan anak laki-laki, masing-masing bernama Pasek
Ngukuhin di Banjar Cekik, Desa Berengbeng, Tabanan.
Sedang pasek Ngukuhin di Banjar
Anggunganggde, Desa Sempidi lalu menurunkan seorang anak laki-laki bernama
Pasek Ngukuhin di Banjar Yeh Gangga, Gamongansingin, Desa Silamadeg menurunkan
dua orang anak laki-laki yakni Pasek Ngukuhin di Banjar Bebali, Desa Mendoyo
Dangintukad, Jembrana.
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah
Ngukuhin
Tentang De Pasek Lurah Ngukuhin di
Banjar Pengukuh Peraupan, Desa Peguyangan, Badung, kemudian pindah ke Banjar
Maospahit, Desa Keramas, Gianyar, ia lalu menurunkan putra,yang masing-masing
bernama:
- Pasek Ngukuhin di Banjar Maospahit, Desa Keramas, Gianyar,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Desa, Desa Angantaka,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Tengah, Desa Buduk,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Gamonganisin, Desa Silamadeg, Tababnan.
Kemudian Pasek Ngukuhin di Banjar
Maospahit, Desa Keramas menurunkan anak laki-laki. Yang sulung bernama:
- Pasek Ngukuhin di Banjar Kanginan, Desa Tejakula, Buleleng,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Bucu, Desa Bungbungan, Klungkung,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Tangsub, Desa Celuk, Gianyar,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Belah Tanah, Desa Batuan,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Kebon, Desa Belahbatuh,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Bonakangin, desa Belaga, Gianyar.
Adapun Pasek Ngukuhin di Banjar Apuan
sangsi, Desa Singapadu menurunkan dua anak laki-laki. Yang tertua bernama:
- Pasek Ngukuhim di Banjar Pekeh Pulugambang, Desa Peguyangan, Badung,
- Pasek Ngukuhin di Banjar Danginjalan,Desa Gowang, Gianyar.
Kemudian Pasek Ngukuhin di Banjar
Danginjalan,Desa Guwang Sukawati menurunkan seorang anak laki-laki bernama
Pasek Ngukuhin di Banjar Dangin jalan, Desa Guwang, Gianyar.
Kemudian Pasek Ngukuhin di Banjar
selat, Desa Buahan, Payangan, Gianyar, dan Pasek Ngukuhin di Banjar Tangsub,
Desa Celuk menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Ngukuhin di Banjar
Dalem, Desa Angantaka, Badung.
Seterusnya Pasek Ngukuhin di Banjar
tengah, Desa Buduk menurunkan anak laki-laki, masing-masing bernama Pasek
Ngukuhin di Banjar Cekik, Desa Berengbeng, Tabanan.
Sedang pasek Ngukuhin di Banjar
Anggunganggde, Desa Sempidi lalu menurunkan seorang anak laki-laki bernama
Pasek Ngukuhin di Banjar Yeh Gangga, Gamongansingin, Desa Silamadeg menurunkan
dua orang anak laki-laki yakni Pasek Ngukuhin di Banjar Bebali, Desa Mendoyo
Dangintukad, Jembrana.
Selanjtnya Pasek Ngukuhin di Banjar
Maospati, Desa Keramas menurunkan tiga anak laki-laki, yaitu:
- Pasek Ngukuhin di Desa Bangli, Pasek Ngukuhin di Desa Pemulih,
- Pasek Ngukuhin di Desa Sukawana, Bangli,
- Pasek Ngukuhin di beberapa Desa lainnya.
Keturunan De Pasek Lurah Kadangkan
Adapun De Pasek Lurah Kadangkan di Banjar Kawan, Desa Selisihan, Klungkung,
pada hari senin Umanis, Wuku Sungsang, sasih Karo, tahun saka 1257 diangkat
Amancabhumi oleh raja bali Sri Gajah Waktra, dengan menguasai Desa Selisihan
dan sekitarnya, Desa Banjarangkan, Klungkung dan sekitarnya.
Selanjtnya Pasek Ngukuhin di Banjar
Maospati, Desa Keramas menurunkan tiga anak laki-laki, yaitu:
- Pasek Ngukuhin di Desa Bangli, Pasek Ngukuhin di Desa Pemulih,
- Pasek Ngukuhin di Desa Sukawana, Bangli,
Pasek Ngukuhin di beberapa Desa lainnya. i
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah
Gaduh atau Pasek Gaduh
Adapun De Pasek Lurah Gaduh di Banjar
Peminggir, Desa Gelgel menurunkan anak laki-laki yang bernama:
- Pasek Gasuh di Banjar Peminggir, Desa Gelgel, Klungkung.
- Pasek Gaduh di Banjar Watugiling, Desa Kukuh, Karangasem.
- Pasek Gaduh di Banjar Pucangan, Desa Kayubini.
Pasukan Bangli mengalami kekalahan,
menyebabkan orang-orang Banjar Pucangan, Desa Kayubini menjadi kacau dan
ketakutan serta melarikan diri termasuk Pasek Gaduh. Akhirnya mereka sampai di
Desa Selisihan, Klungkung. Di sana mereka diterima oleh pemimpin Desa Selisihan
yaitu Pasek Dangka yang berasal dari satu leluhur. Mereka kemudian diberi tanah
untuk tempat tinggalnya di desa Selisihan.
Oleh karena Banjar Pucangan, Desa
Kayubini sudah dihancurkan oleh pasukan Buleleng, maka mereka tidak lagi
kembali ke Banjar Pucangan, Desa Kayubini, Bangli, melainkan tetap tinggal di
Banjar Kanginan, Desa Selisihan, Klungkung.
Kemudian Pasek Gaduh menurunkan dua
orang anak, yaitu
- Pasek Gaduh di Banjar Belimbing, Desa Tusan, Klungkung
- Pasek Gaduh di Banjar Belimding, di desa Tusan
Pasek Gaduh di Banjar
Belimding menurunkan tiga orang anak, masing-masing bernama:
- Pasek Gaduh di Banjar Latangidung, Desa Batuan,
- Pasek gaduh di Bnajar Medahankangin, Desa Keramas
- Pasek Gaduh di Banjar Abasan, Desa Singapadu, Gianyar.
Sedang Pasek Gaduh di Banjar
Medangkangin, desa Keramas menurunkan seorang anak bernama Pasek Gaduh di
Banjar Duhurkaja, Desa Lebih, Gianyar. dan menurunkan seorang anak yakni:
- Pasek Gaduh di Banjar Lebih, Desa Asahduren, Jembrana,
- Pasek Gaduh di Banjar Temesi,Desa Sidan menurunkan seorang anak bernama Pasek gaduh di Banjar Kaliakah, Desa Kaliakah, Jembrana.
Kemudian Pasek Gaduh di Banjar
Wangsilan, Desa Tangkup menurunkan seorang anak yakni Pasek Gaduh di Banjar
Tenggang, Desa Seraya, Karangasem.
Seterusnya Pasek Gaduh di Banjar Lebah,
Desa Keramas menurunkan empat orang anak, masing-masing:
- Pasek Gaduh di Banjar Kapit, Desa Nyalian, Klungkung,
- Pasek Gaduh di Banjar Laud, Desa Belahbatuh, Gianyar,
- Pasek Gaduh di Banjar Kawan, Desa Bakas, Klungkung
- Pasek Gaduh di Banjar Dawuhtangluk, Desa Kesiman, Badung.
Kemudian Pasek Gaduh di Banjar Tengah,
Desa Belahbatuh menurunkan empat orang anak, yaitu
- Pasek Gaduh di Banjar Kawan, Desa Tejakula, Buleleng,
- Pasek Gaduh di Banjar Gaduh, Desa Sesetan,
- Pasek Gasuh di Banjar Pengabetan, Desa Kuta, Badung
- Pasek Gaduh di Banjar Guliangkawan, Desa Bunutin, Bangli.
Selanjutnya Pasek Gaduh di Banjar
Pengabetan, desa kuta menurunkan orang anak laki-laki yakni
- Pasek Gaduh di Banjar Ubung, Desa Jimbaran
- Pasek Gaduh di Banjar Tinyeb, Banjar Undisan Kelod, Desa Undisan, Bangli,
- Pasek Gaduh di Banjar Asakkangin, Desa Bugbug ,
- Pasek Gaduh di Banjar Pemuhunan, Desa Muncan,
- Pasek Gaduh di Banjar Sengkidu, Desa Nyuhtebel,
- Pasek Gaduh di Banjar Kaja, Desa Ngis, Karangasem,
- Pasek Gaduh di Banjar Semitapande, Desa Suwat, Gianyar.
Adapun Pasek Gaduh di Banjar
Wangayakelod, Desa Dawuhpuri menurunkan empat orang anak, bernama
- Pasek Gaduh di Banjar Sema, Desa Sumerta, Badung,
- Pasek Gaduh di Banjar Dawuh pangkung, Desa Kelating,
- Pasek Gaduh di Banjar Gerokgakde, Desa Dawupeken, Tabanan
- Pasek Gaduh di Banjar Batubeneng, Desa Canggu, Badung.
Selanjutnya Pasek Gaduh di Banjar Sema
, Desa Sumerta, Badung. menurunkan Pasek Gaduh di Banjar Ketapian, Desa Sumerta
menurunkan seorang anak yaitu Pasek Gaduh di Banjar Benohkaja, Desa Ubung,
Badung.
Kemudian Pasek Gaduh di Banjar
Dawuhpakung, Desa Kelating menurunkan anak yaitu
- Pasek Gaduh di Banjar Pasu, Desa Tibubiyu,
- Pasek Gaduh di Banjar Langlanglinggah, Desa lalalinggah, Tabanan,
- Pasek Gaduh di Banjar Baleagung, Desa Yehkuning,
- Pasek Gaduh di Banjar Tengah, Desa Yehkuning,
- Pasek Gaduh di Banjar Beratan, Desa Yehkuning, Jembrana.
Selanjutnya Pasek Gaduh di Banjar Pasut
Tibubiyu menurnkan seorang anak bernama Pasek Gaduh di Banjar Selabih
Pangkungkuning, Desa langlanglingah, Tabanan.
Selanjutnya Pasek Gaduh di Banjar
Gerokgakde, Desa Delodpeken menurunkan dua orang anak, masing-masing:
- Pasek Gaduh di Banjar Karyasari, Desa Belimbing,
- Pasek Gaduh di Banjar Selingsingkelod, Desa Pakungkarung, Tabanan.
Dan Pasek Gaduh di Banjar Tibubeneng,
Desa Canggu menurunkan dua anak yakni
- Pasek Gaduh di Banjar Bualu, Desa Bualu,
- Pasek Gaduh di Banjar Muncan, Desa Kapal
Pasek Gaduh di Banjar
Muncan menurunkan dua orang anak yakni Pasek Gadung di Banjar
Danginpangkung, Desa Antasari, Tabanan.
Kemudian Pasek Gaduh di Banjar Dangin
pangkung, Desa Antasari menurunkan seorang anak bernama
- Pasek Gaduh di Banjar Anyar, Desa Penyaringan Jembrana.
- Pasek Gaduh di Banjar Gaduh, Desa Dalung, Badung,
- Pasek Gaduh di Banjar Pemedilan, Desa Dawuharu, Jembrana,
- Pasek Gaduh di Banjar Pamedilan, Desa Kapal,
- Pasek Gaduh di Banjar Seguhan, Desa Buduk,
- Pasek Gaduh di Banjar Gemeh, Desa Dawuhpuri, Badung.
Seterusnya Pasek Gaduh di Banjar Tegeh,
Desa Dalung menurunkan anak laki-laki, yakni:
- Pasek Gaduh di Banjar Asem, Desa Sinabun, Buleleng,
- Pasek Gaduh di Banjar Kaja, Desa Antap,
- Pasek Gaduh, di Banjar Kaja, Desa Buwit, Tabanan.
Pasek Gaduh di Banjar Asem, Desa
Sinabun menurunkan seorang anak laki-laki yaitu Pasek Gaduh di Banjar
Pongending, Desa Pitra, Tabanan.
Dan Pasek Gaduh di Banjar Kaja, Desa
Antap lalu menurunkan orang anak laki-laki, masing-masing bernama:
- Pasek Gaduh di Banjar Dajanjalan, Desa Banjarasem, Buleleng,
- Pasek Gaduh di Banjar Baluk, Desa Baluk, Jembranan,
- Pasek Galuh di Banjar di Banjar Tengah, Desa Bajra.
Selanjutnya Pasek Gaduh di Banjar
Tengah, Desa Bajra menurunkan tiga orang anak laki-laki yaitu:
- Pasek Gaduh di Banjar Mundukpaku, Desa Sanganan,
- Pasek Gaduh di Banjar Mengesta, Desa Mengesta, Tabanan.
- Pasek Gaduh di Banjar kaja, Desa Buwit menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Gaduh di Banjar Datengan Tunbakbayuh, Desa Buduk Badung.
Kemudian Pasek Gaduh di Banjar
Abianbase, Desa Kapal menurunkan anak laki-laki yang bernama:
- Pasek Gaduh di Banjar Keraman, Desa Abiansemal, Badung,
- Pasek Gaduh di Banjar Pasekan, Desa Abiantuwung, Tabanan,
- Pasek Gaduh di Banjar Lukluk Tengah, Desa Sempidi, Badung.
- Pasek Gaduh di Banjar Sengguhan,
- Pasek Gaduh di Banjar Dajanpeken, Desa Mengwitani, Badung,
- Pasek Gaduh di Banjar Batanduren, Desa Cepaka,
- Pasek Gaduh di Banjar Kelod, Desa Tibibiyu, Tabanan,
- Pasek Gaduh di Banjar Pemedilan, Desa Dawuharu,
- Pasek Gaduh di Banjar Kebon, Desa Baleragung, Negara,
- Pasek Gaduh di Banjar Mundukkaja, Desa Kaliakah, Jembrana,
- Pasek Gaduh di Banjar Gaduh, Desa Kaba-kaba,
- Pasek Gaduh di Banjar Bongan, Desa tangguniti,
- Pasek Gaduh di Banjar lesungbata, Desa Loloantimur, Jembrana.
Sedang Pasek Gaduh di Banjar
Dajanpeken, Desa Mengwitani menurunkan dua orang anak laki-laki, masing-masing
bernama:
- Pasek Gaduh di Banjar Pengiasan, Desa Dawuhpuri,
- Pasek Gaduh di Banjar Kelod, Desa Tibubiyu menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Gaduh di Banjar Tegeh, Desa Gadungan, Tabanan.
Selanjutnya Pasek Gaduh di Banjar
Pemedilan, Desa Dawuhwaru menurunkan anak laki-laki, yakni
- Pasek Gaduh di Banjar Balukdua, Desa Baluk,
- Pasek Gaduh di Banjar Balertukad, Desa Pendem,
- Pasek Gaduh di Banjar Sebual, Desa Dangintukadaya,
- Pasek Gaduh di Banjar Dangintukadaya, Desa Tukadaya.
Pasek Gaduh di Banjar Gaduh, Desa
Kabakaba menurunkan tujuh orang laki-laki, masing-masing bernama
- Pasek Gaduh di Banjar Mandul, Desa luwus, Tabanan.
- Pasek Gaduh di Banjar Pengiasan, Desa Mengwi, Badung,
- Pasek Gaduh di Banjar Tegeha, Desa Tegeha, Buleleng,
- Pasek Gaduh di Banjar Pande, Desa Kediri,
- Pasek Gaduh di Banjar Bandung, Desa
- Pasek Gaduh di Banjar Seronggabucu, Desa Pang Kungkarung, Tabanan.
- Pasek gaduh di Banjar Tengah, Desa Kukuh, Marga
Dan Pasek gaduh di Banjar Tengah, Desa
Kukuh, lalu menurunkan Pasek Gaduh di Banjar pohgending, Desa Pitra,
Tabanan,
sedang Pasek Gaduh di Banjar Gemeh,
Desa Dawuhpuri menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Gaduh di Banjar
Peninjoan, Desa Batuan Daerah Gianyar.
Kemudian Pasek Gaduh di Banjar
Lesungbata, Desa Loloantimur menurunkan seorang anak laki-laki yaitu Pasek
Gaduh di Banjar Puseh, Desa Tuwed lalu menurunkan seorang anak laki-laki yaitu
Pasek Gaduh di Banjar Mekarsari, Desa Manistutu, Daerah Jembrana.
Selanjutnya Pasek Meranggi, Desa
Kesiman menurunkan anak laki-laki masing-masing bernama:
- Pasek Gaduh di Banjar Desa, Desa Angantaka, Badung,
- Pasek Gaduh di Banjar Hulun Desa, Desa Beramban, Tabanan,
Pasek Gaduh di Banjar Hulun desa, Desa
Beraban menurunkan dua anak laki-laki, yakni
- Pasek Gaduh di Banjar Batuajikawan, Desa Sembunggede,
- Pasek Gaduh di Banjar Tegal, Desa Nyitdah, Tabanan
Keturunan De Pasek Lurah Kadangkan
Adapun De Pasek Lurah Kadangkan di Banjar Kawan, Desa Selisihan, Klungkung,
pada hari senin Umanis, Wuku Sungsang, sasih Karo, tahun saka 1257 diangkat
Amancabhumi oleh raja bali Sri Gajah Waktra, dengan menguasai Desa Selisihan
dan sekitarnya, Desa Banjarangkan, Klungkung dan sekitarnya
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Babad
Bali Keturunan Mpu Dangka
Mpu Dangka adalah putra Bungsu dari
Bhatara Mpu Gni Jaya dan bertempat tinggal di Kerajaan Daha, Jawa Timur, lalu
kawin dengan putrinya Mpu Sumedang. Dari Perkawinannya itu, beliau berputra
seorang anak laki-laki yang sesudah pudgala bergelar Mpu Wiradangkya.
Kemudian Mpu Wiradangkya kawin dengan
Ni Dewi Sukerti, menurunkan tiga orang puta laki-perempuan yang bernama:
- Sang Wira Dangka,
- Ni Ayu Dangki,
- Ni Ayu Dangka.
Mereka tinggal di Kerajaan Daha, Jawa
Timur.
Selanjutnya sang Wira dangka kawin
dengan Ni Ayu Kamareka lalu pindah ke Bali dan akhirnya menurunkan tiga orang
putra laki-laki. Masing-masing bernama:
- De Pasek Lurah Gaduh di Banjar Peminggir, Desa Gelgel, Klungkung,
- De Pasek Lurah ngukuhin di Banjar Pengukuh Peraupan, Desa Peguyangan, Badung,
- De Pasek Lurah Kadangkan di Banjar Kawan, Desa Selisihan Klungkung.
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Babad Bali Keturunan De Pasek Lurah
Salahin
Adapun De Pasek Lurah salahin di Banjar
Kaja, Desa Suwat, Daerah Gianyar, lalu pindah ke Banjar Kaler, Desa Tojan,
daerah Klungkung kemudian menurunkan lima orang anak laki-laki:
- Pasek Salahin di Banjar Kaler, Desa Tojan, Daerah Klungkung,
- Pasek Salahin di Banjar Tampuagan, Desa Peninjoan Daerah Bangli,
- Pasek Salahin di Banjar Mertesari,
- Pasek Salahin di Banjar Keseh.
- Pasek Salahin di Banjar Kaja, Desa Simpar, Daerah Karangasem,
Pasek Salahin di Banjar Kaja, Desa
Simpar kemudian menduduki jabatan Bandesa lalu disebut Bandesa Simpar.
menurunkan:
- Pasek Salahin di Banjar Kebung, Desa Sidemen,
- Pasek Salahin di Banjar Yangapi, Desa Yangapi, Bangli,
- Pasek Salahin di Banjar Gantas kanginan, Desa Buruan,
- Pasek Salahin di Banjar Bonakaja, Desa Belega, Daerah Gianyar.
Seterusnya Pasek Salahin di Banjar
Kaja, Desa Simpar yang bergelar Bandesa Simpar menurunkan danak laki-laki,
yaitu:
- Pasek Salahin di Banjar Kaja, Desa Abang,
- Pasek Salahin di Banjar Tulamben Desa Kubu, Karangasem.
- Pasek Salahin di Banjar dan Desa Kubu,
- Pasek Salahin di Banjar Lebah, Desa Datah,
- Pasek Salahin di Banjar Biaslantang, Desa Culik,
- Pasek Salahin di Banjar Kanginan, Desa Selembuna, daerah Karangasem,
- Pasek Salahin di Banjar Dauhuma, Desa Bitera, Gianyar,
- Pasek Salahin di Banjar Kajakangin, Desa Bondalem,
- Pasek Salahin di Banjar Tengah, Desa Bondalem Buleleng.
- Pasek Salahin di Banjar Kajanan, Desa Ngis, Daerah Karangasem.
Pasek Salahin di Banjar Dauhuma, Desa
Bitera menurunkan enam orang anak laki-laki
Adapun Pasek Salahin di Banjar
Delodpeken desa Keramas menurunkan dua orang anak laki-laki, yang tertua
bernama:
- Pasek Salahin di Banjar Perangsada, Desa Pering,
- Pasek Salahin di Banjar Tojan Tengah, Desa Pering, Gianyar.
Selanjutnya Pasek Salahin di Banjar
Abian Nangka, Desa Kesiman menerunkan Pasek Salahin di Banjar Peken.
Kemudian Pasek Salahin yang disebut Bandesa
Simpar di Banjar Kaja, Desa Simpar menurunkan Pasek Salahin di Banjar
Sawah, Desa Siangan, Daerah Gianyar seterusnya disana ia berfungsi
selaku Kubayan, tetapi bukan Pasek kubayan. Demikianlah keturunan
De Pasek Lurah Salahin, yang karena tugasnya lalu menjadi jati diri atau
sebutan Bandesa Paseki Salahin, kubayan dan lain-lainnya.
Mpu Gnijaya di Jawa Berputra 7 orang
laki-laki dan sesudah pudgala (dwijati) masing-masing bergelar:
- Mpu Ketek ,
- Mpu Kananda ,
- Mpu Wiradnyana,
- Mpu Withadarma ,
- Mpu Ragarunting ,
- Mpu Prateka,
- Mpu Dangka
kesemuanya berparahyangan di kuntuliku,
Jawa Timur. Mereka dikenal dengan sebutan Sang Sapta Rsi alias Sang
Sapta Panditha, selanjutnya menurunkan warga pasek Sapta Rsi pada
kesempatan yang diungkap dan diuraikan secara singkat dan pada garis besarnya
mengenai asal usul Pasek Gelgel seperti yang dijelaskan sebagai berikut :
- yang dimaksud Pasek Gelgel ialah keturunan Kyai Gusti Agung Pasek Gelgel mantan raja Bali tahun saka 1265 – 1342 dan Kyai Gusti Agung Pasek Gelgel adalah salah seorang keturunan Mpu Withadharma adapun Pasek Gelgel sekarang menyungsung merajan Agung atau Dadya Agung di desa Songan kecamatan kintamani (bangli).
- dengan demikian dapat dipahami bahwa seluruh warga pasek (maha gotra pasek sanak Sapta Rsi) adalah berkerabat karena leluhurnya adalah sang Sapta Rsi atau Sang Sapta Pandita. Peristiwa atau kejadian ini mempunyai latar belakang atau factor penyebab berbeda satu dengan yang lainnya yang kadang-kadang sangat bervariasi dan tidak dapat disebutkan satu persatu begitu juga mengenai keberadaan Pasek Gelgel yang terdapat di desa Keramas.
Keturunan I Gusti Pasek Gelgel di
Banjar Pegatepan Desa Gelgel, kecamatan dan kabupaten Klungkung, memakai
identitas bermacam-macam. Misalnya yang bertempat tinggal di desa Depaha,
kecamatan kubutambahan, kabupaten buleleng menyebut diri Pasek Depaha. Begitu
juga yang bertempat tinggal di desa Gobleg, kecamatan banjar , kabupaten
Buleleng, menyebut diri Pasek Gobleg dan kadang-kadang tidak memakai sebutan
Pasek Gelgel Gobleg. Untuk lebih jelasnya mengenai asal usul pasek Gobleg dapat
diungkap dan diuraikan sebagai berikut :
tidak mungkin diungkap dan diuraikan
secara mendetail asal usul Pasek Gobleg tersebut, mengingat terbatasnya ruangan
rubrik babad ini. Namun secara singkat dan padat garis besarnya dapat
diuraikan, bahwa mereka yang menyebut diri Pasek Gobleg adalah Pasek Gelgel
yang bertempat tinggal desa Gobleg, kecamatan banjar, kabupaten Buleleng.
Adapun I Gusti Pasek Gelgel di banjar
Pegatepan Desa Gelgel kecamatan klungkung, berputra laki-laki sebanyak 11
orang, berikut beberapa putranya:
- Ki Pasek Manik Mas De Gurun Pasek Gelgel,
- ki Pasek Gelgel di Gelgel,
- ki Bendesa Manik Mas di Gelgel,
- Ki Pasek Gelgel di desa depaha disebut Pasek Gelgel Depaha,
- Ki Pasek Gelgel di desa Gobleg disebut Pasek Gobleg. Pasek Gelgel di Desa Gobleg, kecamatan Banjar, kabupaten Buleleng inilah menurunkan Pasek Gelgel Gobleg atau menyebut diri Pasek Gobleg.
Seperti halnya warga-warga lainnya, di
dalam sejarah perkembangannya, keturunannya sekarang terdapat diberbagai tempat
atau desa yang masing-masing mempunyai latar berbeda. Demikian pula keturunan
Pasek Gelgel Gobleg dan Pasek Gobleg. Sekarang terdapat dimana-mana, antara
lain dibanjar kekerasan desa Mengwitani, kecamatan mengwi (badung), di desa
penebel (tabanan), di desa kayuputih kecamatan banjar (buleleng) dan
lain-lainnya yang tidak mungkin disebut satu persatu.
Sedangkan yang dimaksud pusatnya kurang
jelas, akan tetapi merajan panyungsungnya yang berstatus:
- merajan agung adalah di banjar Pegatepan Desa Gelgel (klungkung) ,
- dadyanya di banjar Bulakan Desa Gobleg (buleleng)
- panti dan paibon di masing-masing domisili Pasek Gelgel.
- Pura kawitan ialah dipura Lempuyang Madya, kecamatan Abang, kabupaten Karangasem,
- pura padaharman adalah pura Catur Lawa Ratu Pasek di kompleks Pura Besakih. Kecamatan Rendang, kabupaten Karangasem.
Mengenai struktur atau jenis pelinggih
Pasek Gelgel Gobleg apabila saudara memang keturunan Pasek Bendesa Gelgel tidak
benar prasasti warga saudara tersimpan dirumahnya jro mangku disebelah selatan
Pura Dasar Bhuwana di Desa Gelgel, kecamatan dan kabupaten Klungkung. Prasasti
Pasek Bendesa Gelgel pasti disimpan di salah satu Merajan Pasek Bandesa Gelgel,
yang sekarang keturunannya terdapat di beberapa tempat atau desa. Lazimnya,
walaupun mereka sudah tidak ada lagi menjabat bandesa tetap menyebut dirinya
bandesa. Sedangkan bandesa itu nama jabatan kepala desa pada zamannya.
Untuk diketahui siapa yang disebut
Pasek Bendesa, secara singkat dan pada garis besarnya dapat dijelaskan sebagai
berikut :
- karena keterbatasan ruangan mustahil dapat diungkap dan diuraikan secara rinci mengenai asal usul Pasek Bendesa tersebut. Namun dapat dijelaskan bahwa putra bungsu kyai gusti agung pasek gelgel mantan raja bali tahun saka 1265-1272 bernama I gusti pasek gelgel di Banjar Pegatepan, desa Gelgel, sekarang kecamatan dan kabupaten klungkung. Adapun I gusti Pasek Gelgel di banjar Pagatepan, desa Gelgel sekarang di banjar Pagatepan, desa Gelgel Berputra 11 orang laki-laki, diantaranya bernama Pasek Bendesa Gelgel, dan beliau inilah kemudian menurunkan Pasek Bendesa di beberapa tempat atau desa. Walaupun sudah tidak lagi menduduki jabatan bendesa. Mengenai palinggih berbentuk memang merupakan cirri khas warga Pasek. Sesuai fungsi yang membedakan letak meru tersebut menghadap ke selatan yang berlokasi pada deretan utara dan menghadap ke barat yang berlokasi pada deretan timur. Pendiri meru ini pun hanya pada merajan yang berstatus merajan dan merajan agung. Merajan yang berstatus panti, dan paibon tidak menggunakan meru tumpang tiga, demikian ditentukan oleh para leluhur yang wajib diketahui dan ditaati.
- tentang bentuk yang wajib didirikan pada masing-masing merajan terlebih dahulu harus diketahui apa status merajan tersebut, apakah paibon, panti, dadya atau merajan agung. Hal ini antara lain dapat diketahui dari sejarah keberadaan warga Pasek di masing-masing tempat.disini tidak mungkin dapat dijelaskan satu per satu mengenai jenis bangunan suci yang harus didirikan pada masing-masing status merajan tersebut, karena akan memerlukan ruangan cukup luas.
Kadang-kadang seorang atau warga
menggunakan jati diri menurut tempat tinggal atau jabatan, sehingga ada
menyebut diri Pasek Penatahan, Pasek Galiukir, Pasek Pajahan, Pasek Sanda dan
lain-lainnya. Dengan menggunakan jati diri demikian tanpa menyebutkan asal
usul, tidak jarang membingungkan keturunannya, dan yang paling fatal kemudian
mereka tidak mengenal leluhur dan pura kawitannya, sehingga tidak jarang
terjadi, karena tidak memakai jati diri seperti leluhurnya, lalu menganggap
merajan. Penyungsungannya sebagai pura kawitan, sedangkan pura kawitan yang
sebenarnya kurang dikenal. Untuk menghindari peristiwa demikian, perlu
dijelaskan asal usul mereka, agar jangan sampai terlanjur mengunakan identitas
yang tidak sesuai dengan asal usul mereka, agar jangan sampai terlanjur
menggunakan identitas yang tidak sesuai dengan asal usul. Secara singkat dapat
dijelaskan demikian
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Babad
Bali Keturunan De Pasek Lurah Tuttwan
Tersebutlah Raja Daha Sri Airlangga
dari istrinya pertama menurunkan tiga orang puta laki-perempuan bernama;
- Sri Sanggrama Wijaya alias Dyah Kili Suci Endang atau Raka Kapucangan.
- Sri Jayabhaya, dan
- Sri Jayasabha.
Dan istrinya seorang gunung yang dijumpai
tatkala Sri Airlangga berburu didalam hutan, dan terjadi hubungan badan dibawah
pohon timbul, menurunkan seorang putra laki-laki bernama Arya Buru atau Arya
Timbul. ,
Untuk menghindari perebutan kedudukan
sebagai raja di Daha, Oleh Raja Airlangga diperintahkan Arya Buru pindah ke
Bali dengan diberikan rakyat sebanyak 200 orang. Sampai di Bali Arya Buru
bertempat tinggal di Bukit Buluh, daerah Klungkung kemudian menurunkan seoarang
anak perempuan bernama Ni Gusti Gunaraksa. Tempat tinggalnya dijadikan sebuah
desa yang kemudian diberi nama Gunaksa. Kemudian Ni Gusti Gunaraksa dikawini
oleh De Pasek Lurah Tuttwan.
Sebelum dilangsungkan perkawinan ini
Arya Buru minta kepada De Pasek Lurah Tuttwan, agar apabila ia meninggal dunia
agar De Pasek Lurah Tuttwan yang menyelenggarakan upacara ngaben dan
menyembahnya. Permintaan itu disodorkan, tentu oleh karene Arya Buru tidak
memiliki lagi keturunan.
Permintaan Arya Buru ini disanggupi
oleh De Pasek Lurah Tuttwan, tanpa mempertimbangkan dan meminta izin kepada
anak saudarnya Ki Pasek sekalian. Setelah Arya Buru Meninggal dunia, lalu
diselenggarakan upacara pelebon yang diselenggarakan oleh De Pasek Lurah
Tuttwan. Pada upacara tersebut seluruh sanak saudara Ki Pasek hadir. Supaya
jangan sampai dilihat oleh Ki Pasek, pada saat menyembah jazad mertuanya, De
Pasek Lurah Tuttwan melakukan dari sebelah barat tembok bale. Ketika De Pasek
Lurah Tuttwan sedang menyembah, terjadilah keanehan yakni tembok bale tersebut
terpecah menjadi dua bagian, sehingga oleh Ki Pasek tampak jelas dilihat De
Pasek Lurah Tuttwan melakukan persembahan itu. Setelah upacara tersebut usai,
Ki Pasek mengadakan pertemuan keluarga yakni membicarakan masalah De Pasek
Lurah Tuttwan yang telah melanggar sasana yaitu menyembah jenazah mertuanya.
Peristiwa ini dianggap mencemarkan nama derajat Ki Pasek semua. Sebab itu, De
Pasek Lurah Tuttwan dikucilkan dari keluarga Ki Pasek, Karena sebelumnya ia
tidak pernah memberitahu permintaan Arya Buru. Sejak itu di Bali terdapat Bale
Pegat selaku kenangan dari kejadian pecahnya tembok bale tempat De Pasek Lurah
Tuttwan melakukan persembahan terhadap jenazah mertuanya. Dari
perkawinannya ini, De Pasek Lurah Tuttwan menurunkan dua orang anak
laki-laki:
- Bandesa bertempat tinggal di Banjar Carurutcut,Desa Ban Karangasem, lalu disebut Bandesa Pasek Tuttwan.
- Bandesa Di Banjar Batu Kelodkawuh, Desa Gegelang, Karangasem, lalu disebut Pasek Bendesa Tuttwan
Kemudian Pasek Bandesa Tuttwan di
Banjar Carutcut, Desa Ban kemudian menurunkan anak laki-laki, bernama:
- Pasek Bendesa Tuttwan di Banjar Babakan, desa Manggis.
- Pasek Bandesa Tuttwan di Banjar Gunaksa Desa Ababi.
- Pasek Bendesa Tuttwan di Banjar Kangkang, Desa Culik.
- Pasek Bendesa Tuttwan di Banjar Bangle, desa Bunutan, Karangasem.
- Pasek Bendesa Tuttwan di Banjar Kawan, Desa Basang,
Pasek Bendesa Tuttwan di Banjar
Babakan, desa Manggis menurunkan anak laki-laki,yaitu
- Pasek Tuttwan di Banjar Kaler, Desa Seraya,
- Pasek Tuttwan di Banjar Desa, Desa Subagan,
- Pasek Tuttwan di Banjar Bakung, desa Manggis,
- Pasek Tuttwan di Banjar Padang, Desa Ulakan.
Selanjutnya Pasek Tuttwan di Banjar
Kawan, desa Timuhun menurunkan tiga orang anak laki-laki, bernama
- Pasek Tuttwan di Banjar Bendul, Desa Klungkung,
- Pasek Tuttwan di Banjar Kangin, Desa Bakas, Klungkung dan
- Pasek Tuttwan di Banjar Delodpasar, desa Bunutin, Bangli.
Sedang Pasek Tuttwan di Banjar Kangin,
desa Bakas menurunkan seoarang anak laki-laki bernama Pasek Tuttwan di Banjar
tengah, desa Selat Klungkung.
Seterusnya Pasek Tuttwan di Banjar
Gunaksa, desa ababi menurunkan empat orang laki-laki yaitu
- Pasek Tuttwan Banjar Ngis kelodan, Desa Tista,
- Pasek Tuttwan di Banjar Seloni, desa Culik,
- Pasek Tuttwan di Banjar kebung, Desa Sidemen, Karangasem,
- Pasek Tuttwan di Banjar Tambahkelod, Desa Jenem, Bangli.
Kemudian Pasek Tuttwan di Banjar
ngiskelod, Desa Tista menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Tuttwan
di Banjar dan Desa Paksabali, Klungkung. Sedang Pasek Tuttwan di Banjar Seloni,
Desa Culik menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Tuttwan di Banjar
Apityeh, Desa Manggis, Karangasem.
Seterusnya Pasek Tuttwam di Banjar
Apityeh, Desa Manggis menurunkan dua orang anak laki-laki bernama
- Pasek Tuttwan di Banjar Bukit catu, Desa Selumbung, Karangasem
- Pasek Tuttwan di Banjar Belaluan, Desa Danginpuri, Badung.
Kemudian Pasek Tuttwan di Banjar
Belaluan, Desa Danginpuri menurunkan anak laki-laki, masing-masing bernama:
- Pasek Tuttwan di Banjar Pande, Desa Sumerta, Badung,
- Pasek Tuttwan di Banjar Pangkung, Nyuling, Desa Abiantuwung, Tabanan.
Pasek Tuttwan di Banjar Pangkung
Nyling, Desa Abiantuwung menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek
Tuttwan di Banjar Pelem, Desa Batuaji, Tabanan.
Kemudian Pasek Tuttwan di Banjar
Kebung, Desa Sidemen menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Tuttwan di
Banjar Kaler, Desa Besang, Klungkung.
Sedang Pasek Tuttwan di Banjar Kaler,
Desa Besang menurunkan seorang anak laki-laki bernama Pasek Tuttwan di Banjar
Roban, Desa Bitera, Gianyar. Demikianlah keturunan De Pasek Lurah Tuttwan
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Babad Bali Keturunan Mpu Ragarunting
Mpu Ragarunting putra kelima dari
Bhatara Mpu Gnijaya, dari perkawinannya dengan putrinya Mpu Wira Tanakung
menurunkan seorang putra laki-laki, yang sesudah menempuh acara dwijati,
bergelar Mpu Wirarunting alias Mpu Paramadhaksa.
Kemudian Mpu Wirarunting menikah dengan
Ni Made Dewi, dan menurunkan dua orang putra laki-perempuan, bernama:
- Mpu Wiraragarunting,
- Ni Ayu Wirarunting.
Selanjutnya Mpu Wiraragarunting kawin
dengan Ni Ayu Wetan, kemudian dari daerah Tumapel pindah ke kerajaan Majapahit.
Di sana Mpu Wiraragarunting menurunkan tiga orang putra laki-laki, bernama:
- De Pasek Lurah Tuttwan,
- De Pasek Lurah Kubayan,
- De Pasek Lurah Salahin.
Semula ketiganya ikut ayahnya di daerah
Kerajaan Majapahit, kemudian mereka dari KerajaaN Majapahit pindah ke Bali dan
bertempat tinggal terpisah sebagai berikut :
- De Pasek Lurah Tuttwan bertempat tinggal di Bukit Buluh, daerah Klungkung.
- De Pasek Lurah Kubayan bertempat tinggal di Banjar Kubayan Mundeh, Desa Nyambu, Daerah Tabanan.
- De Pasek Lurah Salahin bertempat tinggal di Banjar Kaja, Desa Suwat, Daerah Gianyar
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Babad Bali Keturunan Mpu Prateka
Adapun Mpu Prateka putra dari Bhatara
Mpu Gnijaya, kawin dengan putrinya Mpu Pasuruan. Dari perkawinannya ini, Mpu
Prateka berputra seorang anak laki – laki dan sesudah podgala bergelar Mpu
Pratekayajnya kawin dengan Ni Dewi Ratna Sumeru, lalu beliau pindah ke
Pasuruan. Dan dari perkawinan ini menurunkan tiga orang putra laki – perempuan
diantaranya
- Pang Prateka,
- Ni Ayu Kamareka, dan
- Ni Ayu Swarareka. Dari Pasuruan lau mereka pindah ke Bali.
Kemudian sang Prateka kawin dengan Ni
Ayu Wirarunting, lalu menurunkan seorang putra bernama De Pasek Lurah
Kubakal di Banjar Kubakal, Desa Pempatan, Karangasem. Pada hari Seni
Umanis, Wara Sungsang sasih Karo, saka 1257 oleh Raja Bali Sri Gajah Waktra
alias Sri Gajah Wahana De Pasek Lurah Kubakal diangkat Amancabhumi di
Desa Kubakal, Karangasem, dan menguasai daerah Kubakal dan Bangli.
Selanjutnya De Pasek Lurah Kubakal
berputra tujuh orang laki – laki yaitu
- Pasek Prateka di Banjar Tengah, Desa Rendang.
- Pasek Prateka di Banjar Belatung, Desa Menaga, kemudian pudgala menjadi Dukuh bergelar Ki Dukuh Belatungan.
- Pasek Prateka di Banjar Segahkelod, Desa Nongah Karangasem.
- Pasek Prateka di Banjar Karang Suwungkelod, Desa Peninjoan, Bangli.
- Pasek Prateka di Banjar Bungbud, Desa Bungbud.
- Pasek Prateka di Banjar Gamongan, Desa Tiyingtali, Karangasem, lalu mepudgala menjadi Dukuh bergelar Ki Dukuh Gamongan.
- Pasek Prateka di Banjar Pekandelan Danginmargi, Desa Akah, Klungkung
Adapun Ki Dukuh Belatung berputra
seorang perempuan bernama Ni Luh Pasek Prateka alias Ni Luh Pasek Warsiki. Dia
dikawini oleh Manik Angkeran putra Mpu Sidhi Mantra. Manik Angkera selaku
pemangku di Pura Besakih, pada suatu hari datang ke pedukuhan Ki Dukuh Belatung
yang sangat asri, sulit mencari bandingannya. Begitu manik Angkeran tiba, lalu
Ki Dukuh Belatung menancapkan alat penyiang dan duduk di atasnya. Kemudian Ki
Dukuh Belatung duduk diatas daun keladi. Kedua peristiwa ini dapat dilaksanakan
dengan baik, karena Ki Dukuh Belatung memang sangat sakti. Dan disana Ki Dukuh
Bertanya kepada Manik Angkeran yang belum dikenal, dari mana asalnya dan siapa
namanya. Maka dijawab oleh Manik Angkeran, ia adalah putra seorang Brahmana
yang mandul dari Majapahit.
Mendengar pengakuan itu, Ki Dukuh
Belatung menjadi bingung dan bertanya didalam hatinya mengapa orang mandul
mempunyai anak. Selanjutnya Manik Angkeran bertanya, hutan ini dirabas untuk
apa. Dijawab oleh Ki Dukuh Belatung bahwa hutan ini dirabas kemudian akan
ditanami padi gaga. Manik angkeran bertanya lagi, kalau demikian rontokan kayu
ini akan diapakan, dan dijawab oleh Ki Dukuh Belatung akan dibakar. Oleh Manik
Angkeran lagi ditanyakan apa yang akan dipakai membakarnya. Dan dijawab oleh Ki
Dukuh Belatung tentu saja api yang dipakai membakarnya. Lalu Manik Angkeran
berkata, bahwa untuk membakar reruntuhan daun kayu hutan ini cukup dipakai air
kencingnya saja. Tentu saja Ki Dukuh Belatung menjadi sangat terkejut mendengar
perkataan itu. Disana Ki Dukuh Belatung berjanji, “ apabila reruntuhan
daun kayu dan hutan ini terbakar karena kencing saudara, maka rakyat saya di
Banjar Tengenan dan Batusena, saya akan serahkan kepada saudara Bekasih. Begitu
juga anak saya yang perempuan akan saya serahkan kepada saudara, supaya mereka
menjadi rakyat saudara. “
Sesuai dengan kesepakatan antara Ki
Dukuh Belatung dengan Manik Angkeran, ditentukan hari untuk membakar reruntuhan
daun kayu dan rumput tersebut. Maka seluruh rakyat di wilayah kekuasaan Ki
Dukuh begitu pula anaknya Ki Dukuh bersama – sama datang ke tempat itu. Di sana
Manik Angkeran atas kekuatan batinnya lalu membakar dengan air kencingnya. Tak
berapa lama, api berkobar sangat besar. Lalu disana Ki Dukuh Belatung
menceburkan diri dan seketika moksha kembali ke alam baka. Beliau meninggalkan
seorang anak yakni Ni Luh Pasek Prateka alias Ni Luh Pasek Warsiski dan
rakyatnya. Kemudian Ni Luh Pasek Prateka dikawini oleh Manik Angkeran, dan dari
perkawinannya ini melahirkan seorang anak laki – laki, bernama Banyak wide.
Selanjutnya Banyakwide menurunkan tiga
orang anak laki – laki, yang bernama:
- Arya Adhikara alias Ranggalawe,
- Arya Kuda Panolih alias Arya Kuda Pengasih, dan
- Arya Pinatih.
Sedangkan Tulusayu lalu menurunkan
seorang anak bernama Ida Penataran. Ida Penataran mempunyai satu saudara
tiri bernama Ida Tonjiwa. Sedangkan Ida Penataran seterusnya menurunkan
Arya Sidemen.
Dengan demikian Ki Dukuh Belatung tidak
lagi mempunyai keturunan, dan kemudian yang menjadi ahli warisannya adalah Made
Prateka Watuwisesa yaitu putra kedua dari Mpu Gamongan di Banjar Gamongan,
Desa Tiyingtali, Karangasem. Sesudah menjadi ahli waris Ki Dukuh Belatung Made
Prateka dari Banjar Gamongan desa Tiyingtali pindah ke Watuwisesa. Sebab itulah
ia lalu disebut Made Pasek Prateka Watuwisesa atau Made Prateka
Watuwisesa.
Adapun Ki Dukuh Gamongan di Banjar
Gamongan, Desa Tiyingtali menurunkan:
- Pasek Prateka di Banjar Gamongan, desa Tiyingtali, Karangasem. Sesudah pudgala, ia bergelar Ki Dukuh Gamongan Sakti, dan
- Made Prateka, kemudian menjadi ahli waris dari Ki Dukuh Belatung di Watuwisesa. Sebab itu ia disebut Made Pasek Prateka Watuwisesa.
Kemudian Made Pasek Prateka Watuwisesa
menurunkan dua orang anak laki – laki, yakni:
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Suwakan, Desa menanga, Karangasem, dan
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Pangkungprabhu, Desa delodpeken, tabanan.
Selanjutnya Pasek Dukuh Sakti Di banjar
Suwakan, Desa Menanga menurunkan dua orang anak laki – laki, yaitu:
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Kajanan, Desa Ngis, Daerah Karangasem, dan
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Kaja, Desa Bangbang, Desa Bangli.
Di samping itu Ki Dukuh Sakti di Banjar
Suwukan, Desa Managa juga menurunkan Pasek Prateka. Sesudah pudgala ia bergelar
Ki Dukuh Bhujangga Sakti di Pucangsari, Daerah Karangasem. Selanjutnya Ki
Dukuh Sakti di Banjar Pucangsari menurunkan Ki Dukuh Murthi, yang
seterusnya menurunkan Pasek Prateka di Banjar Pucangsari dan di beberapa desa
lainnya.
Kemudian Pasek Dukuh Sakti di Banjar
Pungkung prabhu, Desa Delod peken menurunkan tujuh orang anak laki – laki,
yaitu:
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Kaja, Desa Dukuh,
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Puseh, Desa Bongan,
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Pungkunganyar, Desa Delodpeken, Tabanan,
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Sobangantengah, Desa Sembung,
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Jempayah, Desa Mengwitani, Badung,
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Badung, Desa Pandak, dan
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Gunung, Desa Penebel, daerah Tabanan.
Kemudian Pasek Dukuh Sakti di Banjar
Kaja, Desa Kukuh menurunkan anak laki – laki, masing – masing bernama:
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Balangmiyik, Desa Kukuh,
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Kawan, Desa Kukuh,
- Pasek Dukuh Sakti Prasada di Banjar Kangin, Desa Kukuh,
- Pasek Dukuh Sakti Pancadharma di Banjar Kawan, Desa Kukuh,
- Pasek Dukuh Sakti Maspahit di Banjar Kangin, Desa Kukuh,
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Kelodkawuh,
- Pasek Dukuh Sakti Gaduh di Banjar Kawan, Desa Kukuh, Daerah Tabanan.
Seterusnya Pasek Dukuh Sakti Gaduh di
Banjar Kawan, Desa Kukuh menurunkan tiga orang anak laki – laki:
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Baler Baleagung, Negara, Daerah Jembrana
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Kelod, Desa buahan, Daerah Tabanan dan
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Kelod, Desa Bondalem, daerah Buleleng.
Sedangkan Dukuh Sakti di Banjar
Kanginan, Desa Kukuh lalu menurunkan dua orang anak laki – laki, masing –
masing bernama:
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Dajanurung, Desa Kekeran, Buleleng
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Sega, Desa Pupuan, Daerah Tabanan.
Selanjutnya Pasek Dukuh Sakti di banjar
Puseh, Desa Bongan menurunkan dua orang anak laki – laki, yaitu
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Delodmargi, Desa Kukuh dan
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Temukuaya, Desa Tangguntiti, Tabanan,
kemudian Pasek Dukuh Sakti di Banjar
Pangkunganyar Sakenahbelodan, Desa Delodpeken menurunkan tiga orang anak laki –
laki:
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Pemenang, Desa Banjaranyar
- Pasek Dukuh Sakti, Desa Banjaranyar
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Bengkel, Desa Timpag, Tabanan.
Kemudian Pasek Dukuh Sakti di Banjar
Bengkel, Desa Timpag, Tabanan, menurunkan seorang anak laki – laki bernama
Pasek Dukuh Sakti di Banjar Carik, Desa Gadung, Tabanan.
Sedangkan Pasek Dukuh Sakti di Banjar
Jempayah, Desa Mengwitani, Badung, menurunkan seorang anak laki – laki bernama
Pasek Dukuh Sakti di Banjar Juntal, Desa Kaba – kaba, Tabanan.
Seterusnya Pasek Dukuh Sakti di Banjar
Pandakbadung, Desa Pandak, Tabanan, menurunkan dua anak laki – laki, masing –
masing bernama:
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Mundukwulan, Desa Tangguntiti, Daerah Tabanan
- Pasek Dukuh Sakti di Banjar Ngoneng, Desa Mendoyo, Daerah jembrana.
Adapun Pasek Prateka di Banjar
Segahkelod, Desa Nongan, Daerah Karangasem, menurunkan enam anak laki – laki.
Yang bernama:
- Pasek Prateka di Banjar Manikaji, Desa Paninjoan, Bangli
- Pasek Prateka di Banjar Tanahlengis, Desa Ababi. Karangasem.
- Pasek Prateka di Banjar Ngis, Desa Tista, Karangasem.
- Pasek Prateka di Banjar Carutcut, Desa Ban, Karangasem.
- Pasek Prateka di Banjar Tengah, Desa Bebandem, Karangasem,
- Pasek di Banjar Serangan, Desa Badung.
Selanjutnya Pasek Prateka di Banjar dan
Desa Serangan, Badung, menurunkan seorang anak laki – laki yakni Pasek Prateka
di Banjar Pangkunganyar, Desa Delodpeken. Ia juga disebut Pasek Nongan,
Daerah Tabanan.
Seterusnya Pasek Prateka di Banjar
Tanahlegis, Desa Ababi menurunkan tiga anak laki – laki, masing – masing
bernama:
- Pasek Prateka di Banjar Pulasarikawan, Desa Peninjoan, Bangli,
- Pasek Prateka di Banjar Buhukangin, Desa Pidpid,
- Pasek Prateka di Banjar Buhukawan, Desa Pidpid, Karangasem.
Sedangkan Pasek Prateka di Banjar
Carutcut, Desa Ban lalu menurunkan:
- Pasek Prateka di Banjar Maospahit, Desa Keramas, Gianyar, dan
- Pasek Prateka di Banjar Yehkori, Desa Jungutan, Karangasem.
Seterusnya Pasek Prateka di Banjar
Yehkori, Desa Jungutan menurunkan dua orang anak laki – laki, yaitu
- Pasek Prateka di Banjar Sangkungan, Desa Tangkup,
- Pasek Prateka di Banjar Belulang, Desa Sangkangunung, Karangasem.
Pasek Prateka di Banjar Belulang, Desa
Sangkan gunung menurunkan seorang anak laki –laki bernama Pasek Prateka di
Banjar Delodyeh Kangin, Desa Talibeng, Karangasem.
Adapun Ki Dukuh Gamongan Sakti
menurunkan:
- Pasek Dukuh di Banjar Baktabia, Desa Menanga, Karangasem,
- Pasek Dukuh Taman di Banjar Tamansari, Desa Padangbulia, Buleleng, dan
- Pasek Dukuh di Sesadan, Tabanan. Disana Pasek Dukuh melakukan upacara dwijati menjadi Dukuh bergelar Ki Dukuh Sesadan. Kemudian keturunan Ki Dukuh Sesadan pindah ke Kocing.
Seterusnya dari Kocing, Ki Dukuh
Sesadan pindah ke Dangincarik, Tabanan, disebut Pasek Dukuh, dan
saudaranya ada pindah ke Banjar Pemenang Desa Banjaranyar, Tabanan.
Lama – kelamaan Pasek Dukuh di Banjar
Pemenang, Desa Banjaranyar, Tabanan, menurunkan:
- Pasek Dukuh di Banjar Sema, Desa Petemon, Buleleng,
- Pasek Dukuh di Banjar Telengisan, Kerambitan, Tabanan,
- Pasek Dukuh di Desa Pengembungan, Marga, Tabanan.
Selanjutnya Pasek Dukuh di Banjar
Pengembungan, Desa Pengembungan, Marga, Tabanan, menurunkan:
- Pasek Dukuh di Banjar Pengembungan, Desa Bongkasa, Badung, dan
- Pasek Dukuh di beberapa desa lainnnya.
Selanjutnya Pasek Prateka di Banjar
Batusesa, Desa Menanga, menurunkan tiga orang anak laki – laki, yaitu:
- Pasek Prateka di Banjar Langsat, Desa Rendang,
- Pasek Prateka di Banjar Bukitkaja, Desa Tumbu, dan
- Pasek Prateka di Banjar Abiantiying, desa Jungutan, Karangasem.
Seterusnya Pasek Prateka di Banjar
Bukitabia, Desa Menanga menurunkan dua anak laki – laki, masing – masing
bernama:
- Pasek Dukuh di Banjar Benakasabetenan, Desa Muncan, dan
- Pasek Dukuh di Banjar Guminten, Desa Sidemen, Karangasem.
Sedangkan Pasek Prateka di Banjar
Abiantiying, Desa Jangutan lalu menurunkan seorang anak laki – laki bernama
Pasek Prateka di Banjar Pakudansin, Desa Muncan, Karangasem.
Adapun Pasek Prateka di Banjar
Pekandelan Danginmargi, Desa Akah menurunkan lima orang anak laki – laki, yaitu
yang tertua bernama:
- Pasek Prateka di Banjar Tengahkelod Desa Tegak, Klungkung,
- Pasek Prateka di Banjar Baru, Desa Tunjung, Buleleng,
- Pasek Prateka di Banjar Pasek Batuyang, Desa Batubulan, Gianyar,
- Pasek Prateka di Banjar Tegalinggih, Desa Tumbu, Karangasem, dan
- Pasek Prateka di Banjar Bea, Desa Keramas, Gianyar
Kemudian Pasek Prateka di banjar
Tengahkelod, Desa Tegak menurunkan tujuh orang anak laki – laki, masing –
masing bernama:
- Pasek Prateka di Banjar Bucu, Desa Nongan, Karangasem,
- Pasek Prateka di Banjar Kembengan, Desa Tulikup, Gianyar,
- Pasek Prateka di Banjar Tabanan
- Pasek Prateka Desa Caubelayu, Tabanan,
- Pasek Prateka di Banjar Danginpura, Desa Panji, Buleleng,
- Pasek Prateka di Banjar Payungan, Desa selat, Klungkung, dan
- Pasek Prateka di Banjar Kubuanyar, Desa Tukadmunggu, Buleleng.
Selanjutnya Pasek Prateka di Banjar
Bucu, Desa Nongan menurunkan tiga anak laki – laki masing – masing bernama:
- Pasek Prateka di Banjar Umasarikawuh, Desa Selat,
- Pasek Prateka di banjar Pukundasih, Desa Muncam, dan
- Pasek Prateka di Banjar Papung, Desa Bungaya, Karangasem.
Kemudian Pasek Prateka di Banjar
Caubelayu, Desa Caubelayu, menurunkan dua orang anak laki – laki, yaitu:
- Pasek Prateka di Banjar Ancut, Desa Rianggde, Tabanan, dan
- Pasek Prateka di Banjar Kanginan Desa Senganan, Tabanan.
Sedangkan Pasek Prateka di Banjar
Kelod, Desa Silamadeg menurunkan seorang anak laki –laki bernama Pasek Prateka
di Banjar Rate Desa Bubunan, Buleleng, dan seterusnya Pasek Prateka di Banjar
Rate, Desa Bubunan menurunkan seorang anak laki – laki yaitu Pasek Prateka di
banjar Tinga – tinga, Desa Tinga – tinga, Buleleng.
Kemudian Pasek Prateka di Banjar
Danginpura, Desa Panji menurunkan seorang anak laki – laki bernama Pasek
Prateka di Banjar Lebahmantung, Desa Pangkungparuk, Buleleng. Selanjutnya Pasek
Prateka di Banjar Payungan, Desa Selat menurunkan empat anak laki – laki,
masing – masing bernama Pasek Prateka di Banjar Tabu, Desa Tangkub, Pasek
Prateka di Banjar Pakudansih Desa Muncam, Pasek Prateka di Banjar Anyar, Desa
Tangkup, dan Pasek Prateka di Banjar Kelod, Desa Tangkup, Karangasem.
Seterusnya Pasek Prateka di Banjar
Baru, Desa Tanjung menurunkan tiga anak laki – laki, yaitu Pasek di Banjar
Setradagang, Desa Pangkungparuk, Pasek Prateka di Banjar Tegalega, Desa
Kalisada, dan Pasek Prateka di banjar Bubunan, Desa Bubunan, Buleleng.
Selanjutnya Pasek Prateka di Banjar
Bubunan, Desa Bubunan menurunkan seorang anak laki – laki yakni Pasek Prateka
di Banjar Setradagang, Desa Pangkungparuk, Buleleng.
Sedangkan Pasek Prateka di Banjar
Batuyang, Desa Batubulan lalu menurunkan seorang anak laki – laki di Banjar
Dawuhjalan, Desa Kekeran, Buleleng.
Seterusnya Pasek Prateka di Banjar Bea,
Desa Keramas menurunkan seorang anak laki – laki bernama Pasek Prateka di
Banjar Kawan, Desa Bakas, Klungkung, dan Pasek Prateka di Banjar Tamansari,
Desa Padangbulia menurunkan Pasek Prateka di Desa Pancasari, Buleleng.
Demikianlah keturunan Mpu Prateka yang
mempergunakan jati diri berbeda seperti misalnya Pasek Prateka, Pasek Dukuh
Sakti, Pasek Kubakal, Pasek Nongan, Pasek Rendang, dan lain – lainnya.
Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih
dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida
Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta Batara - Batari junjungan dan
leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur
yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.
Babad Pasek dan Bendesa- Anugerah Buat Ki Balian Batur
Babad Pasek dan Bendesa - Anugerah Buat Ki Balian Batur
Beberapa
lama kemudian, Gde Batan Tubuh menurunkan:
- Pasek Payangan di Desa Payangan,
- Pasek di banjar Tunon,
- Pasek di Banjar Sakan, Desa Batuan,
- Pasek Bendesa di Belahbatuh Gianyar,
- Pasek di Desa Banjarakan, Klungkung,
- Bendesa Gumiar di Desa Mengwi, Badung, dan
- Bendesa di Desa Banjarakan, Klungkung.
Selanjutnya
Bendesa di Desa Mengwi, oleh raja mengwi Cokorda Sakti Belambangan ditugaskan
memimpin rakyat pilihan berjumlah 200 orang. Tujuan pasukan itu yakni untuk
menyerang Ki Balian Batur dari Bindangdangu. Diawali dengan berdirinya
Kerajaan Mengwi di bawah pimpinan I Gusti Agung Putu keturunan I Gusti Asak
yang kemudian bergelar Cokorda Sakti Belambangan.
Oleh karena ia sudah merasa aman sentosa
kedudukannya, menyebabkan ia tidak mau tunduk kepada Raja Klungkung I Dewa
Agung Jambe yang mulia bertahta pada tahun saka 1632 sampai dengan saka 1697.
Bahkan Raja Mengwi berniat menyerang kerajaan Klungkung.
Oleh
sebab itu Hyangning Hulundanu Batur memberikan ilmu kesaktian kepada Ki Balian
Batur yaitu ilmu hitam dan ilmu sihir, untuk merusak kerajaan mengwi dengan
menyebarkan penyakit pada rakyat Mengwi. Sebab itu Ki Balian Batur datang ke
desa taro, Gianyar, lalu membagun rumah di Teluh Teledu Nginyah yang terletak
di sebelah barat Desa Cau. Kemudian pindah ke alas kedangkan di dekat abian
timbul, sekarang dikenal dengan nama Banjar Rangkan Desa Ketewel Sukawati. Dari
sana Ki Balian Batur mencoba ilmu kesaktian dengan jalan menyerang dan merusak
serta membuat rakyat Cau sampai ke desa Keramas menjadi sakit, sampai banyak
yang meninggal dunia.
Sebab
itu Anglurah Taro mempermaklumkan kepada Raja Mengwi. Raja Mengwi Cokorda Sakti
Belambangan bersama rakyat pilihannya dipimpin oleh Bendesa Gumiar Mengwi
kemudian bersiap – siap menyerang Ki Balian Batur. Di Desa Keramas, Raja Mengwi
membuat kemah dan disana bersama – sama menyerang Ki Balia Batur.
Di
dalam serangan ini, semua murid – murid Ki Balian Batur berhasil dibunuh. Namun
Ki Balian Batur tidak apat dibinasahkan. Terjadilah pertempuran sengit antara
Ki Balian Batur dengan rakyat mengwi pimpinan Bendesa Gumiar dari Mengwi.
Ketika itu Ki Balian Batur menyerukan kepada Cokorda Sakti Belambangan Raja
Mengwi, bahwa ia tidak bisa dibunuh dengan keris pusaka milik Raja Mengwi. Ia
hanya dapat ditundukkan dengan bedil Ki Narantaka dengan peluru Ki
Seliksik milik I Dewa Agung Klungkung.
Cokorda
sakti belambangan Raja Mengwi kemudian mundur dari medan laga. Bersama
pasukannya, ia berangkat ke klungkung menghadap I Dewa Agung Klungkung dan
mohon bantuan. Raja Klungkung I Dewa Agung Jambe bersedia memberikan bantuan.
Raja Klungkung I Dewa Agung Jambe memerintahkan puteranya yakni I Dewa Agung
Anom bersama Cokorda Sakti Belambangan dari Bendesa Gumiar diiring oleh rakyat
brangkat menuju Teledu Nginyah. Maka terjadilah pertempuran sengit antara raja
Mengwi melawan Ki Balian Batur. Disana ia ditembak dengan bedil Ki Narantaka
dan pelurunya Ki Seliksik. Seketika itu Ki Balian Batur roboh menemui
ajalnya.
Setelah
Ki Balian Batur wafat, Cokorda sakti Belambangan mendirikan Perhyangan di
Rangkan Sukawati diberi nama Arjakusuma. Selain itu raja juga
membangun pesanggerahan bersama Jro Kangin. Lokasi perhyangan
dengan Jro tersebut bersanding, kemudian perhyangan tersebut diberi nama Pura
Penataran Agung tempat pemujaan raja Klungkung, Raja Mengwi, warga
Brahmana, Rsi Siwa Buddha, para anglurah dan seluruh rakyat.
Atas
permohonan Cokorda Sakti Belambangan, I Dewa Agung Anom dibuatkan puri di Desa
Sukawati dan perhyangan bernama Pura Penataran Agung, lalu diberikan
rakyat dan daerah kekuasaan kerajaan mengwi di sebelah Timur sungai Wos. Di
sana I Dewa Agung Anom Sirikan, dan kerajaannya dinamakan kerajaan Sukawati Gianyar,
yang mulai berdiri pada tahun Caka 1633.
Kemudian
Bendesa Gumiar di Desa Mengwi menurunkan Pasek Bendesa di Banjar Desa, Desa
Payangan, Desa Gianyar. Disana lalu dibangun pura diberi nama Pura Santi,
untuk mengingatkan bahwa Bendesa Gumiar berhasil menciptakan situasi damai dan
sentosa dengan terbunuhnya Ki Balian Batur.
adapun
pangeran Manik Mas menurunkan Gde Manik Mas dan Gde Pasar Badung, dan
seterusnya Gde Manik Mas menurunkan:
- Bendesa di Gelgel lalu disebut Bendesa Gelgel,
- Bendesa di Badan Banjar tingkih berubah menjadi Banjar Kesian, Desa Lebih,
- Bendesa di Desa Tulikup,
- Bendesa di desa Belahbatuh,
- Bendesa di Desa Guwang Sukawati,
- Bendesa di desa Peliatan,
- Bendesa di Desa Bedahulu,
- Bendesa di Banjar Tengkulak Desa Kemenuh,
- Bendesa di Desa Tegalalang.
Di samping itu, Gde Manik Mas juga
menurunkan:
- Bendesa di Desa Pujungan,
- Bendesa di Bayad,
- Bendesa di Negari,
- Bendesa di Desa Ketewel,
- Bendesa di Desa Batubulan,
- Bendesa di Desa Pejeng,
- Bendesa di Desa Sukawati,
- Bendesa di Desa Mambal,
- Bendesa Badung,
- Bendesa di Desa Mengwi,
- Bendesa di desa Sibanggde.
Kecuali
itu Gde Manik Mas menurunkan pula:
- Bendesa Tabanan,
- Bendesa di Desa Kaba – kaba,
- Bendesa Bangli,
- Bendesa di Desa Tambelang,
- Bendesa Manduksawah,
- Bendesa di desa Jagaraga,
- Bendesa di desa Tejakila,
- Bendesa di desa Kubu Tambahan,
- Bendesa di Desa Sangsit,
- Bendesa Buleleng,
- Bendesa di Desa Banjar.
Selanjutnya
bendesa Gelgel di Gelgel menurunkan:
- Gde Bendesa di Banjar Karangsari Desa Suwana, Nusa Penida,
- Gde Bendesa di Banjar Karanganyar, Desa Seraya
- Gde Bendesa di Banjar Bakung, Desa Manggis,
- Gde Bendesa di Desa Dagintunglak Desa Kesiman.
Kemudian
Pasek Gelgel di Banjar Kekeran Delod sema Desa Mengwitani menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar Tengah Desa Pedandakan.
- Pasek Gelgel di Desa Padangan DesaBatungsel, dan
- Pasek Gelgel di Banjar Pajahan Desa Pupuan.
Selanjutnya
Pasek Manik Mas di Banjar Panca Desa Melinggih, Payangan, menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar sema desa melinggih, Payangan,
- Pasek Gelgel di banjar Tengipis Desa Buahan, Payangan,
- Pasek Gelgel di Banjar Kesian Desa Lebih,
- Pasek Gelgel di Banjar Pasekan Desa Ketewel,
- Pasek Gelgel di banjar Ambengan Desa Pelidan,
- Pasek Gelgel di Banjar Tengkulakkaja desa Kemenuh,
- Pasek Gelgel di Banjar Kelabangmoding Desa Tegalalang.
Ikwal Pasek Gelgel di Banjar Kelabangmoding Desa Tegalalang, kisahnya sebagai berikut :
Pada
awalnya Pasek Gelgel ini Bersama anak istrinya tinggal di Jambanagan. Pada
tahun saka 1633 berdirilah kerajaan Sukawati di bawah pimpinan I Dewa Agung
Anom sirikan, yang selanjutnya disebut Dalem Sukawati.
Atas
perintah raja Sukawati, Pasek Gelgel di Jambangan bersama anak istrinya pindah
ke Sukawati, dan di Sukawati Psek Gelgel ini sangat disayang oleh Raja Sukawati.
Seluruh kehidupan hidupnya sehari – hari termasuk rumah ditanggung oleh Raja
Sukawati. Karena sangat baik perlakuan raja Sukawati terhadap Pasek Gelgel ini,
menyebabkan Pasek Gelgel merasa sangat malu, lalu ia mohon kepada Raja Sukawati
untuk meninggalkan Sukawati untuk hidup mandiri. Pada mulanya permohonan Pasek
Gelgel tersebut ditolak oleh Raja Sukawati. Namun oleh karena itu terlalu
sering Pasek Gelgel mohon meninggalkan Sukawati, akhirnya permohonan Pasek
Gelgel ini dikabulkan, dengan syarat tidak boleh lewat dari daerah Kerajaan
Sukawati.
Sesudah
berada di Sukawati kurang lebih selama lima tahun, pada suatu hari pada tahun saka
1638 Pasek Gelgel bersama anak Istrinya meningalkan Sukawati, menuju
barat laut. Sampailah mereka pada suatu tempat yang masih berupa hutan yang
banyak ditumbuhi pohon enau. Hutan ini dirabas lalu disana mereka mendirikan
pondok untuk tempat tinggalnya, dengan memakai bahan bangunan dari pohon enau
termasuk ijuk dan uyungnya. Selanjutnya tempat ini dinamakan Baanuyung.
Namun mereka tidak terlalu lama tinggal disana, dan seorang anaknya pindah dari
Banuyung ke desa Gerih.
Sedangkan
Pasek Gelgel yang ditinggalkan di Baanuyung bersamaana istrinya, kemudian juga
pindah dari Baanuyung menuju barat laut. Akhirnya mereka sampai di suatu tempat
yang juga masih berupa hutan yang banyak pula ditumbuhi pohon enau. Hutan ini
lalu dirabas dan kemudian di sana mereka membangun rumah untuk tempat
tinggalnya. Dengan mempergunakan bahan – bahan bangunan dari pohon enau,
termasuk atapnya dibuat dari daun enau, dengan cara merajut disebut kelabang,
lama kelamaan tempat ini menjadi sebuah banjar diberi nama Banjar
Kelabangmoding. Sedangkan tempat pondoknya yang dahulu bernama baanuyung,
sesudah menjadi sebuah banjar dinamakan Banjar Bentuyung.
Adapun
pasek Gelgel di desa Gerih yang berasal dari Baanuyung dahulu, menyebut dirinya
Pasek Gelgel saja.
Banyak
keturunanaya di beberapa desa di antaranya Pasek Gelgel di Yehgangga dan
demikian ikhwal adanya Pasek Gelgel di Banjar Kelabangmoding Desa Tegalalang
dan Pasek Gelgel di desa Gerih.
Seterusnya
Pasek Gelgel di banjar Sema Desa Melinggih Payangan, menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar Majangan Desa Buahan, Payangan,
- Pasek Gelgel di banjar Mancinagn desa Manukaya,
- Pasek gelgel di Banjar Tanggayuda desa kedewatan.
- Pasek Gelgel di banjar Kadewatanlet Desa Kadewatan, dan
- Pasek Gelgel di Banjar Sema Semita Desa Suwat.
Selanjutnya Pasek Gelgel di Banjar
majangan Desa Buahan, payangan, menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar Selat Desa Buahan, Payangan dan
- Pasek Gelgel di bajar Majangan Desa Melinggih, Payangan.
Kemudian
Pasek Gelgel di Banjar Majangan Desa Melinggih, payangan, menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar Gata Desa Buahan, Payangan, dan
- Pasek Gelgel di banjar Pengaji Desa Melinggih, payangan.
Sedang Pasek Gelgel di Banjar Pangaji
desa pelinggih, Payangan, menurunkan:Pasek Gelgel di Banjar Pengaji Desa
Bondalem. Seterusnya Pasek Gelgel di banjar pengaji Desa Bondalem menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar Tengah Desa Tejakula dan
- Pasek gelgel di Banjar Celuk Desa Sangsit.
Kemudian pasek Gelgel di Banjar Mancingan
Desa Munukaya menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar Kawan Desa Bondalem dan
- Pasek Gelgel di Banjar Keloncing Desa Sinabun.
Adapun
Pasek Gelgel di Desa Tanggayudha Desa Kedewatan menurunkan Pasek Gelgel di
Banjar Bunutan desa Kedewatan.
Adapun
Pasek Gelgel di Desa Gelgel disamping menurunkan pasek Gelgel tersebut di atas,
juga mempunyai seorang anak angkat yang disebut Bendesa Bendega Dalem.
Ikhwal
adanya Bendesa Dalem dimulai dari Keberangkatannya Sri Kresna Kepakisan dari
Majapahit ke Bali pada tahun saka 1272, karena diangkatmenjadi adipati untuk
Bali. Beliau bersama pengiringnya dari Majapahit menyeberang ke Bali dengan naik
perahu, lalu berkedudukan di Desa Sampelangan, dan di Bali beliau lebih dikenal
dengan sebutan Dalem Sampelangan. Sebab itu Bendega perahu tersabut tidak
diperkenankan kembali ke majapahit, karena dianggap telah berjasa menyeberang
Sri Kresna Kepakisan dengan selamat sampai di bali. Sebab itu ia tetap tinggal
di Bali dan diberi gelar Bandega Dalem. Kemudian Bandega Dalem menurunkan
parati santana yang juga disebut Bandega Dalem selanjutnya menurunkan parati
santana diantaranya seorang perempuan bernama Ni Gayatari
Sesudah
dewasa, Ni Gayatri dikawini oleh I Gusti Nyuhaya patih agung kerajaan Gelgel di
bawah pimpinan Dalem Gelgel Sri Semara Kapakisan, yang bertahta mulai tahun
saka 1382. dari perkawinan Ni Gayatri tidak menurunkan anak.
Lalu
entah kenapa, Ni Gayatri diceraikan oleh I Gusti Nyuhaya. Kemudian Ni Gayatri
menghamba kepada Dalem Gelgel Sri Smara Kapakisan. Oleh karena Ni Gayatri
sangat cantik, Sri Smara Kapakisan jatuh cinta kepadanya. Namun, untuk
mengawini Ni Gayatri, Sri Smara Kapakisan tidak berani karena beliau sudah
mempunyai istri. Itulah sebabnya, Sri Smara Kapakisan secara gelap mengadakan
hubungan cinta. Hubungan cinta mereka ternyata berjalan romantis. Tak lama
kemudian, Ni Gayatri mengandung, dan akhirnya melahirkan seorang bayi laki –
laki yang cukup tampan. Karena anak ini lahir dari perkawinan yang tidak sah,
Smara Kepakisan memberikan anak itu kepada Bendesa Gelgel. Anak itu oleh
Bendesa Gelgel dijadikan anak angkat serta disebut Bendesa Bendega Dalem.
Seterusnya
bendesa bendega dalem menurunkan keturunan di Desa Jumpai. Selanjutnya, Bendesa
Bendega Dalem di Desa Jumpai menurunkan Bandesa Bendega Dalem di Banjar Cemagi
Desa Munggu. Kemudian bendesa bendega Dalem di Banjar Cemagi Desa Munggu,
menurunkan Bendesa Bendega Dalem di beberapa desa, antara lain Bendesa Bendega
Dalem di Kuta, dan lain – lain.
Kemudian
Gde Pasar Badung di Gelgel, daerah Klungkung, menurunkan delapan orang anak
laki – laki semuanya di sebut pasek gelgel, selanjutnya semuanya pindah dari
desa Gelgel ke beberapa Desa atau tempat:
- Pasek Gelgel yang sulung pindah ke Desa Mengwitani Badung, lalu disebut Pasek Mangwitani,
- Pasek Gelgel yang kedua pindah ke Jembrana, lalu disebut Pasek Jembrana,
- Pasek Gelgel yang ketiga pindah ke Desa Banjar, daerah Buleleng, lalu dikenal sebagai Pasek Banjar,
- Pasek Gelgel yang keempat pindah ke banjar urip, lalu dikenal dengan sebutan Pasek Banjar urip,
- Pasek gelgel yang kelima pindah ke suatu tempat di sebelah Utara gunung, dan oleh karena di tempat itu tampak sinar lalu disebut Prabhakaja, pasek Gelgel ini lalu disebut Pasek Prabhakaja, lama – kelamaan tempat tinggalnya Pasek Prabhakaja berubah menjadi sebuah kampung atau desa kecil, karena penghuninya masih sedikit lalu diberi nama penarukan, sedangkan nama penerukan diambil dari kata Taruka yang secara harfiah berarti kampung atau desa kecil. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Prabhakaja dahulunya adalah sebuah kampung atau desa kecil yang kemudian berubah namanya menjadi Penarukan, daerah Buleleng, yang didalam sejarah dan perkembangannya menjadi sebuah desa seperti sekarang. Pasek Gelgel yang keenam pindah kesebelah Utara gunung, ikut Rombongan I Gusti Gde Pasek dari desa Gelgel pindah ke Desa Panji.
- Sesudah menjadi raja I Gusti Gde Pasek bergelar I Gusti Agung Panji Sakti, sedangkan Pasek gelgel diangkat menjadi kepala desa bergelar bendesa, oleh karena itu lalu disebut Bendesa Lorgunung, dan selanjutnya menurunkan: Pasek Gelgel di Banjar jawa, Buleleng, daerah Buleleng.
- Dan Pasek Gelgel yang ketujuh ke desa Buleleng, daerah Buleleng, dan diangkat menjadi kepala desa bergelar bendesa, sebab itu disebut Bendesa Buleleng,
- Pasek Gelgel yang kedelapan yaitu yang bungsu pindah ke Desa Kayuan. Selanjutnya desa kayuan dirubah namanya menjadi Desa Kayumas disebut Bendesa Kayumas sudah berubah menjadi Desa Buddhakeling, daerah Karangasem.
Pada
masa pemerintahan Dalem Gelgel Sri Waturenggong yang bertahta mulai tahun saka
1382 sampai dengan 1472, di Kuta ada musuh dari Pesaruan mendarat untuk
menyerang Bali. Untuk menghalau musuh tersebut, Dalem Gelgel Sri Waturenggong
dengan pasukan cukup kuat datang ke Kuta. Maka terjadilah pertempuran sengit.
Dalem Waturenggong yang terkenal sakti dan dapat menghilang dari pandangan
mata, ditambah pasukan Gelgel yang cukup diandalkan, dalam tempo relatif
singkat dapat mengalahkan musuh. Tidak sedikit di pihak musuh menemukan ajal
dan luka – luka. Yang masih hidup mengundurkan diri dan naik perahu lalu segera
kembali ke Pesuruan. Di dalam pasukan Gelgel ini, ikut pula Pasek Gelgel
keturunan Bendesa Gelgel. Sesudah itu, musuh itu dapat dihalau. Sri
Waturenggong dan pasukannya kembali ke Gelgel. Sedangkan Pasek Gelgel
ditinggalkan di Desa Badung, lalu diangkat menjadi Bendesa bergelar Bendesa
Badung dan bertempat tinggal di Banjar Peraupan Kangin Desa Paguyangan,
daerah Badung.
Entah
berapa lama ia ada di Banjar Peraupan Kangin Desa Paguyangan, lalu menurunkan
Pasek Gelgel di Banjar Peraupan Kangin Desa Paguyangan. Selanjutnya, ia menurunkan Pasek
Gelgel di beberapa Desa. Antara lain:
- Pasek Gelgel di Banjar Srijati Desa Sibang gde,
- Pasek Gelgel di Desa Jagapati,
- Pasek Gelgel di Bangkiang sidem,
- Pasek Gelgel di Negara.
- Pasek Gelgel di Banjar Subamia,
- Pasek Gelgel di Desa Kerambitan,
- Pasek Gelgel di Desa Penarukan,
- Pasek Gelgel di desa Kelating,
- Pasek Gelgel di Desa Mambang,
- Pasek di Tegalmengkeb,
- Pasek Gelgel di Desa Antanaga,
- Pasek di desa Bongan,
- Pasek Gelgel di Desa Sepang, dan di beberapa desa lainnya.
Tersebutlah Pasek Gelgel dari Desa
Gelgel. Oleh karena terjadi kekacauan di Gelgel, lalu ia meninggalkan Gelgel
menuju arah barat. Tiba di suatu tempat yang kemudian diberi nama Tibakawuh
yang seterusnya berubah menjadi Tebakawuh, Payangan, sedangkan Pasek Gelgel
disana menyebut diri Pasek Tebakawuh.
Pada
tahun saka 1765 Payangan diserang oleh Buleleng akibat sengketa tapal batas.
Payangan kalah dan hancur lebur. Banyak rakyat Payangan meninggalkan kampung
halaman mencari tempat yang aman menyelamatkan jiwanya. Yang menyelamatkan diri
itu, termasuk keturunan Pasek Tebakawuh, lalu bertempat tinggal di Banjar
Kembangmerta, Desa Pengelumbaran, Daerah Bangli.
Adapun
Ki Bendesa Manik Mas di Gelgel lalu menurunkan Bendesa Manik Mas di Banjar
Wangaya klod, Desa Dawuh puri yang juga disebut Pasek Denpasar karena
bertempat tinggal di sebelah Utara Pasar Badung. Kemudian Pasek Denpasar
menurunkan:
- Bendesa Manik Mas di Banjar Basungyeh Desa Pemecutan,
- Pasek Gde Pasar di banjar Grenceng Desa Pemecutan,
- Pasek Gelgel di Banjar Pulugambang Desa Peguyangan,
- Pasek Bendesa di banjar Kayumaskaja, Desa Danginpuri,
- Pasek Gde Pasar di Banjar Legiankaja, Desa Kuta,
- Pasek Gde Pasar di Banjar Tengah, Desa Serangan,
- Pasek Gde Pasar di Banjar Petingan, Desa Kerobokan,
- Pasek Gelgel di Banjar Dajanpeken Desa Mengwitani, dan
- Psek Bendesa di Banjar Kayuaya, Desa Kubu.
Selanjutnya
Bendesa Manik Mas di Banjar Basungyeh Desa Pemecutan, lalu menurunkan:
- Pasek Gelgel di banjar Medwi,
- Pasek Gelgel di Banjar Padangsumbu,
- Pasek Gelgel di Banjar Tegalandang,
- Pasek Gelgel di Banjar Puseh Desa Sanur,
- Pasek Gelgel di Banjar Semawang Desa Sanur,
- Pasek Gelgel di Banjar anyarklod Desa Manibal,
- Pasek Gelgel di Desa Kapal,
- Pasek Gelgel di Banjar Padanglinjong,
Bandesa Manik Mas di Banjar Busungyeh Desa
Pamecutan, juga menurunkan: Pasek Gelgel di Banjar Gemeh Desa Dauhpuri,
yang karena memperoleh kedudukan sebagai penyarikan lalu lebih dikenal dengan
julukan Penyarikan.
Selanjutnya
Pasek Gde Pasar di Gerencang Desa Pemecutan, lalu menurunkan:
- Pasek Gde Bendesa di Banjar Pekandelan Desa Paguyangan,
- Pasek Gde Pasar di banjar Benaya Desa Paguyangan, dan
- Pasek Gde Pasar di banjar Temukus Desa Besakih.
Kemudian Pasek Ge Bendesa di Banjar
Pekandelan Desa Peguyangan lalu menurunkan:
- Pasek Bendesa Pasar di banjar Mandung Desa Sembunggde,
- Pasek Gde Pasar di banjar Bukitbatu Desa Sampelangan, dan
- Pasek Bendesa Pasar di Banjar Mundukwulan Desa Tangguntiti.
Perihal
adanya Pasek Bendesa Kayumas di Banjar Dangin peken Desa Sanur, dimulai dari
adanya serangan oleh I Gusti Abiantimbul kepada I Gusti Kepandean di Hutan
Mimba, yang berakhir dengan kemenangan dipihaknya I Gusti Abiantimbul
keturunan I Gusti Pemecutan. Sedangkan I Gusti Kepandean adalah keturunan Arya
Wang Bang Pinatih. Tatkala I Gusti Abiantimbul mengadakan serangan tersebut
juga diikutsertakan Pasek Bendesa Kayumas dari banjar Kayumaskaja Desa
Danginpuri.
Sesudah
I Gusti Kapandean dapat ditundukkan. Hutan mimba tersebut dijadikan pemukiman
dan dinamakan Banjar Intaran Desa Sanur. Sejak itu I Gusti Abiantimbul
berkuasa disana, dan oleh karena Pasek Bendesa Kayumas ini dianggap berjasa
kepada I Gusti Abiantimbul, lalu Bendesa Kayumas diangkat menjadi
carik dengan gelar Penyarikan. Dan keturunaannya di Banjar
Danginpeken Desa Sanur mempergunakan jati diri Penyarikan.
Sedangkan
I Gusti Pengumpian keturunan dari Arya Sentong dari Desa Carangsari, yang
semula berkuasa disana kemudian dikalahkan oleh I Gusti Kapandean keturunan
Wang Bang Pinatih. Oleh karena tidak lagi berkuasa, lalu menyerahkan diri dan
berlindung kepada Pasek Bendesa Kayumas yang sudah bergelar Penyarikan. Sejak
itu, I Gusti Pengumpian tidak lagi memakai gelar I Gusti. Dan ia
ikut memuja di pamerajan Pasek Bendesa Kayumas alias Penyarikan di Banjar
Danginpeken Desa Sanur. Oleh karena I Gusti Pengumpian berasal dari Carangsari,
maka ia sering datang ke Jro Carangsari, baik untuk sembahyang maupun
keperluan lainnya, dengan mengikutsertakan keluarga Pasek Bendesa Kayumas alias
Penyarikan.
Inilah
yang mengakibatkan adanya hubungan kekeluargaan yang erat antara keturunan I
Gusti Pengumpian dengan keturunan Pasek Bendesa Kayumas yang memakai jati diri
Penyarikan. Tradisi ini telah berlaku sejak lama secara turun – temurun, yang
kadang – kadang menimbulkan kekeliruan di dalam mengenal lalintihan.
Dengan
adanya kekeliruan ini tidak jarang menimbulkan perpecahan diantara keluarga
Pasek Bendesa Kayumas, karena adanya anggapan bahwa Penyariakan tersebut bukan
Warga Pasek.
Adapun
Pasek Gde Pasar di Banjar Legiankaja Desa Kuta menurunkan Pasek Bendesa di
Banjar Kanginan desa Kesiut, dan Pasek Bendesa di banjar Begawan Desa
Pedungan.
Selanjutnya
Pasek Bendesa di Banjar Kanginan Desa Kesiut menurunkan Pasek Bendesa di Banjar
Munduk Desa Pohsanten, sedangkan Pasek Gde Pasar di Banjar Petingan Desa
Kerobokan menurunkan Pasek Gde Pasar di Banjar Baleagung Desa Kerobokan.
Seterusnya
Pasek Gde Pasar di Banjar Baleagung Desa Kerobokan menurunkan Pasek Bendesa di
banjar Sedayu Desa Penarukan, sedangkan Pasek Gde Pasar Dajanpeken Desa
Mengwitani menurunkan Pasek Gde Pasar di Banjar Payangan Desa Petiga, Marga
Tabanan, dan Pasek Gde Pasar di banjar Jebaud Desa Beringkit, Marga daerah
Tabanan.
Kemudian
Pasek Bendesa di Banjar Kawan Desa Banyuniang menurunkan:
- Pasek Bendesa di Banjar Melanting Desa Banjar,
- Pasek Bendesa di Banjar Kubuanyar Desa Kubutambahan,
- Pasek bendesa di Banjar Desa Desa Les,
- Pasek Bendesa di Banjar Munduk Desa Banjar,
- Pasek Bendesa di banjar Baingin Desa Dencarik, daerah Buleleng, dan
- Pasek Bendesa di Banjar Yehgangga desa Sudimara.
Adapun
Ki Pasek Gelgel di Desa Depaha, Daerah Buleleng, kemudian memperoleh kedudukan
sebagai Perbekel Desa Depaha bergelar I Gusti Pasek Gelgel Depaha. Ia
kemudian menurunkan Pasek Gelgel di Banjar Pasek Desa Depaha. Selanjutnya Pasek
Gelgel di Banjar Pasek Desa Depaha menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar dan desa Bengkala,
- Pasek Gelgel di Banjar Celuk Desa Sangsit,
- Pasek Gelgel di banjar Kaja Desa Jagaraga,
- Pasek Gelgel di Banjar Sangket Selagrurung Desa Sukasada, dan
- Pasek Gelgel di Banjar Paketan.
Kemudian
keturunan I Gusti Pasek gelgel di banjar Pegatepan desa Gelgel, daerah
Klungkung yang pindah ke Desa Bebetin, mendapat kedudukan sebagai Perbekel di
Desa Bebetin bergelar I Gusti Pasek Gelgel Bebetin. Entah berapa lama I
Gusti Pasek gelgel Bebetin disana, lalu ia menurunkan Pasek Gelgel di Banjar
Pasek Desa Bebetin menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar Saba, Desa Lemukih,
- Pasek Gelgel di Banjar Buhu, Desa Kubu,
- Pasek Gelgel di Banjar Semabantas, Desa Kubu.
Seterusnya mereka inilah yang menurunkan
Pasek Gelgel Bebetin di beberapa desa, yang kadang – kadang mempergunakan jati
diri Pasek Gelgel Bebetin atau Pasek Gelgel saja.
Adapun
keturunan I Gusti Pasek Gelgel di banjar Pegatepan Desa Gelgel, kemudian dari
Desa Gelgel pindah ke Desa Gobleg, lalu bertempat tinggal di Banjar Bulakan
Desa Gobeleg, dan di sana diangkat menjadi Perbekel bergelar I Gusti Pasek
Gobeleg. Selanjutnya I Gusti Pasek Gobeleg menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar Bulakan, dan Banjar Taman, Desa Munduk, dan
- Pasek Gelgel di Banjar Kalibatu Desa Kayuputih.
Kemudian, Pasek Gelgel di Banjar Bulakan,
Desa munduk menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar Kepaksan, desa Gesing,
- Pasek Gelgel di Banjar Munduk, desa Antuaran,
- Pasek Gelgel di Banjar Danginrurung, Gunungsari,
- Pasek Gelgel di Banjar Kaja, Desa Kedis,
- Pasek Gelgel di Banjar Tengah, Banjar Babahan.
Seterusnya
Pasek gelgel di Banjar Kapakisan, Desa Gesing menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar Cempaga, Desa Cempaga, Desa Cempaga, dan
- Pasek Gelgel di Banjar Panti, Desa Bulian.
Adapun
Ki Pasek Gelgel di Desa Ababi, menurunkan Pasek Gelgel di Banjar Kaja, desa
Ababi. Ia lalu menurunkan:
- Pasek Gelgel di Banjar Kaler, Desa Antiga,
- Pasek Gelgel di Banjar Linggasana Batur, Desa Budakeling, dan
- Pasek Gelgel di Banjar Tukad Bungbunganpengawan, Desa Ababi.
Selanjutnya
Pasek Gelgel di Banjar Kaler. Desa Antiga menurunkan Pasek Gelgel di Banjar
Wangsianbuluh, Desa Tangkup, sedangkan Pasek Gelgel di Banjar Linggasana Batur,
Desa Budakeling, lalu menurunkan Padsek Gelgel di Banjar Kaleng Desa Antiga.
Ikhwal adanya Pasek Gelgel Ababi Satriya, Negara,
diawali
dengan terjadinya perkara kriminal yang menimpa keluarga Raja Karangasem.
Perkara kriminal itu ialah terjadinya pencurian harta benda keluarga Raja
Karangasem yang bernilai cukup tinggi, dan tidak diketahui siapa pencurinya.
Atas petunjuk yang diterima oleh raja Karangasem tanpa bukti, dituduh keturunan
Pasek gelgel Ababi yang melakukan pencurian tersebut. Raja Karangasem kemudian
akan menjatuhkan hukuman walaupun belum ada bukti.
Sebelum
Raja Karangasem menjatuhkan hukuman tersebut, keluarga Pasek Gelgel Ababi
mengadakan pertemuan keluarga untuk membicarakan masalah tuduhan Raja
Karangasem tersebut. Dalam pertemuan itu diambil keputusan menyuruh Pasek
Gelgel yang dituduh mencuri itu, agar pergi meninggalkan Desa Ababi untuk
menghindari hukuman tersebut. Lalu Pasek gelgel tersebut berangkat dari Desa
Ababi menuju arah Barat, dan entah berapa lama dalam perjalanan sampai di
Daerah Jembrana. Disana ia terus bertempat tinggal dan selanjutnya menurunkan
Pasek Gelgel di Banjar Satriya, Negara, daerah Jembrana, yang kemudian
berkembang dan menjadi satu pamarajan Pura Dadya. Demikian antara lain hikayat
Pasek Gelgel Ababi di Banjar Satriya, Jembrana
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Pura
Kawitan Pasek Bendesa
Prasasti pasek bendesa gelgel pasti dan
harusnya disimpan di salah satu merajan pasek bendesa gelgel, yang sekarang
keturunannya terdapat di beberapa tempat atau desa. Lazimnya, walaupun
mereka sudah tidak lagi menjabat bendesa tetap menyebut diri bendesa.
Sedangkan bendesa itu nama jabatan kepala desa pada zamannya. Untuk diketahui
siapa yang disebut pasek bendesa. Secara singkat dan garis besarnya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Karena keterbatasan ruangan mustahil
dapat diungkap dan diuraikan secara rinci mengenal asal – usul pasek bendesa
tersebut. Namun dapat dijelaskan bahwa putra bungsu Kyayi Gusti Agung Pasek
gelgel mantan raja bali bernama I Gusti Pasek Gelgel di banjar pengatepan. Desa
gelgel berputra 11 orang laki – laki . Walaupun sudah tidak lagi menduduki
jabatan bendesa pada umumnya keturunannya keturunannya juga menyebut diri pasek
bendesa.
Mengenai palinggih berbentuk memang
merupakan ciri khas warga Pasek. Sesuai fungsi yang diembanoleh leluhurnya,
warga pasek membedakan letak meru tersebut menghadap ke selatan yang berlokasi
pada deretan utara dan menghadap ke barat yang berlokasi pada deretan di timur.
Pendirian meru inipun hanya pada merajan yang berstatus merajan dan merajan agung/
dadya agung. Merajan yang berstatus panti, dan paibon tidak menggunakan meru
tumpang tiga, demikian ditentukan oleh para leluhur yang wajib diketahui dan
ditaati.
Tentang bentuk yang wajib didirikan
pada masing – masing merajan tersebut, apakah paibon, panti, dadya atau merajan
agung / dadya agung. Hal ini antara lain dapat diketahui dari sejarah
keberadaan warga pasek di masing – masing tempat. Di sini tidak mungkin dapat
dijelaskan satu per satu mengenai jenis bangunan suci yang harus didirikan pada
masing – masing status merajan tersebut, karena akan memerlukan ruangan cukup
luas
Pura Kawitan Pasek Penatahan
Pura Kawitan Pasek Penatahan
Kadang
– kadang seseorang atau warga menggunakan jati diri menurut tempat tinggal atau
jabatan, sehingga ada menyebut diri Pasek Penatahan, Pasek Galiukir, Pasek
Pajahan, Pasek Sanda dan lain – lainnya. Dengan menggunakan jati diri demikian
tanpa menyebutkan asal – usul, tidak jarang membingungkan keturunannya, dan
yang paling fatal kemudian mereka tidak mengenal leluhur dan pura kawitannya,
sehingga tidak jarang terjadi, karena tidak lagi memakai jati diri seperti
leluhurnya, lalu memanggap merajan penyungsungnya sebagai pura kawitan,
sedangkan pura kawitan yang sebenarnya kurang dikenal.
Untuk
menghindari peristiwa demikian, perlu dijelaskan asal – usul mereka, agar
jangan sampai terlanjur menggunakan identitas yang tidak sesuai dengan asal –
usulnya. Secara singkat dapat dijelaskan demikian :
- yang menyebut diri pasek panatahan adalah keturunan Pasek Wanagiri. Kecamatan silamdeg, kabupaten tabanan, yang berdomisili di desa penatahan lalu menyebut diri secara tradisi secara gugon tuwon pasek penatahan. Sesungguhnya mereka adalah Pasek Tohjiwa, keturunan I Gusti Pangeran Pasek Tohjiwa, salah seorang keturunan Sang Sapta Rsi Mpu Ketek.
- perlu diketahui apakah Pura Mas Melilit itu penyungsungnya khusus bagi pasek panatahan di banjar rangkan ,Desa Ketewel Kecamatan Sukawati, kabupaten gianyar, ataukah penyungsungnya umum. Bilamana hal ini diketahui, baru dapat diungkap dan diuraikan apa hubungan pura mas melilit dengan pasek penatahan.
- yang jelas pura mas melilit ini bukan pura kawitan pasek penatahan, dan bilamana pura ini sebagai penyungsungnya khusus pasek penatahan dalam berbagai status seperti misalnya paibon, panti atau dadya. Pura kawitan dari pasek penatahan ialah Pura Lempuyang Madya. Kecamatan abang, kabupaten Karangasem , bekas prahyangan Mpu Gnijaya sebagai bhatara kawitan dari maha gotra pasek sanak sapta rsi dan termasuk mereka yang menyebut diri pasek penatahan.
Poskan Komentar
Pura Kawitan Pasek Sanak Selem
Pura Kawitan Pasek Sanak Selem
Pura
pasek panyungsung saudara yang berlokasi bersebelahan dengan pura dasar bhuwana
gelgel di desa gelgel. Kecamatan dan kabupaten klungkung, bukan pura kawitan,
dan pura kawitan pasek adalah pura lempuyang madya. Kecamatan abang, kabupaten
karangasem. Sedangkan pura pasek yang berlokasi bersebelahan dengan pura pasek
yang berlokasi bersebelahan dengan pura dasar bhuwana gelgel adalah merajan
dalam berbagai status bukan pura kawitan mungkin sebagai merajan / dadya, panti
atau paibon, dan juga bukan merajan agung / dadya agung.
Yang
dinamakan siswa tidak mesti terhadap seorang sulinggih, dan dapat berubah
sesuai dengan situasi dan kondisi, asalkan yang dijadikan siswa adalah mereka
yang sudah berstatus sulinggih atau brahmana berdasarkan fungsi.
Merajan
yang terdapat di padangan, kebon pajahan dan anggasari merupakan penyungsungan
sanak kelarga saudara yang tadinya pindah ke tempat – tempat tersebut, dan
seterusnya dapat dejelaskan demikian :
- leluhur saudara dari desa gelgel, kecamatan dan kabupaten klungkung pindah ke puncang pedem, dan bangunan suci yang dibangun tersebut berstatus penyungsungan umum, dan bangunan suci yang dibangun berstatus penyungsungan umum, serta merajan – merajan tadi adalah penyungsungan sanak keluarga saudara dalam berbagai status.
- yang dimaksd dengan pasek gelgel sanak enem ialah pasek gelgel di desa aan, pasek gelgel di desa akah, pasek gelgel di desa mandwang, pasek gelgel di desa sangkanbhuwana, pasek gelgel di bhudaga dan pask gelgel di banjar pagetepan desa gelgel. Semuanya termasuk wilayah kabupaten klungkung.
Pura
Kyaki Agung Pasek Gelgel Aan di tuakilang Tabanan
Pura
Kyaki Agung Pasek Gelgel Aan di tuakilang tabanan
Pasek gelgel di tuakilang, tabanan,
yang lazim disebut bandesa sibangkaja adalah keturunan pasek gelgel desa
aan, kecamatan banjarangkan, kabupaten klungkung. pasek gelgel desa aan adalah
keturunan I Gusti Pasek Gelgeldi desa aan.
Merajan penyungsungannya di banjar
pasek desa aan, kecamatan Banjarangkan, kabupaten klungkung bukan pura kawitan.
Melainkan berstatus Merajan agung /dadya agung dan bukan pura kyaki agung pasek
gelgel aan. seterusnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
- I gusti pasek gelgel didesa aan, kecamatan banjarangkan. Kabupaten klungkung adalah seorang putra dari kyayi Gusti agung pasek gelgel. Setelah berdomisili di desa aan i gusti pasek gelgel membangun prahyangan sebagai tempat suci untuk memuliakan dan memuja arwah suci para leluhurnya. Di dalam sejarah perjalanannya kemudian disebutmerajan agung/ dadya agung pasek gelgel keturunan i gusti pasek gelgel aan.
- antara pura ratu pasek yang berlokasi di pura dasar bhuwana gelgel dengan merajan agung pasek gelgel di desa aan, mempunyai hubungan erat dan tidak dapat dipisahkan, karena dimulikan dan dipuja di pura ratu pasek dipura dasar bhuwana gelgel adalah lauhur igusti pasek gelgel aan pada khususnya dan warga pasek pada umumnya.
- kisah keberadaan pura tersabut diawali dengan pindahnya salah seorang putra dari pasek gelgel aan bernama pasek putu kereni dari desa aan ke desa sibangkaja, sekarang kabupaten badung. Di desa sibangkaja pasek putu kereni diangkat sebagai bendesa. Perlu dijelaskan bahwa pura kawitan pasek gelgel atau bandesa sibangkaja di tuakilang adalah pura lempuyang madya, kecamatan abang, kabupaten karangasem, bersamasama dengan pasek lainnya.
Peristiwa Penting yang dialami Pasek Padang Subadra
Peristiwa Penting yang dialami Pasek Padang Subadra
Ki Pasek Padang Subratha Meninggalkan Tulamben.
Pada
suatu hari sekitar tahun caka 1602 (tahun 1680M), di desa Tualaben diadakan
sabungan ayam. Ketika itu tiga anak buah perahu merapat di Pantai Tulamben.
Anak buah perahu yang terdiri dari orang-orang bugis turun ke darat. Tatkala
itu di arena sabungan ayam akan berlaga sepasang ayam jago yaitu antara ayam
berbulu buwik tersebut .Orang-orang perahu memberi tahu bahwa isi taruhannya
adalah seluruh isi ketiga buah perahu miliknya. Akan tetapi pemilik ayam itu
tidak memberikan dan mengatakan bahwa ayam itu tidak dijual.
Oleh
karena itu mereka menuntut orang-orang Desa Tulamben, membayar sejumlah taruhan
sesuai dengan perjanjian .Akan tetapi orang-orang Desa Tulamben tidak mau
memenuhi tuntutan mereka . Hal ini dilakukan oleh orang-orang Desa Tulamben
,karena mereka mengira bahwa orang-orang perahu tersebut tidak akan berani
berbuat apaapa, mengingat orang-orang Desa Tulamben jumlahnya jauh lebih banyak
.Apabila orang-orang perahu itu berani bertindak dan berbuat keonaran, maka
mereka akan dikeroyok oleh orang-orang Desa Tulamben, serta perahu mereka dan
seluruh isinya akan dirampas.
Dalam kekacauan demikian ,timbul
kekacauan di Desa Tulamben ,kekacauan itu disebabkan olek kutukan bhatara di
Kapurancak dan Pura Bulakan . Menurut kepercayaan , kesalahan yang pernah
dilakukan yakni adalah orang-orang Desa Tulamben telah berani menjual
batu yang dikeramatkan .Kemudian pada hari Jumat paing, wara
dungulan, orangorang perahu tersebut membelah batu keramat yang dapat
dibeli dari salah seorang pemimpin Desa Tulamben.Dari dalam batu tersebut
didapatkan tujuh buah prasati cili emas serta emas dan intan yang tak ternilai
harganya. Orang-orang erahu itu selanjutnya meneruskan pertempuran melawan
orang-orang Desa Tulamben,yang menyebebkan tidak sedilkit jatuh korban dari
rang Desa Tulamben.
Sesudah
berapa lamanya Wayan Pasek Sadra di Desa Sibetan ,pada suatu hari terjadi
kekacauan di Desa Sibetan . Sebab itu Wayan Pasek pindah lagi ke Desa Pasangkan
.Sedang rakyatnya berjumlah 400 kepala keluarga ditinggalkan di Desa Sibetan
seterusnya menghamba kepada I Gusti Lanang Putu yakni Putra dari I Gusti
Nengah Sibetan Benjo .Akan tetapi keluarga mereka terpisah tempat
tinggalnya ,namun perkuburannya tetap menjadi satu yaitu di Alas tunggal .
Demikianlah kisah hancurnya Desa Tulamben .
Gede Pasek Subratha Sebagai Patih Kyayi Agung Dhimade
Pada
sekitar tahun caka 1587 setelah wafatnya Sri Sagening Dalem Gelgel ,kedudukan
beliau digantikan oleh putra nya yaitu I Dewa Dhimade, dengan gelar Abhiseka
Sri Dhimade, sedangkan patih yang dijabat oleh I Gusti Agung Maruti.
Ketika
pemerintahan Dalem Gelgel Sri Dhimade, Patih I Gusti Agung Maruti memerintahkan
I Gusti Karangasem untuk menyerang Lombok dan Sumbawa yang pada waktu itu
dikuasai oleh Makassar. Penyerangan ke Lombok memperoleh kemenangan,lalu I
Gusti Karangasem mengirim utusan kepada Dalem gelgel, untuk memohon penjelasan
siapa yang akan ditugaskan memerintah Pulau Lombok . Utusan tersebut terditi
dari tiga orang. akan tetapi ketiganya mati terbunuh ,dan tidak dapat diketahui
siapa pembunuhnya dan apa latar belakangnya.
Setelah
wafatnya Sri Dhimade dengan meninggalkan dua orang putra nya yang masih
anak-anak, lalu I Dewa Jambe pindah dari Desa Guliang ke Desa Sidemen. Ia
bertempat tinggal sebelah utara Puri Singharsa, sedang I Dewa Pamayun tetap
tinggal di Desa Guliang. Hanya I Gusti Agung Maruti setelah berkuasa di Gelgel
bergelar Kyayi Agung Dhimade, dengan patihnya diangkat Gde Pasek Subratha
bergelar Ki Dukut Kertha.
Kyayi
Agung Dhimake ,hanya berkuasa di Gelgel dan sekitarnya sedang
daerah-daerah lainnya masih setia kepada Dalem. Para Kasatrya dan Arya yang
tidak mau dibawah perintah Kyayi Dhimade meninggalkan Gelgel ,sedang bagi
mereka yang maiu di bawah perintah Kyayi Agung Dhimade gelarnya diturunkan.
Puri
Gelgel dapat dikurung dan kyayi Agung Dhimade terdesak .Lalu bersama
keluarganya ,ia mengundurkan diri dari Gelgel menuju ke Barat .Yang menuju Sukawati,
ada juga yang yang terus menerus menuju Hutan Jimbaran ,di daerah Badung.
Peristiwa ini terjadi pada sekitar tahun caka 1599, kyayi Agung Dhimade diiring
oleh rakyatnya tidak kurang dari 800 orang. Di dalamnya terdapat keturunan dari
Gede Pasek Subratha ,dan sejak itu Kyayi Agung Dhimade kembali bernama I Gusti
Agung Maruti. I Gusti Agung Maruti mempunyai tiga orang putra laki perempuan
yaitu:
- I Gusti Agung Putu Agung, bertempat tinggal di Desa Keramas wilayah Gianyar
- I Gusti Istri Ayu Made, diperistri oleh pedanda Wanasara
- I Gusti Agung Anom, bertempat tinggal di Desa Kapal wilayah Badung
Keturunan
Gde Pasek Subratha ikut di Desa Keramas, selanjutnya disana ia membangun rumah
sebagai tempat tinggal serta mendirikan pamerajan sebagai tempat suci untuk
memuliakan dan memuja arwah suci para leluhurnya .Keturunannya ada juga yang
pindah dan bertempat tinggal di Kota Gianyar.
Luh Pasek Dikawini Oleh I Gusti Wayan Yasa.
Sesudah
ayahnya terbunuh di Bukit Pegat wilayah Desa Kutuh, Kintamani, I Gusti Tajeran
melarikan diri ke daerah Karangasem . Dari sini kemudian I Gusti Tajeran
berkelana sampai di Gunung Batukaru. Disana ia melakukan tapa ,dan entah berapa
bulan lamanya ada sabda dari Hyang Maha Kuasa, agar I Gusti Tajeran melihat ke
sebelah Tenggara. Setelah turun-temurun tinggal di desa Sunantaya, akhirnya
keturunannya bernama I Gusti Wayan Yasa kawin dengan seorang perempuan bernama
Luh Pasek keturunan dari Mpu Ketek. Dari perkawinannya ini, ia menurunkan tiga
orang anak laki perempuan bernama Ni Gusti Ayu Nyoman Sari.Mereka itu tinggal
di Desa Sunantaya dan inilah yang menurunkan I Gusti Sunantaya di Desa Sunantaya,
Penebel, wilayah Tabanan, dan I Gusti Ayu Tajeran adalah keturunan Arya
Kepakisan.
Made Pasek Cedok Diangkat Menjadi Patih
Sesudah
wafatnya Raja Gianyar I Dewa Manggis Dhirangki atau I Dewa Manggis VI,
kedudukan beliau digantikan oleh putranya bergelar I Dewa Manggis Dhisatria
atau I Dewa Manggis VII, dengan Patih kerajaan ialah Made Pasek Cedok
keturunan Kyayi Agung Pasek Padang Subadra.
Mengenai
pengakatan Made Pasek Cedok sebagai Patih kerajaan Gianyar, dikisahkan
keselamatanyya tidak terjamin apabila tinggal di Puri Agung Gianyar . Karena
Puri Agung Gianyar telah dikepung oleh pasukan dari I Dewa Gde Kapandean yang
bersenjata lengkap ,kemudian puri Agung Gianyar dapat diduduki oleh I Dewa Gde
Kapandean ,dan peristiwa ini terjadi pada akhir tahun 1848 M.
Dalam
kedudukannya sebagai patih, Made Pasek Cedok segera mengadakan pembersihan ke
dalam, dengan bertindak tegas tanpa pilih bulu. Siapa saja yang bersalah akan
dijatuhi hukuman sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Ke Dalam aparatur
pemerintahan dibenahi ,kehidupan rakyat diperhatikan dan seluruh aspek
kehidupan hingga kehidupan rakyat berangsur-angsur menjadi lebih baik dari
waktu-waktu sebelumnya serta keamanan dan ketertiban masyarakat menjadi lebih
mantap. Hubungan ke lain kerajaan dipererat dan ribuan pasukan Kerajaan Gianyar
bergabung dengan pasukan kerajaan Klungkung, membantu Kerajaan Buleleng
berperang melawan pasukan Belanda.
Utusan Belanda Diketahui
Kemudian
timbul sengketa dengan kerajaan Bangli akibat wilayah Tampaksiring dan Payangan
yang semula bernaung di bawah kerajaan Bangli, membelot kepada Kerajaan Gianyar
seluruh Desa yang berada di wilayah Tampaksiring dan Payangan saat itu menjadi
wilayah Kerajaan Gianyar.
Sejak
itu wilayah Kerajaan Gianyar bertambah luas dan kejadian ini menimbulkan
kecurigaan warga Bangli. Usaha Kerajaan Bangli dengan bantuan Belanda tidak
berhasil. Untuk itu pemerintah Belanda mengirim seorang patih dari Banyuwangi .
Mereka mengatakan lebih senang berada di bawah kekuasaan Raja Gianyar
dibandingkan berada dibawah kekuasaan Raja Bangli. Dikatakan bahwa Raja Bangli
sangat kejam menindas rakyat, kesalahan-kesalahan yang belum dapat dibuktikan,
dan karena hanya fitnah semata-mata sudah dijatuhi hukuman berat dan tidak
berperikemanusiaan . Mereka semua mengaku para kepala desa dari dua wilayah
tersebut . Berdasarkan gerak-gerik mereka . Patih Pringgokusumo yakin
bahwa mereka itu benar-benar rakyat dari tampaksiring dan Payangan dengan
maksud mengetahui keinginan rakyat dari dua wilayah tersebut ,ia anggap tidak
ada manfaatnya.
Berdasarkan
pengalaman itu ,dianggapnya sudah culup jelas mengenai keinginan rakyat di
kedua wilayah tersebut ,yakni secara spontan menyatakan secara spontan
menyatakan lebih senang berada di bawah pimpina Raja Gianyar .
Demikian
politik patih kerajaan Gianyar Made Pasek Cedok yang berhasil dalam mengelabuhi
utusan Belanda,dan mempertahankan wilayah Payangan dan Tampaksiring menjadi
wilayah kekuasaan kerajaan Gianyar.
Undang-Undang Demi Keselamatan Kerajaan Gianyar.
Pada
masa kepemimpinan Patih Made Pasek Cedok, demi keselamatan dan kesejahteraan
Kerajaan Gianyar mengeluarkan peraturan baru. Di sana mereka diberi surat izin
.Barang siapa melanggar ,berani mengajak tamu tanpa melaporkan terlebih dahulu
,mereka yang ditumpangi menginap dihukum denda 10.000. Apabila tamu itu
kehilangan/kecurian ,yang mengajak tamu tersebut harus membayar kerugian
seharga barang-barang yang hilang kepada tamunya.”
Patih Made Pasek Cedok Terhindar Dari Bahaya
Pada
suatu ketika Patih Made Pasek Cedok berada di Karangasem dan tidak kurang
seminggu disana.Ia selalu di incar oleh mata-mata Kerajaan Klungkung untuk
dibinasakan. Tatkala sedang berbicara dalam sidang dengan pemuka-pemuka rakyat
karangasem ,tiba-tiba datang budaknya brnama I Mileh. Begitu pula diketahui
oleh mata-mata dari Klungkung yang ditugaskan di Kota Karangasem ,khususnya
untuk memata-matai Patih Made Pasek Cedok.
Dengan
peristiwa ini Raja Klungkung merasa diperdaya oleh I Mileh lebih dahulu sudah
melarikan diri kembali ke Gianyar untuk menjemput Made Pasek Cedok. Sementara
itu Made Pasek Cedok sedang ada di Desa Gunungrata dengan membawa barang-barang
pemberian Raja Karangasem ,berupa pakaian selengkapnya, uang dan lain
sebagainya.
Tipu Muslihat Patih Made Pasek Cedok berhasil
Made
Pasek Cedok dengan tipu muslihat pernah membuat Raja Bangli kecewa. Kekecewaan
itu disebabkan oleh terbunuhnya orang kesayangan Raja Bangli di Desa Guliang .
Pada
suatu hari serombongan orang dari Badung hendak memuja Bangli . Sampai di
Gianyar mereka kemalaman. Oleh sebab itu rombongan tersebut bermalam di rumah
Made Pasek Cedok. Mereka ditempatkan di kamar yang bersebelahan dengan kamar
tidur Made Pasek Cedok. Setelah tengah malam ,datang serombongan orang-orang ke
rumah Made Pasek Cedok.Mereka menyatakan dirinya berasal dari Desa Guliang.
Tujuannya itu antara lain untuk menyerahkan diri ke Gianyar karena mereka tidak
sanggup lagi menderita penderitaan atas Raja Bangli. Penyataan mereka diterima
oleh Made Pasek Cedok dengan saran supaya mereka bersiap-siap menghadapi segala
kemungkinan dari tindakan Raja Bnagli. Sambil menunggu kedatangan pasuka
Kerajaan Gianyar di Desa Guliang. Made Pasek Cedok memberikan hadiah berupa
pakaian , sekayu , kain putih, candu, uang dan lain-lainnya sebagai pengikat
kesetiaan mereka.
Tak
terkira marahnya Raja Bangli tanpa perhitungan dan penelitian terlebih dahulu
lalu Raja Bangli memerintahkan membunuh I Beneh. Setelah I Beneh terbunuh Raja
Bangli baru sadar bahwa tindakannya sangat keliru. Beliau sangat menyesal Sebab
pendekar kepercayaannya telah tewas terbunuh akibat perbuatannya sendiri.
Padahal I Beneh sama sekali tidak bersalah. Tindakan itu sangat merugian
kerajaan Bangli. Dan sebaliknya menguntukan Kerajaan Gianyar. Dengan matinya I
Beneh, sejak itu rakyat di Desa-desa perbatasan tidak lagi terganggu dan merasa
aman sentosa karena orang yang ditakuti sudah tidak ada lagi. Demikian tipu
muslihat patih kerajaan Gianyar yang telah berhasil memperdaya lawan-lawan.
Puncak kejayaan Raja Gianyar adalah ketika diperintak Made Pasek Cedok.
Serangan Pasukan Kerajaan Bangli Digagalkan.
Pada
bulan April 1868 Raja Klungkung dari Bangli mulai dilancarkan. Rencana yaitu
menyerang Kerajaan Gianyar bersama-sama dengan Raja Badung dan Mengwi. Kerajaan
Gianyar diserang dari segala penjuru .Dari sebelah timur oleh pasukan Kerajaan
Klungkung , dari sebelah timur laut dari keeajaan Bangli,dari barat oleh pasuka
kerajaan Badung,dan dari Barat Laut dari kerajaan Mengwi. Patih kerajaan
Gianyar tidak kehilangan akal karena rencana ini lebih dahulu telah diketahui.
Itulah sebabnya jauh-jauh hari ia sudah mengadakan persiapan dengan
sebaik-naiknya.
Maju
mundurnya pasukan Kerajaan Gianyar , Badung dan Mengwi yang bertempur itu telah
diatur sedemikian rupa ,karena para pemimpin pasukan masing-masing kerajaan
telah bersepakat mengatur terlebih dahulu . Baik penyerangan maupun pertahanan
sudah diatur sedemikian rupa,sehingga tidak ada lagi korban berjatuhan,
terutama korban jiwa dan harta benda yang berharga.
Sebaliknya
pertempuran di fron timur dan timur laut sungguh sungguh hebat dan dari sebelah
Kerajaan Gianyar digempur oleh pasukan Kerajaan Klungkung. Dari sebelah timur
laut diserang oleh Pasukan Kerajaan Bnagli. Pertempuran ini berjalan dari pagi
sampai sore hari tanpa mengenal istirahat. Karena itu pasukan Kerajaan Bangli
tidak memperoleh kemajuan sedikitpun apalagi menduduki dan menguasai wilayah
kerajaan Gianyar , berkat pimpinan ketut Pasek . Pasukan kerajaan Gianyar
diperkuat oleh I Dewa Made Meranggi dari Gianyar keturunan Ksatrya taman bali
yang dahulu tatkala hancurnya kerajaan Taman bali mengungsi ke Gianyar .
Demikian kepemimpinan I Ketut Pasek di front pertempuran Desa Gunung Brata yang
berhasil menggagalkan serangan pasukan Kerajaan Bangli.
Desa Apuan Membelot ke Bangli
Desa
Apuan yang terletak di perbatasan Kerajaan Gianyar ,dengan Kerajaan
Bangli,termasuk wilayah Kerajaan Gianyar yang diperintah oleh I Dewa Gde Ratna
Kania salah seorang putra raja Gianyar. Tetapi I Dewa Gde Rania tidak
berkedudukan di desa Apuan karena kesehatannya sering terganggu . Dengan sangat
berat hati dan terpaksa ,Wayan Rebut diriingi oleh rakyatnya berjumlah sekitar
200 orang dating ke Giannyar menghadap ke Raja Gianyar I Dewa Manggis VIII.
Kedatangannya itu bertujuan melaporkan tindakan dawuh Batan yang brutal dan
sewnang-wenang. Alasannya hukuman itu dianggap menghina kedudukan anaknya
selaku penguasa Desa Apuan , Raja Gianyar sangat lemah menghadapi istrinya itu,
sehingga beliau tidak berani mengambil keputusan , sebab desa Apuan tersebut
merupakan wilayah kekuasaan putranya.
Wayan
Rebut yakin ,bahwa Kerajaan Gianyar tidak masih sekuat dahulu, lalu ia pulang
ke desa Apuan ,merencanakan mengadakan pemberontakan kepada Raja Gianyar.
Dugaannya ternyata benar. Di kalangan pembesar Kerajaan Gianyar ,sudah terdapat
keretakan serta timbul cekcok antara satu dengan yang lainnya. Hal ini ia tahu
dari berita-berita yang didengar selama menginap di Kota Gianyat,di rumah sanak
keluarganya Ki Pasek keturunan dari Made Pasek Cedok bekas Patih Kerajaan
Gianyar.
Adapun
Saran Ketut Pasek, hanyalah kritik semata-mata yaitu untuk member kesempatan
kepada Rakyat Desa Apuan dan pasukan Kerajaan Bangli, memperkukuh benteng
pertahanannya. Sesungguhnya rencana pembelotan ini diketahui oleh Made Pasek
Cedok, walaupun sebenarnya kedua bersaudara tersebut yaitu Made Pasek Cedok
bersama adiknya Ketut Pasek, tidak dapat menyetujui pembelotan tersebut. Hal
ini dapat diketahui dari dari kata-kata Made Pasek Cedok pada suatu rapat. Ia
mengatakan ,bahwa pamucu sebelah timur laut wantilan puri Agung Gianyar hampir
roboh.
Peristiwa
ini sama seperti kejadian rakyat Tampaksiring dari Payangan, tatkala mereka
disebut menyerahkan diri kepada raja Gianyar yang lampau. Penolakan Raja Bangli
itu dipandang cukup beralasan ,sebab itu Raja Klungkung tidak berani
mendesak.Apabila terus didesak ,dikhawatirkan Raja Bangli menjadi salah terima.
Kemarahan Raja Bangli dianggap lebih merugikan daripada kekecewaan Raja
Gianyar. Menghadapi kenyataan ini, Ketut Sara sungguh kecewa dan cemas hati.
Setibanya di Gianyar ia segera mengerahkan pasukan Kerajaan Gianyar untuk
menggempur Desa Apuan. Peristiwa ini terjadi pada pertengahan bulan Maret 1884.
Di bawah pimpinan Ketut Sara, pasukan Kerajaan Gianyar menggempur Desa Apuan.
Sehingga terjadilah pertempuran hebat antara pasukan Kerajaan Gianyar melawan
pasukan Kerajaan Bangli. Dalam pertempuran ini pasukan Kerajaan Bangli dapat
menundukan pasukan Kerajaan Gianyar yang tidak sedikit menimbulkan korban, baik
yang gugur maupun yang luka-luka. Oleh karena hari sudah menjelang malam,
pasukan Kerajaan Gianyar yang mulai merosot semangat juangnya mengundurkan
diri, lalu kembali ke Gianyar, Dengan demikian berat usaha Ketut Sara merebut
Desa Apuan.
Masyarakat
sangat menyayangkan Raja Gianyar yang menyerahkan pimpinan pemerintahan
Kerajaan Gianyar kepada Ketut Sara ,ipar Raja Gianyar yakni adik Dari isteri
Raja Ni Jro Nyeri. Demikianlah ikhwal membelotnya Desa Apuan terhadap Kerajaan
Gianyar,yang dilakukan oleh kepala Desa Wayan Rebut, yang masih menjadi satu
kawitan dengan Made Pasek Cedok, karena Wayan Rebut juga Warga Pasek.
Gde Subratha Ikut Pasek Gelgel di Desa Songan
Pada
sekitar tahun 1891, pasukan Peliatan, Ubud dan Tegalalang menyerbu Negara dari
segala penjuru. Dalam sekejap, kota Negara menjadi lautan api. Serangan itu
memang dilakukan secara mendadak serentak dan sontak. Jenazah Cokorda Oka,
bekas pegawai Negara yang masih disemayamkan di purinya turut terbakar bersama
seluruh puri menjadi satu .
Pada
waktu itu seluruh tokoh masyarakat Gianyar ditangkap dan ditawan di Bangli, di
antaranya ada yang dihukum mati. Di antara tokoh masyarakat Gianyar yang
ditawan di Bangli, terdapat Gde Subratha keturunan bekas patih kerjaan Gianyar
Made Pasek Cedok. Dalam keadaan yang demikian. Perbekel Desa Songan Made Pasek
bersama perbekel Desa Abang Made Pasek karena merasa berasal dari satu kawitan
yaitu sama-sama Warga Pasek, memberanikan diri menghadap Raja Bangli. Di sana
Made Pasek dari Songan bersama Made Pasek dari Abang , mohon kepada Raja Bangli
agar Gde Subratha bebas dari hukuman.
Lama-kelamaan
setelah Pulau Bali seluruhnya dukuasai oleh Belanda , maka Gde Subratha kembali
ke rumahnya di Banjar Sangging di Kota Gianyar untuk melanjutkan kehidupan
sebagai ahli waris dari leluhurnya seperti Made Pasek Cedok. Dahulu ,tatkala
Gde Subratha diajak ke Desa Songan ,ia dijadikan sahabat akrab oleh seorang
Sanghyang sanak saudara dari Perbekel Desa Lebih. Demikianlah kisan hanya Gde
Subrata yang pernah ikut tinggal di Desa Songan, Kintamani, diajak oleh kluarga
Made Pasek Perbekel Desa Songan.
Keturunan Mpu Kananda dan Kisah Seorang Pemangku Palsu
Alkisah
Mpu Kananda menikahi gadis pilihannya, putri Mpu Swethawijaya. Dari hasil
pernikahannya itu, lahirlah seorang anak laki-laki diberi nama Sang Kuladewa.
Sesudah dwijati, bergelar Mpu Swethawijaya. Gelar ini persis sama dengan
kakeknya dari pihak perempuan.
Pada
suatu hari datanglah orang-orang Desa Besakih dengan maksud menjemput Wira
Sang Kulputih, agar memuja suatu yadnya. Tatkala itu, wira Kulputih tidak
ada di pasraman. Yang ada adalah I saGotha seorang diri. Orang-orang Besakih
yang datang ke pasraman itu tidak mengenal wajah Wira Sang Kulputih. Oleh
karena itu ,I Gotha yang disangka Wira.
Sampai
di istana para Mpu ini diterima dengan sopan santun sebagaimana layaknya
seorang sulinggih yakni Panditha,dan kemudian kepada Para Mpu ini ditanya oleh
Raja Sri Dangdang gendis, siapa gerangan diantara Mpu ini dapat .berdiri di
ujung tombak .Walaupun para Mpu ini dapat berbuat sebagaimana pertanyaan Sri
Dandanggendis yaitu berdiri di ujung tombak ,namunpara mpu tidak mau
melaksanakan karena merupakan sebuah pantangan bagi seorang panditha untuk
berbuat seperti itu,sebab itu berdasarkan kesaktian, sedang para Mpu sudah
melaksanakan kebajikan dan kedharmaan.
Selanjutnya
para Mpu tersebut meninggalkan Kediri atau Daha , semula menuju Desa Panjiwan
yang berada di bawah kekuasaan Tumapel, kemudian dari sana para Mpu pindah lagi
ada yang menuju Pasururan dan tempat lain, sedang Mpu Purwartha tetap tinggal
di Desa Panjiwan. Sesudah bermukim di Desa Panjiwan bersama kedua orang
puteranya, pada suatu hari Ken dedes ditinggal sendirian di Pasramannya Mpu
Purwartha, dan saat itulah AdhipatI Tumapel Tunggul ametung datang untuk
meminang Ken dedes, yang sangat cantik, oleh karena Mpu Purwatha sedang
berpergian, Ken Dedes dilarikan oleh Tunggul Ametung ke Tumapel ,dan terus dikawini,
dan ketika Mpu Purwtha pulang ke Pasramannya didapatkan pasramannya kosong dan
putrinya Ken dedes sudah tidak ada . Setiap orang yang ditanyai tentang
putrinya tidak ada yang bias memberikan jawaban.
Kemudian
Tunggul Ametung benar mati ditikam keris milik Ken Arok ,dan Ken Dedes yang
dalam keadaan hamil lalu dikawini oleh Ken Arok ,yang selanjutnya menurunkan
Raja-raja di tanah Jawa. Sedang kakak kandung dari Ken Dedes bernama Mpu Purwa,
kemudian kawin dengan putrinya Arya tatar,lalu berputra bernama De Pasek Tatar.
Lama
kelamaan ,mereka masing-masing menurunkan anak ,sebagai berikut:
De Pasek Tatar Pipid
di
banjar Kaler Desa Pipid ,seterusnya menurunkan Pasek Tatar Pidpid di Desa
Pidpid,dan di desa lainnya di seluruh Bali.
De Pasek Tatar Telengan
di
Banjar Tengah Desa Gagelang, kemudian menurunkan:
- Pasek Tatar Telengan di banjar Telunwayah desa Talibeng,
- Pasek tatar Buruan di Banjar Buruan Desa Tampaksiring,
- Pasek Tatar Kayuputih Di Desa Bebandem,
- Pasek Tatar Kalangayar di Banjar Kalangayar desa Talibeng, dan sebagainya.
Anak
Bandesa Telengan dikawini oleh I Gusti Kaloping Pada sekitar tahun 1472 Dalem
gelgel Sri Waturenggong wafat lalu kedudukannya digantikan oleh puteranya
bergelar Sri Pamayun . Oleh karena beliau masih anak-anak pemerintahannya
didampingi oleh paman-pamanya. Pada awalnya pemerintahan berjalan dengan baik
,kemudian tiba pada masa kaliyugha terjadi persekongkolan antara I Dewa
Anggungan dengan Patih I Gusti Batanjeruk dan kawan-kawannya, untuk
menggulingkan pemerintahan dan merebut kekuasaan dari Delem Sri Bengkung. Yang
ambisi menduduki tahta kerajaan sebagai Dalem ialah I Dewa Anggunan salah
seorang paman dan pendamping pemerintahan Dalam Sri Pamayun.
Sebelum
eksekusi itu dilaksanakan pada suatu malam I Gusti Made Paduwungan bersama I
Gusti ayu Meranggi melarikan diri dari Sedemen ke dalam hutan. Sesudah
beberapa bulan bersembunyi di dalam hutan ,lalu mereka menuju Besakih untuk
sembahyang memohon keselamatan,dan dari sana terus menuju desa Balian dan
akhirnya kedesa Bakas. Di Desa Bakas mereka diterima baik oleh Pasek Sadang
Subrada selaku kepala Desa Bakas dan oleh karena I Gusti Made Paduwungan
mengaku keturunan dari Pasek Padang Subrada. Selanjutnya di sana I Gusti Made
Paduwungan dikawinkan dengan I Gusti Ayu Meranggi oleh Pasek Padang
Subadra,kemudian menurunkan 4 orang anak lakilaki, masing-masing bernama Gde
Meranggidhana, Made Paduwungan, Nyoman Kayuan dan Ketut Batuan.
De Pasek Tatar Mangku Baleagung Bukit Cemeng
di
bukit Cemeng Desa Bugbug ,menurunkan seorang anak bernama Pasek Tatar Ngis di
banjar Ngis kelod desa Ngis ,selanjutnya menurunkan Pasek Tatar Tumbu di banjar
Tumbu kelod desa Tumbu, seterusnya menurunkan Pasek Tatar di Banjar Desa Datah.
De Pasek Tatar di Gelgel
berputera
seorang laki-laki bernama Gurun De Pasek Panataran sangat taat dan setia kepada
Dalem Gelgel Sri Waturenggong yang mulai naik tahta pada tahun I caka 1382,
menggantikan kedudukan ayahnya yang telah wafat yakni Sri Smara Kepakisan .
Gurun
De Pasek Panataran menurunkan 3 orang anak laki-laki:
- Paseh di Desa Telengan,daerah Karangasem,
- Pasek Panataran, kemudian ditugaskan di Denbukit bertempat tinggal di Banjar Baleagung Buleleng
- Nyoman Pasek Tatar,
Pasek
Panataran di desa Telengan menurunkan seorang anak laki-laki bernama De Pasek
Tatar Baleagung, sedang Nyoman Pasek Tatar ikut Dewa Pamayun dari Desa Gelgel
pindak ke Perasi, kemudian pindah ke Desa Tulamben daerah Karangasem,lalu
menurunkan dua orang laki-perempuan bernama Ni Luh Pasek Panataran, selanjutnya
diperistri oleh anaknya De Pasek Subratha.
Adapun
De Pase Tatar kawin dengan Ni Luh Tatar kemudian menurunkan dua orang anak
laki-perempuan , masing-masing bernama Gde Pasek dan Ni Luh Sani. Tatkala
terjadi kekacauan di Desa Tukadkaling, anaknya De Pasek Tatar semuanya
melarikan diri dari Desa Tukadkaling menuju Desa Tianyar,selanjutnya bertempat
tinggal di Banjar Bila Desa Tianyar, sedang Gde Pasek Penataran kawin dengan Ni
Luh Gelgel, kemudian diiringi oleh rakyatnta sebanyak 50 orang, selanjutnya
bertempat tinggal di Desa Pidpid.
Entah
berapa lama Gde Bila bertempat tinggal bersama-sama Pasek Salulung di Desa
Tajun, lalu Gde Bila di suruh oleh Pasek Salulung pindah dari Desa Tajun ke
dalam hutan tamblang, lalu di dalam hutan tersebut gde bila membangun pondok
sebagai tempat pemukimannya.
Gde
Bila bertempat tinggal di dalam hutan tamblang tersebut disertai oleh lima
orang yaitu I Tuwa, I Geta, I Giling, I Carukcit semuanya orang-orang Bali
Aga.
Dengan
berpenduduk 6 kepala keluarga , lalu disana Gde Bila membangun sebuah banjar
dan diberi nama Bilatua , dan lama-kelamaan banyak orang banjar datang dan
bermukim di sana, sehingga sejak saat itu penduduk banjar bilatua tersebut
menjadi bertambah banyak. Selaku pimpinan banjar tersebut ditetapkan Gde
Bila disamping tugasnya sebagai penyarikan dengan bergelar Gde Nyarikan,
kemudian Gde Nyarikan menurunkan tiga anak laki-perempuan , masing-masing
bernama:
- Gde Nataran ,
- Ni Luh Made Bila, dan
- Ni Luh Nyoman Anyar, dikawinkan oleh Pasek Manikan.
Mereka
ini kadang-kadang tidak mempergunakan jati diri atau sebutan Pasek Tatar
,melainkan hanya disebutkan Pasek Bale Agung secara turun-temurub,dan
dari peristiwa ini tidak jarang menimbulkan kekeliruan di dalam menyelusuri
lalintihan.
Ni
Nyoman Rai Serimben Dikawini Oleh R.Soekemi Sostridiharjo.
Entah
berapa lama Ki Pasek Tatar Baleagung Buleleng. Kemudian ada salah seorang
keturunannya bernama Ni Nyoman Rai Serimben secara niskala ditunjuk oleh
Bhatara yang dimuliakan dan dipuja langsung di Desa Baliagung menjadi Balian di
Pura Desa Baliagung. Untuk mengindari hal-hal yang tidak diinginkan ,maka kedua
mempelai ini lalu berlindung di rumah seorang anggota polisi di Singaraja
.Tatkala pihak keluarga perempuan menjemputnya,anggota polisi tersebut melarang
dengan penjelasan bahwa kedua mempelai tersebut berada di dalm perlindungannya,
De Pasek Tatar Panataran di Banjar Panataran desa Kendran
menurunkan
Pasek Tatar di banjar Kwan Desa Tejakula dan Pasek Tatar di banjar Apityeh desa
Patemon.
De Pasek Tatar Campaga
di
banjar desa Campaga kemudian menurunkan Pasek Tatar Lebah di banjar Lebah desa
Datah lalu menurunkan Pasek Tatar Kalakah di Desa Pipid.
De Pasek Tatar Sidembunut
di
banjar Sidembunut desa Campaga,menurunkan dua orang anak .
Adapun
Pasek Tatar di banjar Belangsingha desa saba , mempunyai dua orang anak
lakilaki.
Demikianlah
keturuna Mpu Ketek , Mpu Kanada,dan Mpu Wiradnyana dan perkembangannya,yaitu
putra pertama, kedua dan ketiga dari Mpu Gnijaya.
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan
keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk
dan neraka.
Peristiwa Terbunuhnya Pasek Badak
Sungguh menarik kisah I Gusti Agung
Putu bertempat tinggal di Puri Kaleran. Pada suatu hari, ia mengundang Pasek
Badak. Ki Pasek Badak datang ke sana bersama keluarga rakyat sebagai
pengiringnya. Pasek Badak setuju dan memberitahu kepada I Gusti Agung Putu, ia
tidak bias dibunuh dengan keris pusaka .
Jenazahnya diurus sebagaimana mestinya
oleh I Gusti Agung Putu sebagaimana menurut tradisi Hindu .
Ada seorang pasek Badak laki-laki yang
masih anak-anak diajak oleh I Gusti Agung Putu ke purinya. Kemudian sesudah
kerajaan Mengwi berdiri serta anak itu sudah dewasa ,anak itu diangkat menjadi
sedahan ,memegang seluruh harta benda kekayaan I Gusti Agung Putu. Pedang yang
bias dipakai membunuh Pasek Badak, kemudian diberi nama Ki Nagakeras sebagai
senjata Pusaka I Gusti Agung Putu
Sedang keturunan Pasek Badak Sedahan
Puri Mengwi, masih tetep tinggal di Banjar Gulingan ,Mengwi. Lama-kelamaan ada
keturuannya pidah tempat ke berbagai desa, seperti misalnya ke desa Braban,
Kediri, wilayah Tabanan dan lain-lainnya.
Mengenai keturunan I Gusti Pangeran
Pasek Tohjiwa yang ada di beberapa desa ,dapat dijelaskan sebagai berikut:
Keturunan Pasek Tohjiwa, yang dikenal dengan julukan Pasek Badak ada yang
kembali ke Desa Buduk, lalu bertempat tinggal di Banjar Sengguan Desa Buduk,
wilayah Badung. Kemudian ia menurunkan enam orang anak semuanya disebut Pasek
Tohjiwa,namun berlainan tempat tinggal yaitu:
- Pasek Tohjiwa di Banjar Sengguan Desa Buduk
- Pasek Tohjiwa di Banjar Gunung Desa Buduk
- Pasek Tohjiwa di Banjar Danginjalan Desa Buduk
- Pasek Tohjiwa di Banjar Dawuhjalan Pasekan Desa Buduk
- Pasek Tohjiwa di Banjar Tengah Desa Buduk
- Pasek Tohjiwa di Banjar Umadwi Desa Padangsambian.
Sang Catur Sanak dari Panca Tirtha kembali ke Bali
Sang Catur Sanak dari Panca Tirtha kembali ke Bali
Dari
peristiwa peristiwa yang telah dikemukakan pada babad terdahulu, dapat
disimpulkan, betapa eratnya hubungan pulau jawa khususnya Jawa Timur dengan
Pulau Bali, terutama dalam hal spiritual. Ditambah lagi dengan berkuasanya Ratu
Kediri atas Pulau Bali seperti tercantum pada prasasti Desa Julah, yang
disimpan di Desa Sembiran, kecamatan Tejakula (buleleng) bertahun saka 905.
Dalam prasasti itu ada memuat nama seorang ratu Yakni Wijaya Mahadewi.
Dihubungkan dengan prasasti yang mempergunakan tahun saka 859, di dalamnya
dijumpai sebuah kalimat.
Ikatan
tali kasih antara Bali dan Jawa Timur bertambah erat, dengan dilangsungkannya
perkawinan agung antara sri Udayana (dharmmodayana) Warmadewa dari Bali dengan
sri Mahendratta, adik perempuan Raja Daha di Jawa Timur . Sri Mahendratta
adalah cicit dari sri maharaja Paradewasikan Kamaswara Dharmmawangsa, raja di
Jawa Timur pada tahun saka 851. Sesudah berakhir masa jabatannya sebagai raja,
beliau menjalani dharma kebrahmanan dengan melalui suatu upacara pudgala yaitu
Dwijati atau diksa bergelar Mpu Sendok.
Sang
Sapta Pandita atau Sang Sapta Rsi Putra dari Mpu Gnijani, sudah samasama kawin
dan berumah tangga dijawa, kemudian masing-masing memiliki keturunan.
- Mpu Ketek mempersunting putri Ki Aryya Padang Subadra, berputra dua orang lakilaki. Yang sulung bernama Aryya Kapasekan, dan adiknya bernama Sang Hyang Pamacekan.
- Mpu Kananda menikah dengan putri Mpu Swethawijaya, berputra seorang laki-laki bernama Sang Kuldewa. Sesudah menempuh acara dwijati, sang Kuldewa bergelar Mpu Swethawijaya, sama namanya dengan kakek dari Pradhana (pihak perempuan).
- Mpu Wiradnyana menikah dengan putri Mpu Panataran berputra seorang laki-laki bernama Mpu Wiranatha.
- Mpu Withadarma mengawini putri Mpu Dharmaja berputra seorang laki-laki bernama Mpu Wiradaharma.
- Mpu Ragarunting kawin dengan putri Mpu Wiranathakung berputra seorang lakilaki bernama Mpu Wirarunting alias Mpu Paramadhaksa.
- Mpu Prateka mengambil putri Mpu Pasuruan, berputra seorang laki-laki bernama Mpu Pratekayajna.
- Mpu Dangka menikah dengan putri Mpu Sumedang, berputra seorang laki-laki bernama Mpu Wiradangkya.
Alkisah,
sesudah Sri Mahendratta dipersunting sri Udayana Warmadewa, pada tahun saka
910, bersama-sama dinobatkan menjadi raja di Bali dengan gelar Sri Gunaprya
Dharmmapatni warmadewa, keduanya sering disebut raja suami istri. Sejumlah
dokumen, antara lain prasasti desa Sading, kecamatan Mengwi.
Peranan Para Mpu di Bali
Kedatangan
empat pandita yang juga disebut Sang Catur Sanak Bali membawa angin segar bagi
daerah daerah ini. Sebab, empat rohaniawan iitu bukan saja ahli dalam bidang
agama, namun juga menguasai berbagai hal yang berkaitan dengan pemerintah dan
politik. Seorang diantaranya yang sangat menonjol dalam berbagai bidang
keahlian, yaitu Mpu Kuturan. Hal ini dapat dibuktikan dengan dipilih dan
diangkatnya beliau dalam kedudukan sebagai senapati. Disamping itu, Mpu Kuturan
juga dipilih dan diangkat selaku ketua majelis bernama Pakira-kiran Ijro
Makabehan, yang beranggottakan seluruh senapati dan para Pandita Dangacaryya
dan Dangupadhyaya (Siwa dan Buddha).
Majelis
ini adalah sebuah lembaga tinggi Negara dalam pemerintahan Sri Gunaprya
Dharmmaphatni. Lembaga ini berfungsi dan berugas memberi nasihat dan
pertimbangan kepada raja. Jadi, mungkin semacam Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
dalam pemerintahan RI. Selain itu, lembaga ini juga menggodok program kerajaan.
Jadi semacam MPR menyusun GBHN.
Program
kerajaan yakni melakukan pembinaan disegala bidang. Yang tak kalah penting
mendapat penekanan yakni menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh
karena itu, pihak kerajaan selalu menciptakan kestabilan dalam bidang politik,
ekonomi, social, budaya dan agama. Segala sesuatu yang hendak dijalankan oleh
pemerintah, terlebih dahulu senantiasa dimusyawarahkan di dalam siding majelis.
Setelah diputuskan dalam sidang majelis, barulah keputusan itu dilaksanakan
oleh pemerintah kerajaan.
Mpu
Kuturan, sebagaimana telah disinggung sepintas , tatkala di Jawa pernah
bertahta sebagai raja berkedudukan di Girah. Dan mempunyai seorang putri
bernama Dyah Ratna Manggali. Namun Mpu kuturan dan istrinya mengalami
pertentangan, sehingga keluarga itu menjadi retak. Konflik itu terjadi karena
istrinya menerapkan ilmu hitam yaitu menjalankan teluh terangjana, sedang Mpu
kuturan menerapkan ajaran ilmu putih yaitu kebijakan. Sebab itu istrinya tidak
diajak ke Bali dan ditinggalkan bersama putrinya di Girah, Jawa. Nah karena
menjanda, istri Mpu Kuturan ini dijuluki “walu atau rangda natheng girah”yang
artinya janda raja Girah. Pengalaman Mpu Kuturan sebagai raja di Girah,
diterapkan di Bali. Dari hasil penelitian yang dilakukan Mpu Kuturan sendiri,
beliau memperoleh informasi, data dan fakta yang sangat bermanfaat untuk
mengatasi kemelut Yang terjadi di dalam masyarakat, sebagai dampak perbedaan
kepercayaan dan penganut agama yang berbeda. Beliau sudah menemukan kiat untuk
mengatasi kemelut yang terdapat du dalam masysrakat. Namun beliau tidak segera
melakukan tindakan, karena masih menunggu waktu yang tepat.
Pada
suatu hari yang dianggap baik, Mpu Kuturan, selaku ketua Majelis Pakirakiran
Ijro Makabehan, mengadakan persamuan agung dengan mengambil di tempat batanyar.
Pada pesamuan agung itu diundang dan hadir tokoh dari masing-masing penganut
kepercayaan dan pemeluk agama, yang dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
- Mpu Kuturan disamping selaku ketua Majelis Pakira kiran ijo makabehan dan pimpinan tersebut, juga sebagai wakil penganut agama Budha.
- Tokoh-tokoh atau pimpinan orang-orang Bali Aga, dari masing-masing kepercayaan dan pemeluk agama yang terdiri dari sad paksa agama, diijadikan satu kelompok yang jumlahnya paling banyak.
- Tokoh-tokoh dan pimpinan Agama Siwa didatangkan dari Jawa meripakan kelompok tersendiri.
Karir
Mpu Kuturan cepat menanjak. Namun itu bukan berarti, kehadiran kakakkakak
beliau, tidaklah berarti dan tidak berkesan. Oleh karena disamping beliau
mengkhususkan dalam bidang agama, juga ikut membantu Mpu kuturan, baik dalam
jabatan selaku ketua majelis. Beberapa buah prasati yang terbuat daril lembaran
tembaga, yang memakai aksara palawa atau Medang, mempergunakan bahas Bali Kuna
atau Jawa Kuna, ada memuat nama Mpu Kuturan lengkap dengan jabatan beliau
sebagai senapati. Prasasti itu merupakan sebagai salah satu bukti akan
kebenaran jabatan yang pernah dipangku Mpu Kuturan. Prasasti-prasasti tersebut
sampai sekarang masih disimpan dibeberapa tempat, yaitu :
- Di desa Serai, kecamatan Kintamani (bangle) yang bertahun saka 915
- Di Pura Abang Desa Batur, kecamatan Kintamani (bangli) yang bertahun saka 933
- Di desa Sambiran Kecamatan Tejakula (buleleng) yang bertahun saka 938
- Di desa batuan, kecamatan Sukawati (Gianyar) yang bertahun saka 944
- Di desa buahan, kecamatan kintamani (banglli) yang bertahun saka 947
- Di pura Kehen Bangli, tidak dapat dibaca tahunnya, karena sebagian sudah rusak.
- Di desa Ujung, Kecamatan Karangasem (karangasem) yang bertahun saka 962
Sekian
banyaknya prasasti itu sebagai salah satu fakta sejarah, yang mencatumkan nama
Mpu Kuturan sebagai senapati di Bali pada tahun-tahun tersebut.
Prasasti-prasasti itu juga merupakan sabda raja-raja yang bertahta pada waktu
itu di Bali, mengenai isi prasastiprasasti sebagai berikut :
Prasasti
Desa Serai mencantumkan nama para senapati itu adalah :
- Kuturan Dyah Kuting
- Pinatin Dyah Mahogra
- Dalembunut Tuha Buncang
- Waranasi Tuha Pradhana
- Waranasi Tuha Gato
- Waniringin Tuha Tabu
Pada
jaman pemerintahan Raja Dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanagara di Majapahit, sebutan
atau jabatan seperti tersebut pada prasasti desa Serai, masih ada dijumpai dan
diuraikan demikian : dalam soal pengadilan raja dibantu oleh dua orang
darmmadhyaksa. Seorang Dharmmadhyksa kacaiwan dan seorang Dharmmadhyksa
Kacogatan, yaitu kepala agama siwa dan kepala agama budha.
Pada
masa pemerintahan Raja Dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanegara, jumlah upappati dari
lima ditambah lagi dua sehingga menjadi tujuh. Tambahan yang kedua ini diambil
di golongan, kacogatan , sehingga ada lima upapatti kacaiwan dan uppatti
kacogatan. Perbandingan itu sudah layak, mengingat jumlah pemeluk agama Buddha
lebih sedikit dengan jumlah pemeluk agama siwa. Sedang uppati kacagotan itu
adalah sang pamegat kandangan rare. Demikian adanya sebutan pejabatan kerajaan
pada pemerintah sri gunaprya dharmmaphatni warmdewa di Bali, dibandingkan
dengan masa pemerintahan Dyah Hayam Wuruk Rajasanagara di Majapahit.
Mpu Kuturan, Konseptor Desa Pakraman
Mari
kita simak kembali kisah raja Sri Gunaprya Dharmmapatni. Beliau putra tiga orang
yaitu,
- Sri Dharmawangsa Wardahana Marakatapangkaja Stanotunggadewa
- Sri Airlangga dan
- Sri Anak Wungsu.
Tatkala
akan melahirkan Sri Anak Wungsu Sri Gunaprya Dharmapatni terkena sakit keras.
Oleh karena itu tidak sedikit dukun yang termashur ke-sidhi-an dan
ka-mandian-nya, didatangkan ke puri untuk mengobati. Namun sayang, tidak
seorang dukun pun yang mampu menyembuhkan Sri Gunaprya Dharmaphatni. Oleh
karena dalam keadaan sakit keras, dan rupanya sudah jadi kehendak yang maha
kuasa, pada saat sri gunaprya dharmapatni melahirkan, beliau menemui ajalnya.
Namun putranya lahir dengan selamat. Anak yang sudah baik tampak rupawan dan
tampan itu diberi nama Sri Anak Wungsu yang berarti anak wungsu dari Sri
Gunaprya Dharmmaphatni.
Berita
tentang wafatnya Sri Gunaprya Dharmapatni segera tersebar sampai kepelosok
pedesaan, sehingga rakyat ikut bersedih hati serta menyampaikan bela sungkawa.
Berita ini bukan saja tersebar dipulau bali, akan tetapi juga tersebar di pulau
Jawa. Itulah sebabnya Mpu Bharadah diutus oleh Raja Daha Sri Airlangga dating
ke Bali, untuk menyatakan bela sungkawa dan melayat jenazah ibunya, kemudian
abu jenazahnya di candikan di Kutri, buruan (gianyar), diberi gelar Durga
Mahisa Mardhini Asthabuja, sebab beliau dianggap jelmaan dewi Uma penganut
faham siwa.
Peristiwa
ini terjadi pada candra Sangkala berbunyi Lawang Apit Lawang, yaitu tahun saka
929, dan putranya yaitu Sri Anak Wungsu berada dalam keadaan sehat walafiat.
Disamping
itu ada juga penjelasan Mpu Kuturan yang mengatakan bahwa bilamana terjadi
kekeruhan didunia, harus diadakan upacara atau Yajna bernama Tebasan. Upacara
ini harus dipuja oleh sang bujangga. Hanya sang bujangga yang berwenang memuja
pangklukatan tersebut bilamana terjadi kekeruhan di alam semesta ini, termasuk
yang berhubungan dengan pekarangan rumah, tegalan, persawahan dan lain-lainnya.
Jika bukan sang bujangga yang memuja upacara pangklukatan tersebut pasti tidak
akan berhasil, sebab hal itu merupakan tugas sang bujangga. Apabila sudah
dilaksanakan seperti itu, barulah pulau Bali ini menjadi aman sentosa.
Desa
Pakraman hasil ciptaan Mpu Kuturan, melahirkan tatanan kehidupan masyarakat,
suatu organisasi sebagai wadah kesatuan masyarakat Bali, yang berisi tuntunan
tata karma, yakni suatu aturan hidup untuk menciptakan suasana kehidupan yang
serasi ,selaras dan seimbang di dalam masyarakat Manusia di dalam kehiduannya
membutuhkan suatu tempat tinggal. Tempat tinggal sekelompok manusia ini disebut
hunian . Hunian ini bukanlah merupakan sesuatu yang hanya dipergunakan,
melainkan mempunyai sebuah fungsi sebagai perekat rasa atau batin untuk
memperkuat hubungan social. Hunian bukan saja menampung manusia semasa
hidupnya, tetapi juga pada saat meninggal dunia, termasuk yang sudah tidak
terwujud yaitu arwah suci para leluhur, yang distanakan di tempat khusus yaitu
sanggah atau pamerajan.
Oleh
sebab itu antara sekala dengan niskala dapat dipadukan kelestariannya dalam
kehidupan bermasyarakat ,sehingga masalah actual dan spiritual dapat diwujudkan
dan disenyawakan, seperti apa yg dikonsepkan dalam ajaran rwabineda.
Pada
konsep tata ruang yang berbudaya dan berwawasan lingkungan positif, yang
diterapkan oleh Mpu ke dalam masyarakat Bali, dapat memberikan warna dan corak
kehidupan rakyat di daerah ini.Seperti misalnya mengenai konsep Triangga,
Trimandala, Hulu-Teben, Asthabhumi, Asta Kosala, Astha Kosali, Bhamakerti,
Janantaka dan lain sebagainya.
Prasasti
Pucangan, Jawa yang bertahun caka 963 (tahun 1041M) menyebutkan, sesudah
berhasil merebut kembali kerajaan Daha dan menundukan Raja Wirawari, beliau
lalu menggantikan kedudukan pamannya dari Prhdana. Selanjutnya beliau
dinobatkan menjadi raja Daha, bergelar Sri Maharaja Rakai Hulu Sri Lokeswara
Dharma Wangsa Airlangga Anantha Wikrama Utunggadewa. Tatkala Kerajaan Daha
diserang oleh Narottama yang sangat setia sejak dari Bali, lalu melarikan diri
dan bersembunyi di dalam Hutam Wanagiri.
Mpu Semeru Menurunkan Putra Dharma
Kisah
Mpu Semeru yang selama hidupnya menempuh kehidupan Brahmacari (tidak kawin
selama hidup)cukup menarik.
Mengapa?
Oleh
karena, meskipun beliau tidak menikah seumur hidup beliau bisa menurunkan
seorang putra.
Tentu
saja itu terjadi berkat kasidhi ajnanan. Beliau menurunkan putera dharma
,bernama Mpu Dryakah atau Mpu Kamareka.
Berdasarkan
kasidhi ajnanan dan kekuatan panca bhayunya, tonggak kayu tersebut diciptakan
menjadi sesosok manusia .Begitu menjadi manusia, seketika manusia baru itu
menghadap Mpu Semeru. Orang itu menghaturkan sembah dan sujud bhakti, serta
menyamapikan terima kasih banyak kepada Mpu Semeru, yang telah berkenan
mengubah tonggak kayu menjadi manusia .
Manusia
itu berkata baik budi paduka Mpu janganlah hendaknya secara lahirniah saja
,melainkan juga agar samapai ke dalam hati nurani paduka Mpu. Seterusnya supaya
hamba diberikan tuntunan dan ajaran,sehingga hamba dapat mengikuti jejak Paduka
Mpu. “Demikian keinginan manusia tersebut,tetapi Mpu Semeru menoaknya
.Beliau tidak berkehendak menyucikan manusia tersebut”.
Mendengar
jawaban Mpu Semeru Orang itu berlinang air mata dan berkata “bahwa
sebaiknya Mpu Semeru mengembalikan saja ke wujud asalnya, karena ia merasa
tidak berguna menjadi manusia , tanpa ilmu dan pengetahuan” .
Mendengar
kata manusia tersebut , Mpu Semeru tidak dapat mengeluarkan katakata sepatah
pun, tiba-tiba terdengar sabda dari angkasa.
Kemudian
Mpu Semeru meninggalkan Besakih izin kepada Bhatara Hyang Putrajaya untuk
selanjutnya meneruskan perjalanan ke Gunung Lampuyang Luhur yaitu Bhatara
Hyang Gnijaya. Berkat kekhudukan Mpu Semeru berdoa, keluarlah Bhatara Hyang
Gnijaya. Beliau sangat senang menerima kedatangan keturunannya melakukan
persembahyangan. Kemudian Mpu Semeru membangun parahyangan di Besakih, dengan
dibantu oleh orang-orang Bali Aga. Sejak itu Mpu Semeru pulang pergi ke Bali dan
Jawa. Secara lahir batin Mpu Semeru selalu mengupayakan kebahagiaan dan
kesejahteraan seluruh manusia di dunia ini.Oleh karena selalu dipelihara dan
dirawat,maka Parahyangan Bhatara Hyang Tri Purusa yaitu di Gunung Agung, di
Gunung Lampuyang dan di Hulun Danu selalu lestari.
Asal dan Arti kata Pasek
Lama
kelamaan istilah pasek mulai digunakan oleh orang-orang Bali Aga sebagai gelar
atau jatidiri bagi seorang pemimpin. Sehingga tak heran bila kemudian dijumpai
sebutan Pasek Bali, Pasek Mula, Pasek Sukawih, Pasek Kedisan, Pasek Sukawana
dan lain-lain. Pada zaman Mpu Drykah atau Mpu Kamareka. Mpu Semeru memberikan
wewenang kepada keturunan Mpu Dryakah untuk mempergunakan sebutan Arya Pasek
Kayuselem.
Di
Bali bukan saja keturunan Sang Sapta Rsi yang mempergunakan jati diri Ki Pasek,
namun warga lainnya pun menduduki jabatan suatu pimpinan , suka memakai sebutan
Ki Pasek. Salah satu contoh adalah Warga Pulasari yang menduduki suatu jabatan
disebut pasek pulasari. Mereka ini adalah keturunan Dalem Tarukan yaitu : Sekar
, Bebandem ,Pulasari ,Balangan , Belayu , dan Dangin, yang kini paguyubannya
bernama Para Gotra Santanan Dalem Tarukan.
Dalam
arti kiasan, kata Pasek ini dipergunakan dalam rangkaian kata”pasak
negeri”.Menurut para ahli bahasa seperti W.J.S Purwadarminta dan Sutan
Muh.Zain, kata PASEK diartikan “orang besar yang menjadi dasar
keteguhan negeri tempat orang minta nasehat dan sebagainya.
Dalam
kaitan ini, di samping bunyi beberapa buah babad dan prasasti, ada baiknya
dikutip ucapan dan pendapat beberapa orang sujana atau sarjana .
Om Swastiastu, Om
Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf
sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta
Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala
menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami
terlepas dari kutuk dan neraka.
Lahirnya Sang Panca Tirta Bhatara
Kawitan
Alkisah Empu Withadarma alias Sri
Mahadewa melakukan yoga samadi dengan teguh dan dIsiplin. Dari Kekuatan panca
bayu nya lahirlah dua orang anak laki-laki, diantaranya
- Mpu Bhajrashattwa alias Mpu Wiradharma , dan
- Mpu Dwijendra alias Mpu Rajakretha.
Mpu Dwijendra kemudian melakukan yoga
samadi. Berkat yoga samadinya itu, lahirlah dua orang anak laki-laki;
- Gagakaking alias Bukbuksah , dan
- Brahma Wisesa.
Selanjutnya Brahma Wisesa melakukan
Yoga Samadi. Dari kekuatan Panca Bayu nya lahir dua anak laki-laki
masing-masing bernama
- Mpu Saguna , dan
- Mpu Gandring wafat ditikam dengan keris buatannya oleh Ken Arok .
Sedangkan Mpu Saguna , dari yoga samadi
nya melahirkan seorang anak laki-laki bernama Ki Lurah Kapandean yang
selanjutnya menurunkan wangbang yaitu Pande Wesi,
adapun Mpu Bajrasattwa berkat Yoga
samadi nya menurunkan seorang putra bernama Mpu Tanuhun alias Mpu Lampita .
Kemudian Mpu Tanuhun juga melakukan
Yoga Samdi. Dari kekuatan batin dan panca bayunya beliau menurunkan lima orang
putra juga yang disebut panca sanak, diantaranya:
- Brahma Panditha,
- Mpu Semeru
- Mpu Ghana,
- Mpu Kuturan, dan
- Mpu Bharadah .
Mereka ini dikenal dengan sebutan Panca
Pandita, atau Panca Tirta, yang juga digelari Panca Dewata, kelima Pandita itu
kemudian berangkat menuju Gunung Semeru di Jawa Timur. Disana Sang Panca Tirta
melakukan Yoga Samadi memuja Bhatara Hyang Pasupati selaku leluhurnya, setelah
sekian lama Sang Panca Tirta melakukan Yoga samadi di Gunung Semeru, ada sabda
Bhatara Hyang Pasupati .
Kini mari berpaling kembali pada kisah
Bhatara Hyang Putra Jaya alias Bhatara Hyang Mahadewa di Bali . Dari Yoga
samadinya lahirlah dua anaknya laki dan perempuan.
- Yang Laki-laki bernama Bhatara Ghana , dan
- yang perempuan bernama Bhatari Dewi Manik Gni .
Selanjutnya beliau juga kembali ke
Gunung Semeru di Jawa Timur melakukan yoga samadi dengan memuja Bhatara Hyang
Pasupati.
Setelah sekian lama merka melakukan
yoga samadi , Dewi Manik Gni akhrinya menikah dengan Sang Brahmana Panditta .
Setelah Sang Brahma Panditta melakukan upacara pudala , yaitu melalui upacara
dwi jati , beliau bergelar Mpu Gni jaya, sama dengan nama leluhurnya yakni
Bhatara Hyang Gni Jaya .
Sedang Mpu Kuturan, di Jawa menjadi
raja berkedudukan di Girah . Dari seorang istrinya , beliau memiliki seorang
putri bernama Dyah Ratnamanggali.
Di Bali adik dari Mpu Withadarma alias
Sri Mahadewa bernama Shang Hyang Siddhimantra Sakti. Beliau berputra dua orang
yaitu:
- Ki pasung Grigis.
- Jaya Katon .
Selanjutnya Kipasung Grigis menurunkan
Karang Buncing .
Karang buncing kemudian menurunkan Ki
Karang, kemudian Ki Karang menurunkan putra lagi yang namanya sama dengan
leluhurnya yang bernama Ki pasung Grigis . Ia dinobatkan menjadi patih oleh
raja Bali bernama Sri Tapaulung .
Raja Sri Tapaulung dinobatkan sebagai
Raja pada Tahun caka 1246 bergelar Sri Gajah Waktra atau Sri Gajah Wahana .Oleh
karena beliau sukses menjalankan roda pemerintahan di Bali . rakyat lalu
memberi julukan Sri Astha Suraratna Bumi Banten.
Selama pemerintahan Sri Gajah Waktra di
Bali, beliau pernah menggelar Yajna di Pura Besakih, yang disebutkan dalam
lontar kidung Raja Purana . Pada tahun saka 1265, bali ditundukan oleh
Majapahit. Ki Pasung Gerigis oleh raja Majapahit ditugaskan menyerang Sumbawa.
Dalam perang tanding dengan Raja Sumbawa, Ki Pasung Gerigis gugur bersama
lawannya dalam pertempuran tersebut.
Sedang Jayakaton pada Candra Sangkala
Lawang Apit Lawang atau tahun saka 829 menjadi patih berkedudukan di
Belahbatuh. Beliau terkenal sebagai pakar arsitektur. Beliaulah yang mendirikan
Candi Baraptu di Belahbatuh. Kemudian patih Jayakaton berputra seorang
laki-laki bernama Arya Rigih.
Selanjutnya Arrya Rigis, sedang adiknya
bernama Narottama, yang kemudian mengiringi Sri Airlangga ke Jawa.
Tatkala Sri Airlangga bertahta
dikerajaan Daha, Jawa, beliau bergelar Sri Maharaja Rakai hulu, Sri Lokeswara
Dharmmawangsa Airlangga Ananta Wikrama Tunggadewa. Sedana Narattoma diangkat
sebagai rakyan kanuruhan, bergelar Mpu Dharmamurthi Narottama Dharanasura.
Aryya Rigis bertempat tinggal di Belah
batuh, kemudian berputra seorang laki-laki bernama Arya Keddi. Selanjutnya
Aryya Kedi memiliki anak buncing sehingga disebut Arya Karangbuncing.
Dua anak itu lalu dikawinkan. Meskipun
sudah cukup lama berumah tangga, perkawinan arrya karabuncing ini tidak
membuahkan keturunan. Mengenang nasibnya, itu mereka sangat berduka cita.
Akhirnya setela, dipertimbangkan matang-matang, lalu mereka ndewa sraya
(memohon kepada Tuhan agar dikaruniai anak) di Pura Pasek Gaduh di Belahbatuh.
Doa permohonan mereka terkabul. Mereka melahirkan seorang putra laki-laki ,
diberi nama Kebo Waruga.
Kebo Waruga adalah seorang laki-laki
yang berperawakan tinggi besar, sulit cari bandingannya di Bali. Ki Kebo Waruga
memeiliki kesaktian yang tidak ada tandingnya, teguh dan kebal tidak bias
dilukai oleh senjata buatan manusia. Selain itu, ia pandai dalam bidang
bangunan. Kesaktian Ki Kebo Waruga ini diketahui oleh Raja Bali Sri Gajah
Waktra. Oleh karena itu Ki Kebo Waruga diangkat menjadi patih, bergelar Ki Kebo
Iwa alias Ki Kebo Taruna.
Mengapa diberi embel-embel Taruna,
sebab selama hidupnya Ki Kebo Iwa tidak menikah. Namun akibat daya upaya Maha
Patih Hamengkhubumi Kryan Gajah Mada dari Majapahit. Ki kebo Iwa bias dibujuk
ke Majapahit dan diisana beliau dibunuh. Oleh karena itu tidak tidak pernah
menikah, Ki Kebo Iwa tidak mempunyai keturunan
Semoga
tidak ada halangan dan berhasil
Pranamyam
sira dewam, bhuktimukti itarttaya, prawaksyatwa wijneyah, brahmanam
ksatriyadih, patayeswarah.
Sembah
sujud hamba ke hadapan Ida Sang Hyang Parama Wisesa, yang melimpahkan segala
sifat baik-buruk (ala-ayuning) kehidupan manusia di dunia ini. Semoga tidak ada
halangan dalam penulisan babad (sastra sejarah) ini. Bebas hamba dari segala
kesalahan dan kekeliruan, karena kurang paham terhadap Purana Tatwa,serta
dengan hati yang tulus dan suci bermaksud menyusun cerita sejarah, sebagai
usaha untuk mengingatkan para keluarga dan anak cucu. Semogalah berhasil dan
mencapai kesempurnaan
Ketika Alam Masih Kosong
Kosong
, itulah awal dari kisah ini . Dahulu kala, ketika belum ada matahari, bulan,
bintang, dan planet-planet, termasuk planet bumi ini . Hanya ada Sang Hyang
Embang yang Maha Tunggal. Beliau maha besar, memenuhi alam raya yang luasnya
tak terbatas namun juga maha kecil. Hingga bisa longgar di lubang yang paling
kecil. Ketika itu segalanya bersifat sempurna, suci karena tidak ada yang lain
selain Hyang Widhi yang maha sempurna . Yaitu tercipta Sang Hyang Licin yang
juga disebut Sang Hyang Eka Aksara yakni Ongkara.
Selanjutnya
Sang Hyang Eka Aksara melakukan Yoga Samadi. Lahirlah Sang Hyang Purusa
Pradana. Keduanya itu juga disebut
- Sang Hyang Aksara dan
- Sang HyangPratiwi.
Keduanya
disebut pula Rwa Bhineda, dalam aksara keduanya disebut Sang Hyang Dwi aksara
yaitu Ang, Ah. Kemudian Sang Hyang Purusa Pradana melakukan Yoga Samadi . Maka
Lahirlah Sang Hyang Tri Purusa, yakni
- Sang Hyang Siwa,
- Sang Hyang Sada Siwa, dan
- Sang Hyang Parama Siwa.
Dalam
wujud Aksara Sang Hyang Tri Purusa, Tri Purusa itu adalah, Ang Ung Mang yang
sering disebut Tri Aksara . Tri Akasara suci itu adalah lambang dari
- Sang Hyang Brahma,
- Sang Hyang Wisnu dan
- Sang Hyang Siwa.
Ketiga
nama Tuhan itulah yang kemudian mencipta alam beserta isinya, memelihara dan
melebur atau mempralina kembali ke asalnya .
Sesudah
itu, Yang maha Pencipta, mencipta sepasang benih manusia. Laki Perempuan atau
Ardhanareswari. Setelah dibersihkan keduanya dimasukan ke buah kelapa, setelah
diberi mantram sehingga menjadi suci, mereka diwujudkan seperti seorang pertapa
di pertengahan gunung agung. Disana mereka, melakukan tapa dengan memuja Batara
Hyang Pasupati, agar segera turun dari pulau Bali. Untuk menjadi junjungan dan
pujaan di pulau ini.
Bali dalam keadaan labil
Dahulu
kala Bali dan Lombok sunyi senyap. Dua pulau ini, seolah-olah mengambang di
tengah laut ibarat perahu tanpa pengemudi, dua pulau ini keadaannya sangat
labil , oleng kesana kemari tidak menentu arahnya. Keduanya selalu bergoyang
dan kadang-kadang rapat menjadi satu .
Keadaan
ini mendapat perhatian yang sangat serius dari Bhatara Hyang Pasupati. Beliau
merasa kasihan melihat Pulau Bali dan Lombok yang terus bergoyang .
Tatkala
itu, di Bali baru ada empat gunung , yaitu
- di sebelah timur gunung Lempuyang,
- di sebelah selatan gunung Andakasa,
- di sebelah barat gunung Batukaru dan
- di sebelah utara gunung Beratan.
Untuk
menstabilkan Bali dan Lombok, Bhatara Hyang Pasupati memotong puncak gunung
Semeru di Jawa Timur. Potongan Gunung kemudian ditancapkan di Bali dan Lombok
agar tidak oleng lagi .
Potongan
Gunung Semeru itu dibawa ke Bali pada Hari Wraspati, Umanis Wara Merakaih
Panglong Ping 15, sasih Karo tenggek 1, Rah Candra Sengakala Ekan Tanbumi Tahun
Icaka .
Ketika
membawa potongan gunung itu ada bagian-bagian yang tececer . Bagian kecil menjadi
gunung lebah . Sedang bagian yang lebih besar menjadi Gunung Tohlangkir yang
sekarang dikenal sebagai Gunung Agung di Karangasem . Dengan adanya tambahan
dua gunung , maka sejak itu di Pulau Bali terdapat zat Pralinggagiri .
Setelah
itu menyusul pula putra Hyang Pasupati yang lain yakni
- Bhatara Hyang Tumuwuh,
- Bhatara Hyang Manik Gumawang,
- Bahatara Hyang Manik Galang, berprahyangan di Pejeng, dan
- Hyang Tugu berprahyangan di Gunung Andakasa.
Ketujuh bhatara, putra putri Hyang
Pasupati tersebut kemudian disebut Sapta Bhatara.
Beerapa
lama kemudian, yakni pada hari Selasa Kliwon Wara Julungwangi, Sasih Karo,
penanggal ping 1, rah 8, tenggek, Tahun Caka 118. Bhatara Hyang Mahadewa dan
Bhatara Hyang Gni Jaya, keluar banjar api. Tempat aliran api itu disebut sungai
api;
- dari kekuatan batin dan panca bayu Bhatara Mpu Withadharma alias Sri Mahadewa
- yang kedua Sang Hyang Sidimantra sakti
- yang ketiga sang kulputih dan
- yang bungsu pindah ke Madura, selanjutnya dinobatkan sebagai raja disana.
Sebagaimana tersirat dalam lontar
kutarakanda dewapurana bangsul, Sang Hyang Parameswara nama lain
Bhatara Sang Hyang Pasupati mengeluarkan perintah kepada putra–putranya
terutama pada Sang Hyang Gni Jaya Sakti atau Bhatara Hyang Gni Jaya.
Solusi yang tepat jangan anda putus asah… KI .angen jallo akan membantu anda semua dengan Angka ritual/GHOIB: butuh angka togel 2D 3D 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin 100% jebol Apabila ada waktu silahkan Hub: KI agen jallo DI NO: 085-283 790 444 ]] ANGKA GHOIB: SINGAPUR 2D/3D/4D/ ANGKA GHOIB: HONGKONG 2D/3D/4D/ ANGKA GHOIB; TEXAS ANGKA GHOIB; TOTO/ MAGNUM 4D/5D/6D/ ANGKA GHOIB; LAOS/JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 20 X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT..
BalasHapusSolusi yang tepat jangan anda putus asah… KI .angen jallo akan membantu anda semua dengan Angka ritual/GHOIB: butuh angka togel 2D 3D 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin 100% jebol Apabila ada waktu silahkan Hub: KI agen jallo DI NO: 085-283 790 444 ]] ANGKA GHOIB: SINGAPUR 2D/3D/4D/ ANGKA GHOIB: HONGKONG 2D/3D/4D/ ANGKA GHOIB; TEXAS ANGKA GHOIB; TOTO/ MAGNUM 4D/5D/6D/ ANGKA GHOIB; LAOS/JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 20 X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT..