PHDI DAWAN BLOG
MURDHA SAMBRAMA
OM SWASTIASTU, OM AWIGNAMASTU,
ATAS ASUNG
WARANUGRAHA IDA HYANG WISESA, MAKA SAYA MMPU
MENGUMPULKAN APA YANG SAYA
PERLUKAN MUNGKIN JUGA DIPERLUKAN OLEH UMAT
HINDHU YANG LAIN, SETELAH SAYA SELURI TERNYATA, SAYA MERASA SEMAKIN BANYAK
DIBACA, SEMAKIN JAUH RASANYA YANG BELUM SAYA KETAHUI, MUNGKIN INILAH SALAH SATU KEGAIBAN
DARI ILMU PENGETAHUAN, YANG JUGA SEBAGAI SANYASAN IDA HYANG WIDHI WASA, YANG MANA TIDAK AKAN
PERNAH BISA DITEMUKAN OLEH SIAPA JUGA, DAN SEBAGAI BUKTI KETERBATASAN
KITA SEBAGAI MANUSIA SEHINGGA SELALU
HARUS MENGHORMATI BELIAU SEBAGAI PENCIPTA
ALAM DAN ISINYA DAN SEBAGAI SUMBER PENGATAHUAN SEGALANYA, MAKA BELIAU DISEBUT WIDHI
YANG MANA BERSAL DARI “WIT” DHI =
“ADHI” SEBAGAI POKOK, KEMULAN DAN SUMBER SEGALA SUMBER LUAAAAR BIASA,OLEH KARENA ITULAH SAYA
HANYA MAMPU MENGUMPUL HANYA SEHITAM KUKU, MUNGKIN ADA MANFAATNYA BAGI SAUDARA , TEMAN PEMBACA HANYA SEBAGAI PEMBANDING DAN UNTUK
MENAMBAH PENGETAHUAN SEMOGA ADA
MANFAATNYA,MARILAH KITA SUJUD KEPADA
BELIAU AGAR SELALU DIBERIKAN ANUGRAH DAN
KESEJAHTERAAN BERSAMA, AKHIR KATA
SAYA UCAPKAN SELAMAT MEMBACA DAN
MAAF BILA ADA YG KURANG SEMPURNA DARI
KAKYANG DALANG SADHAR JERO SATRIA SEMARAPURA. OM SHANTI SHANTI SHANTI
OM.
PEMAHAMAN
SASTRA DALAM AGAMA HINDHU
DIKOLEKSI OLEH: SANG KETUT DHARMAYASA BA.
PENYULUH
AGAMA HINDHU NON PNS
KANTOR
KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN KLUNGKUNG.
“SEMAKIN
DIPELAJARI,SEMAKIN JAUH….. BELUM DIKETAHUI…ITULAH BELIAU.”
MANFAAT
SANYASA DIDALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
Salam
Sejahtera Selalu
Dalam
setiap jalan spiritual kita akan jumpai tiga hal; filsafat, mitologi dan
ritual. Filsafat adalah inti dari setiap jalan spritual. Mitologi menjelaskan
spiritual melalui kisah/legenda tokoh-tokoh besar. Ritual adalah aktivitas atau
karma dari spiritual itu sendiri. Ritual adalah sangat penting dalam setiap
jalan spiritual.
Spritual
adalah sesuatu yang abstrak, kenyataan sebagian besar dari kita sulit memahami
segala sesuatu yang bersifat abstrak sampai kita bertumbuh menjadi lebih
spiritual. Mudah bagi kita untuk memahami sesuatu ide tetapi ketika
mengimplementasikannya suatu ide yang bersifat abstrak pada langkah yang
nyata alamak… alangkah sulitnya. Oleh karenanya simbol-simbol adalah sebuah pertolongan
luar biasa dalam hidup ini yang membantu kita memahami sesuatu yang abstrak.
Simbol-simbol
telah digunakan oleh semua jalan spiritual dari jaman ke jaman. Kata-kata
adalah simbol dari pikiran. Huruf-huruf yang kita gunakan untuk menyusun
kata-kata dan kalimat sejatinya adalah sebuah simbol pula. Kalo boleh
disimpulkan segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah simbol.
Ketika
pertamakali kita belajar menghitung, sangat sulit mengerti proses penjumlahan
dan pengurangan, apalagi pembagian dan perkalian. Biasanya guru yang kreatif
akan mengajarkan kita menggunakan gambar-gambar tertentu yang akrab dengan
kehidupan kita dan mudah dipahami. Gambar-gambar inipun adalah juga sebuah
simbol.
Suatu
bangsa, Negara, perusahaan atau organisasi; biasanya terdiri dari berbagai
macam perbedaan di dalamnya misalnya;suku, ras, bahasa, budaya, untuk
mengenalinya sangat sulit oleh karena itu diperlukan suatu identitas dengan
menghadirkan lambang/simbol organisasi. Timbullah kemudian bendera, logo,
seragam/uniform yang bisa kita gunakan untuk mengidentifikasikan sesuatu yang
bersifat abstrak dan sesuatu yang bersifat jamak.
Demikian
pula saat kita belajar ilmu pengetahuan, para ilmuan merumuskan sesuatu yang
abstrak menjadi sebuah formula yang terdiri dari simbol-simbol yang mewakili
suatu variable ataupun konstanta tertentu. Misalnya F sebagai simbol dari gaya,
m simbol dari massa, g adalah simbol dari gravitasi.
Dalam
lalu lintas atau transportasi, warna merah, kuning dan hijau juga digunakan
sebagai simbol untuk mewakili keadaan tertentu yang patut kita patuhi, merah
untuk berhenti, kuning untuk hati-hati, dan hijau untuk jalan terus.
Oleh
karenanya dalam belajar spiritual yang sejatinya memahami suatu kekuatan yang
maha agung yang menciptakan segala yang ada, yang memelihara segala yang ada
pun yang mengembalikan segala sesuatu yang ada diperlukanlah sebuah simbol yang
dalam bahasa saskerta disebut rupa dan nama. Hadirlah kemudian nama; Tuhan,
God, Allah, Hyang Widdhi, Hyang Sangkan Paraning Dumadi, Hyang Embang, dll.
Beliau
yang maha segala-galanya, tidak mampu dijangkau oleh logika manusia, oleh
karenanya dihadirkanlah simbol simbol tertentu untuk membantu memahami-Nya.
Seperti bendera merah putih sebagai bendera bangsa Indonesia. Bukanlah warna
itu yang mendeskripsikan Indonesia secara menyeluruh, dua warna itu hanyalah
sebagai identitas dari negeri tercinta ini yang menjiwai semangat bahwa; merah
= berani, putih berarti suci. Kita tidak takut melangkah di jalan yang benar,
di jalan yang suci. Kita berani melangkah karena tahu bahwa yang kita lakukan
itu benar dan suci dan sebaliknya.
Seorang
prajurit atau polisi memerlukan sebuah boneka sebagai sasaran dalam berlatih
menembak atau memanah. Tujuannya agar dia mampu mengkonsentrasikan pikirannya
pada satu sasaran tembak, sehingga nantinya dia mampu menembak musuh atau
penjahat pada tempat atau sasaran yang tepat, misalnya menembak kakinya,
menembak tangannya tanpa harus membunuhnya.
Dalam
bersembahyang mengkonsentrasikan pikiran kepada kekuatan yang maha agung yang
kemudian disebut orang dengan nama Tuhan, Allah, Hyang Widdhi ataupun God.
Tidaklah mudah sehingga kemudian orang menggunakan simbol sebagai sarana untuk
memudahkan menkonsentrasikan pikiran. Sebagian orang menyebutkan nama-nama
Tuhan dalam aktivitas sepritualnya sehingga mampu menghadirkan kedamaian, mampu
mengkonsentrasikan pikirannya yang terbang ke sana kemari. Sebagian orang
menggunakan rupa tertentu sebagai sarana untuk memudahkan mengkonsentrasikan
pikirannya.
Namun
bila mereka yang kerap menggunakan nama dan rupa ini kemudian menganggap bahwa
nama dan rupa itu adalah Tuhan itu sendiri. Nah inilah yang kemudian
menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam aktivitas spritualnya. Misalnya dia
menganggap bahwa batu itu Tuhan, Kayu itu Tuhan, Lukisan itu Tuhan, dan lain
sebagainya. Kayu, Batu digunakan untuk melukiskan suatu bentuk kekuatan Tuhan
yang diwujudkan dalam bentuk patung sebagai objek dari konsentrasi.
Pikiran
manusia biasa kontak dengan alam nyata, membawa dia langsung menuju alam
abstrak tidaklah mudah, memang ada beberapa orang yang mampu melakukannya,
namun senyatanya kebanyakan dari kita sangat sulit langsung menuju kepada hal
yang abstrak itu. Oleh karenanya untuk memudahkan mengkonsentrasikan pikiran
maka kita memerlukan kehadiran dari simbol-simbol itu. Gambar apel yang
digunakan oleh guru-guru matematika dalam mengajarkan proses penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian atau perpangkatan. Gambar orang yang
digunakan oleh polisi atau prajurit untuk menjadi sasaran tembak dalam
berlatih. Huruf-huruf tertentu seperti E, F, m, a, g, h, dan lainnya digunakan
untuk mewakili energi, gaya, massa, percepatan gravitasi, ketinggian, dalam
belajar ilmu fisika.
Demikian
pula dalam aktivitas spiritual, patung-patung, lukisan-lukisan,
pratima-pratima, dan rupa-rupa yang lain dihadirkan untuk membantu manusia
mengarahkan dan mengkonsentrasikan pikiran menuju pada kekuatan yang tak mampu
dijangkau oleh pikiran yang menciptakan, memelihara dan mengembalikan kembali
segala yang ada di alam samesta ini.
MENGAPA ADA BANYAK AJARAN DAN BANYAK KITAB SUCI?????
Om Swastyastu,
Saudaraku
semua. Kita menjumpai begitu banyak kitab suci dan ajaran-ajaran tentang
Ketuhanan, tentang Spritual. Sebenarnya kenapa sih ada begitu banyak kitab dan
ajaran di dunia ini…? Tentu saja sebagian dari semeton sami yang telah
tercerahkan telah memahaminya. Nah bagi mereka yang belum memahami perbedaan
itu, marilah kita dengarkan pengajaran Hyang Siwa (Mahesvara) kepada Bhagavan
Vrhaspati(guru dari para Dewa) yang dikisahkan dalam Kitab Vrhaspati Tattwa.
Om
Avignam Astu. ( Ya Tuhan Semoga tiada Halangan)
MENGAPA
ADA BANYAK AJARAN DAN BANYAK KITAB SUCI
Isvara
(Maheswara) tinggal di puncak gunung Kailasa. Di sana beliau sedang mengajarkan
ilmu yang suci kepada para dewa. Tiada lama kemudian mereka diberi sastra untuk
pemujaan terhadap beliau dalam bentuk bhatara parama karana, Sangkan Paraning
Dumadi.
Pada
saat itu di Sorga ada seorang viku bernama bhagavan Vrhaspati. Ia datang dan
memuja Hyang Isvara ……. Setelah selesai ia lalu menyembah. Setelah itu ia
duduk. Ia menanyakan inti sari dari seluruh Ilmu Suci.
Bhagavan Vrhaspati bertanya:
“O
Yang Maha Kuasa, Dewa yang tertinggi tanpa mula, ajarkanlah kepada hamba
seluruh inti sari ilmu, dengan demikian akan memberikan kebahagiaan kepada
semua yang bergerak dan yang tak bergerak.
Dengan
perkenaanmu, O yang mulia berilah belas kasihmu kepada putramu ini, ajarkanlah
seluruh ilmu pengetahuan yang suci itu. Mengapa
kiranya Yang Mulia memberikan hal yang berbeda-beda, yaitu ilmu yang telah
diajarkan pada para Dewa? Ada Saiva, Pasupata dan Alepaka. Yang
Mulia telah mengajarkan ilmu yang berbeda-beda pula pada mereka masing-masing. Disamping itu pula
terdapat banyak kitab-kitab suci. Mengapa sampai demikian…?Apakah
kiranya alasan Yang Mulia mengajarkan demikian banyak ilmu, demikian banyak
cara serta ajaran yang begitu banyak?”
Hyang Isvara menjawab sebagai berikut:
“Vreshaspati,
tepat benar yang anda katakana. Sari pati dari karma phala disusul oleh
kelahiran (bhava) di dunia dan akhirat.
Vrhaspati,
anakku, pertanyaan anda bagus sekali. Mengapa aku mengajarkan ajaran yang
berbeda-beda kepada para dewa, tidak lain karena banyakknya yoni yang menjadi
sumber kelahiran kembali.
Mengapa
terjadi hal yang berbeda-beda itu? Hal
itu disebabkan oleh adanya bermacam-macam vasana. Vasana artinya
perbuatan yang dilakukan oleh manusia di dunia ini. Ia menerima hasil
perbuatannya itu pada kelahiran yang baru, apakah hasil itu baik atau buruk.
Perbuatan apapun yang dilakukan olehnya, pada akhirnya pasti akan menghasilkan
buah. Seperti halnya periuk yang berisi hingu, walaupun hingu itu habis dan
periuk itu telah digosok dan dicuci, baunya akan tetap tercium, karena bau itu
akan tetap melekat pada periuk. Inilah yang dinamakan Vasana.
Demikian
pula halnya dengan Vasana Perbuatan (Karma Vasana). Vasana itu ada dalam atman,
ia melekat padanya. Ia menodai atau mewarnai atman itu. Atman yang ternoda; hal
ini disebut raga. Jadi vasana menghasilkan raga. Oleh karena itu setiap
perbuatan orang akan membuahkan karmavasana. Vasana yang telah mewarnai atman
akan menghasilkan karma wasana dan karman. Keduanya itu kemudian membawa
kelahiran yang berbeda-beda. Misalnya yang mempunyai sifat dewa, melahirkan
dewa (dewa yoni), vidhyadara (vidhyara yoni), raksasa (raksasa yoni), daitya
(daitya yoni), naga (naga yoni). Sangat banyak yoni yang terjadi, yang
merupakan sumber kelahiran.
…….
Apabila yang dilakukan itu suatu perbuatan jahat, maka atman akan terlempar ke
neraka, di mana ia akan mengalami bermacam-macam siksaan. Bila akibat dari
perbuatan jahat itu telah berakhir, maka atman akan lahir menjadi binatang yang
rendah.
…..Sebaliknya
bila perbuatan baik yang dilakukan, maka ia akan lahir di surga dan mengalami
bermacam-macam kenikmatan. Setelah masa yang menyenangkan itu berakhir, ia akan
lahir sebagai putra raja atau orang yang hidup makmur. Ia dapat ilmu tinggi. Ia
melihat seluruh yang ada (vastu).
Lalu
timbul keinginan beremansipasi (sambega) serta cinta dan pengabdian spritual.
Semuanya ini diciptakan olehnya. Ini merupakan ikatan cinta Tuhan kepadanya.
Karena Tuhan mencintainya, ia mampu mengalami jadmavasana, rasa lapar, rasa
panas, rasa dingin, dosa dan kesengsaraan hidup. Bila ia mengetahui semua itu
ia berkata. Wah! Sungguh hebat derita hidup ini. Dalam setiap kelahiran
kejadian ini pasti dialami.
Bagaimanakah
aku mendapatkan ketenangan dalam kelahiran yang banyak itu. Karena itu ia
menemui seorang pendeta untuk menanyakan tentang arti hidup ini. Pendeta itu
memberi pelajaran kepadanya, akan tetapi tidak dalam bentuk yang pasti. Sangat sulit ilmu
visesa itu. Oleh karena itu ilmu dikupas dalam berbagai Kitab Suci.
Berkat pengabdiannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, semua kitab suci bisa
dijadikan sumber untuk memperoleh pengertian tentang sifat-sifat Tuhan. Karena
itulah terdapat banyak Kitab Suci.
Vrehaspati bertanya:
”
Yang Mulia ijinkanlah hamba bertanya, manakah yang paling tinggi diantara
ilmu-ilmu yang suci itu, Saiva, Pasupata atau Alepaka…?
Mahesvara menjawab:
Anakku!
Tidak ada surga yang lebih rendah atau lebih tinggi. Aku telah membuat ketiga
jalan itu sama bagi mereka yang mengikutinya. Hanya kekurang mampuan untuk mengerti
pengetahuan itu menyebabkan adanya tinggi dan rendah tersebut. Penafsiran yang
keliru mengakibatknan kesalahan……………
…………………..Wrhaspati Tattwa….
Kirang langkung ampura
Om Santih Santih Santih Om
Tiga
Penyebab Bahagia Menjaga Keharmonisan dengan yang lebih rendah
Tiga
Penyebab Bahagia#3: Harmonis dengan yang lebih rendah
Anakku,
setelah menjaga keharmonisan dengan yang lebih tinggi dan yang setara,
selanjutnya penyebab terakhir yang mengakibatkan kebahagiaan adalah
keharmonisan dengan yang lebih rendah. Dalam hal ini yang dikatakan lebih
rendah adalah ruang, waktu (Butha Kala), hewan dan tumbuhan, peralatan dan
perabot rumah tangga, buku-buku/kitab.
“Guru
Kenapa Butha Kala itu sering digambarkan sebagai mahkluk raksasa yang sangat
menyeramkan dengan taring yang panjang dan tajam siap memangsa siapa saja yang
dekat padanya…?”
Anakku..secara
etimologis dalam bahasa Sansekerta kata bhuta kala itu artinya ruang dan
waktu. Tetapi secara mitologis bhuta kala itu dibayangkan makhluk
raksasa yang mengerikan.
Sesungguhnya
hal itu hanyalah suatu imajinasi saja. Karena kalau manusia tidak mampu menata
hidupnya sesuai dengan ruang dan waktu maka hidup ini pun akan lebih banyak
deritanya daripada bahagianya. Hidup yang penuh derita itulah hidup yang
mengerikan bagaikan dikejar makhluk raksasa yang menyeramkan. Karena itu dalam
tattwa Agama Hindu diajarkan agar manusia senantiasa hidup harmonis dengan
selalu menyesuaikan dengan keberadaan ruang dan waktu.
“Guru
apakah sebenarnya Ruang dan waktu itu..?”
Ruang
itu tiada lain benda-benda angkasa yang jumlahnya tiada terhitung.
Salah satu dari benda angkasa itu adalah bumi tempat makhluk hidup yang disebut
manusia melangsungkan kehidupannya. Ruang isi angkasa ini berputar sesuai
dengan hukum alam (Rta). Dari perputaran isi angkasa inilah menimbulkan
waktu.Ruang dan waktu adalah ciptaan TuhanJadi semua makhluk hidup isi bumi ini
tidak bisa lepas dari keberadaan ruang dan waktu itu.
Menurut
teori gravitasi Newton Bumi dapat berputar (pada porosnya) karena bumi
mendapat gaya tarik-menarik antar planet atau dengan kata lain mendapat gaya
gravitasi dari planet yang memiliki massa lebih besar dari bumi (matahari).
Oleh karena itu planet-planet di alam semesta memiliki orbit (lintasan planet)
yang teratur sehingga antar planet tidak saling bertabrakan.
Berbagai
sistem dan ketentuan tentang penataan ruang dan waktu sudah tercipta sejak
zaman dulu. Namun, sampai saat ini masih banyak terjadi kesalahan dalam
mendayagunakan ruang dan waktu untuk menata kehidupan yang aman dan sejahtera
lahir-batin. Misalnya; membuang sampah/limbah secara sembarangan, menebang
pohon sembarangan, dan berbagai macam aktivitas yang menimbulkan ketidak
seimbangan dalam alam ini. Aktivitas manusia yang tidak bijak ini akan
berdampak langsung pada alam samesta. Sehingga menimbulkan efek pemanasan
global yang sering dikenal dengan Global Warming.
”Guru
kenapa penataan ruang dan waktu itu menjadi sesuatu yang sangat penting mohon
dijelaskan …”
Tujuan
manusia hidup menurut Hindu adalah: Dharma, Artha, Kama dan Moksa yang sering
disebut dengan Catur Purusa Artha. Untuk mencapai semuanya itu terlebih dahulu
manusia harus menjaga kesejahteraan alam lingkungannya dengan melakukan Bhuta
Hita, demikian dikatakan dalam tattwa agama Hindu Sarasamuscaya 135 Bhuta
artinya alam dan Hita artinya sejahtera.
Alam
dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat, bisa diibaratkan seperti Singa
dan Hutan. Singa akan nyaman hidup di Hutan yang lebat, terhindar dari
perburuan liar yang dilakukan oleh para pemburu karena sulit masuk ke dalam
hutan yang lebat. Hutan juga bebas dari penebangan liar oleh manusia, karena
takut dimangsa oleh Singa. Bila Singa itu tidak melindungi Hutan maka dia akan
habis diburu oleh para pemburu, demikian pula halnya manusia, bila tidak
menjaga alam samesta ini dimana dia tinggal maka dia akan habis dimangsa oleh
bencana seperti; banjir, tanah longsor, kebakaran, dll.
Anakku
hal nyata yang dapat kita saksikan di setiap tempat di muka bumi ini mulai
kekurangan air bersih.
Sumber
kehidupan umat manusia pada hakikatnya dari alam. Karena itu, kalau ingin hidup
sejahtera pertama-tama sejahtrakanlah alam itu terlebih dulu. Taatilah
penggunaan tata ruang yang sudah ditetapkan berdasarkan prosedur hukum yang
sah. Janganlah demi kepentingan pribadi atau sesaat kita langgar berbagai
ketentuan tata ruang.
“Guru
bagaimana mengetahui waktu yang baik dan waktu yang tidak baik.., Katanya semua
waktu itu baik trus kenapa ada hari baik hari tidak baik…?
Anakku..
waktu itu akan berjalan terus tidak bisa kita hentikan. Namun dalam
merencanakan sesuatu, kita harus tahu waktu-waktu yang baik. Memang sebenarnya
semua waktu itu baik, tapi dalam melakukan aktivitas tertentu ada waktu-waktu
terang, Misalnya perayaan ulang tahun, atau mengucapkan selamat ulang tahun,
bisa saja dirayakan/diucapkan bukan pas hari lahirnya, tapi yang afdol adalah
merayakannya pada saat Hari Lahirnya, memberi ucapan selamat pas hari ulang
tahun kerabat/kawan kita akan merasa lebih bahagia. Demikian pula perayaan Hari
Kemerdekaan, Hari Besar Agama, Resepsi pernikahan kadang-kadang dirayakan tidak
pada waktunya, biasanya setelahnya, karena adanya alasan tertentu. Tata guna
waktu dalam tradisi Hindu dikenal dengan istilah Dewasa dan Wariga
Hal
itu filosofinya bersumber dari ajaran Jyiothesa Vedangga atau ilmu
astronomi Hindu. Kata dewasa berasal dari asal kata div artinya sinar
atau terang. Dalam bentuk genetif menjadi devasya artinya
memiliki sinar atau terang. Umat Hindu dalam melakukan sesuatu umumnya mencari
dewasa atau hari baik atau hari terang
Demikian
juga istilah wariga berasal dari bahasa Sansekerta juga dari kata vara
artinya utama dan kata ga artinya jalan atau berjalan. Wariga
maksudnya memilih jalan yang utama. Ajaran Wariga adalah ajaran yang
menghitung-hitung waktu agar apa yang dilakukan sesuai benar dengan keberadaan
waktunya. Kalau melakukan sesuatu dengan baik dan sesuai dengan waktunya maka
sangat diyakini dalam ajaran Hindu akan memberikan pahala yang baik juga.
Apalagi melakukan Panca Yadnya (korban suci yang tulus ikhlas). Misalnya
dalam memberikan dana (infaq/sadakah) sebagai wujud Drewia Yadnya
hendaknya berdasarkan desa, kala, dan patra. Pemberian yang
demikian itu tergolong Satvika atau pemberian yang baik. Demikian
dinyatakan dalam Bhagawad Gita XVII.20. Dalam Sloka Bhagawad Gita ini
ada unsur Kala atau waktu yang tepat melakukan dana punia.
Guru…
mohon dijelaskan apa yang dimaksud dengan waktu yang tepat dan orang yang
tepat…?
Anakku…
melakukan sesuatu tepat pada waktunya itu akan membawa pada kebahagiaan.
Misalnya, saat ananda lapar mendapatkan makanan maka tentu Ananda menjadi
senang. Saat Ananda kebingungan mencari jalan keluar tentang suatu persoalan,
datang teman/kerabat memberikan solusi yang pas maka Ananda akan menjadi senang
juga. Orang lain juga begitu, akan senang dibantu saat mereka membutuhkan..
Demikian
juga orang yang diberikan dana punia itu harus orang yang tepat atau disebut patra.Tentang
patra ini Sarasamuscaya menyatakan: Patra ngarania sang yogia wehana
dana. Artinya : Patra namanya adalah orang yang patut diberikan
dana punia. Jadi Patra itu bukanlah berarti keadaan. Ini artinya, kalau dana
punia tepat pada waktu dan orangnya maka akan lebih bermanfaat baik bagi yang
memberikan maupun bagi yang menerima.
Dalam
pepatah bali ada istilah yang dihindari “nasikin segarane” menggarami
air laut. “ngajahin bebek ngelangi” mengajari bebek berenang.. Semua itu
adalah ungkapan-ungkapan yang mengajari kita untuk melakukan sesuatu pada waktu
dan orang yang tepat.
Sebaliknya
melakukan sesuatu tidak pada waktunya dan bukan pada orang yang tepat akan
menjadi sia-sia/mubazir.
”Guru
adakah hubungan antara waktu dengan kesehatan kita….?”
Tentu
saja anakku, dalam menjaga kesehatan juga penggunaan waktu sangat penting.
Misalnya bekerja, sembahyang, makan, tidur, bangun, berolah raga, beristirahat,
bayar utang dan lain-lain hendaknya dilakukan pada waktunya yang tepat. Mereka
yang mampu mengelola waktu dengan baik akan terhindar dari penyakit-penyakit
akibat stress.
Steven
R Covey
dalam bukunya: First thing first, mengajarkan kita bagaimana mengelola
waktu, Beliau membagi aktivitas itu menjadi 4 kelompok:
- Yang Penting dan Urgent
- Yang Penting dan Tidak Urgent
- Yang Tidak Penting dan Urgent
- Yang Tidak Penting dan Tidak Urgent
Beliau
menganjurkan kita untuk mengkonsentrasikan energi kita yang terbatas ini untuk
memprioritaskan pada aktivitas 1 dan 2.
“Guru
adakah upaya mengharmoniskan diri dengan ruang dan waktu dalam Hindu..?
Tentu
saja ada anakku, upaya ini dikenal dengan mecaru. Kata caru dalam
kitab Swara Samhita artinya cantik atau harmonis. Jadi tujuan mecaru
adalah untuk mencapai keharmonisan.
Lebih
jauh, ananda harus menghargai peran hewan dan tumbuhan dan benda mati. Untuk
menghargai beliau-beliau ini, Umat Hindu di Bali melakukan upacara Tumpek
Kandang (hewan), Tumpek Uduh (tumbuh-tumbuhan), Tumpek Landep (Semua
perlengkapan/peralatan produk teknologi yang memudahkan hidup manusia), Untuk
menghormati buku/kitab (sekuler dan spiritual) juga lakukan pada saat perayaan
Hari Saraswati.
Jadi
anakku, untuk mencapai kebahagiaan kita harus menciptakan dan Menjaga Ketiga
Keharmonisan ini.
Untuk
menutup session ini mari kita ayat dari Sarassamuccaya 167:
“Vrttena
Raksyate Dharmo, Vidya Yogena Raksyate, Mrjaya Raksyate Rupah, Kulam Silena
Raksyate”
“Dharma
dijaga dengan perbuatan yang baik, Pengetahuan dijaga dengan Yoga, Wajah dijaga
dengan kebersihan, Sanak saudara dijaga dengan tingkah laku yang baik”
Sumber:
1.
Bhagavad Gita
2.
Sarassammuccaya
3.
Dharma Gita
4.
www.hindu-indonesia
5.
www.parisada.org
6.
http://www.pdf-search-engine.com/hukum-gravitasi-newton-.-pdf.html
Om
Santih Santih Santih Om
ŚIVARĀTRI (Makna Spritual dan Aplikasi Keseharian)
Serve with Love by: I Wayan Sudarma (Shri Danu D.P)**Pendahuluan
“Di antara berbagai Brata, mengunjungi tempat suci, memberi dana punya yang mahal seperti batu mulia (emas dan permata), melakukan berbagai jenis upacara Yajña, berbagai jenis tapa (pertapaan) dan melakukan berbagai kegiatan Japa (mengucapkan berulang-ulang nama-nama-Nya atau mantra untuk memuja keagungan-Nya) , semuanya itu tidak ada yang melebih keutamaan brata Śivarātri . Demikian keutamaan Brata Śivarātri , hendaknya Brata ini selalu dilaksanakan oleh mereka yang menginginkan keselamatan dan keberutungan. Brata Śivarātri adalah Brata yang sangat mulia, agung yang dapat memberikan kesejahtraan dan kebahagiaan lahir dan bathin (Shastri, Śiva Purana, Koti Rudrasamhita, XL. 99-101,Vol.3, Part III, p. 1438).
Sejalan dengan pernyataan di atas, kakawin Śivarātri kalpa menyatakan keutamaan Brata Śivarātri seperti diwedarkan oleh Sang Hyang Śiva sebagai berikut :
“Setelah seseorang mampu melaksanakan Brata sebagai yang telah Aku ajarkan, kalahlah pahala dari semua upacara Yajña, melakukan tapa dan dana punya demikian pula menyucikan diri ke tempat-tempat suci (patìrthan), pada awal penjelmaan, walaupun seribu bahkan sejuta kali menikmati Pataka (pahala dosa dan papa), tetapi dengan pahala Brata Śivarātri ini, semua Pataka itu lenyap”.
“Walaupun benar-benar sangat jahat, melakukan perbuatan kotor, menyakiti kebaikan hati orang lain, membunuh pandita (orang suci) juga membunuh orang yang tidak bersalah, congkak dan tidak hormat kepada guru, membunuh bayi dalam kandungan, seluruh kepapaan itu akan lenyap dengan melakukan Brata Śivarātri yang utama, demikianlah keutamaan dan ketinggian Brata (Śivarātri) yang Aku sabdakan ini” ( Śivarātri kalpa, 37, 7-8).
Sejarah lahirnya hari raya Śivarātri dijelaskan melalui sumber-sumber sastra, baik yang bersumber kepada Veda Smrti pada bagian Upaveda (Itihasa dan Purana), juga sumber lokal (Nusantara), sumber Eropa dan Arab Kuno. Dari sumber-sumber itu maka konstruksi (bentuk) dan nilai Śivarātri menurut Veda jelas tergambar, yaitu merupakan vrata utama dan sempurna walaupun perwujudan pelaksanaannya tidak memerlukan sarana yang beraneka ragam dan sederhana. Hal ini dapat dilihat pada uraian berikut.
Sumber Sastra
Itihasa
Dalam Itihasa, Śivarātri terdapat dalam Mahabharata, yaitu pada Santi Parva, dalam episode ketika Bhisma sedang berbaring di atas anak-anak panahnya Arjuna, menunggu kematian, sambil membahas dharma, mengacu kepada perayaan Maha Śivarātri oleh raja Citrabhanu, raja Jambudvipa dari dinasti Iksvaku. Raja Citrabhanu bersama istrinya melakukan upavasa pada hari Maha Śivarātri . Rsi Astavakra bertanya: “Wahai sang raja, mengapa kalian berdua melakukan upavasa pada hari ini? Sang raja dianugerahi ingatan akan punarbhawa sebelumnya, lalu ia menjelaskan kepada sang rsi.
“Dalam kehidupanku terdahulu aku adalah seorang pemburu di Varanasi yang bernama Susvara. Kebiasaanku adalah membunuh dan menjual burung-burung dan binatang lainnya. Suatu hari aku berburu ke hutan, aku menangkap seekor kijang, namun hari keburu gelap. Aku tidak bisa pulang, kijang itu kuikat di sebatang pohon. Lalu aku naik sebatang pohon bilva. Karena aku lapar dan haus, aku tidak dapat tidur. Aku teringat anak istriku yang malang di rumah, menungguku pulang dengan rasa lapar dan gelisah. Untuk melewatkan malam aku memetik daun bilva dan menjatuhkannya ke tanah.
“Hari telah menjelang fajar, aku kembali pulang ke rumah dan menjual kijang tersebut, lalu membeli makanan untuk keluargaku. Ketika akan menyantap makanan untuk mengakhiri puasaku, seorang asing datang meminta makanan. Aku melayaninya terlebih dahulu, kemudian baru aku mengambil makananku.
“Pada saat kematianku, aku melihat para pesuruh deva Śiva, mereka menjemputku untuk dibawa kepada Śiva. Aku baru sadar bahwa aku secara tidak sengaja telah melakukan pemujaan suci pada Śiva, pada hari Śivarātri . Mereka memberitahuku bahwa ada linggam di bawah pohon. Daun yang kujatuhkan tepat jatuh di atas linggam itu. Air mataku pada saat menangisi keluargaku jatuh diatas linggam dan membersihkannya. Dan aku telah berpuasa sepanjang hari dan malam. Aku telah memuja Yang Kuasa tanpa sadar. Aku tinggal bersama dengan-Nya dan menikmati kebahagiaann Ilahi selamanya. Aku kini terlahir sebagai Citrabhanu.
Purana
Śivarātri juga dimuat dalam purana-purana, seperti berikut:
1. Śiva Purana (bagian Jnanasamhita) . Pada bagian ini memuat percakapan antara Suta dengan para ṛṣi, menguraikan pentingnya upacara Śivarātri. Seseorang bernama Rurudruha sangat kejam, namun setelah melaksanakan vrata Śivarātri akhirnya menjadi sadar akan kekejaman dan kedangkalan pikirannya. Dalam Śiva Purana juga disebutkan bahwa bagi mereka yang berpuasa siang dan malam pada hari Maha Śivarātri ini dan memuja Śiva dengan daun bilva, akan mencapai kedekatan dengan Śiva. Mereka yang melakukan vrata ini selama 12 tahun maka dinyatakan bahwa mereka akan menjadi seorang Gana yaitu pengawal Śiva.
2. Skanda Purana (bagian Kedarakanda) . Pada bagian Kedarakanda dari Skanda Purana antara lain memuat percakapan antara Lomasa dengan para rsi. Lomasa menceritakan kepada para rsi tentang si Canda yang jahat, pembunuh segala mahluk, sampai membunuh brahmana, akhirnya dapat mengerti dan menghayati apa yang disebut “kebenaran” Dalam purana ini diuraikan tentang asal mula upacara Śivarātri tersebut. Dalam Skanda Purana juga diceritakan kisah seorang pemburu yang identik dengan kisah pemburu dalam Santi Parva.
3. Garuda Purana (bagian Acarakanda). Bagian ini memuat uraian singkat tentang Śivarātri , diceritakan bahwa Parvati bertanya tentang brata yang terpenting. Śiva menguraikan tentang pelaksanaan vrata Śivarātri . Seorang raja bernama Sudarasenaka pergi berburu ke hutan bersama seekor anjing. Rangkaian kisah inipun tidak berbeda dengan kisah pemburu di atas.
4. Padma Purana (bagian Uttarakanda) . Bagian ini memuat percakapan raja Dilipa dengan Wasista. Wasista menceritakan bahwa Śivarātri adalah vrata yang sangat utama, antara bulan Magha dan Palghuna. Dalam Padma Purana, pemburu itu bernama Nisadha. Berkat vrata Śivarātri yang dilakukannya berhasil membawanya ke Śiva Loka.
Sumber Lokal
Sumber Jawa Kuno adalah kakawin Śivarātri kalpa (di masyarakat lebih dikenal kakawin Lubdhaka), karya mahakawi Mpu Tanakung. Karya ini ternyata bersumber dari Padma Purana. Uraian tentang Śivarātri juga terdapat dalam lontar Aji-brata serta sejumlah karya sastra kidung dan geguritan Lubdhaka. Mpu Tanakung mengarang kakawin Śivarātri kalpa pada jaman Majapahit akhir (1447 Masehi).
Sumber Eropa
Dalam sumber-sumber Eropa ada diuraikan tentang apa yang disebut vrata Zuiverasiri (Śivarātri ). Vrata ini dilakukan pada bulan Pebruari, dikaitkan dengan kisah seorang pemburu bernama Beri yang karena kemalaman di hutan lalu naik ke atas pohon Cuola (Bilva). Semalaman ia memetik-metik daun pohon itu yang tanpa disadarinya telah dilemparkannya kepada Zuivelingga (Śivalingga) yang berada di bawah pohon itu. Akhirnya si pemburu mendapat anugerah dari Ixora (Isvara).
Sumber Arab Kuno
Selain sumber Eropa juga diketemukan uraian tentang pemujaan Śiva Mahadeva di dalam kitab Sayar-ul Okul, sebuah kitab yang memuat ontologi puisi Arab Kuno; susunan Abu Amir Asmai, orang yang dihormati sebagai Kalidasanya Arab. Kitab ini memuat sebuah syair karya Umar bin Hassam, seorang penyair besar yang karya-karyanya juga dinilai sebagai karya terbaik dalam suatu simposium yang biasanya diadakan dalam perayaan tahunan Okaz (menurut Prof. Oberai, Śivarātri di Arab pada jaman Arab Kuno, disebut Okaz atau Sabhebarat). Dalam tulisannya, berjudul Influence of Indian Culture on Arabia, Oberai menyatakan informasi tersebut. Pada bagian lain, Oberai juga memberikan keterangan bahwa nantinya setelah terjadi peristiwa tertentu di Mekah, istilah Śivarātri diganti menjadi Shabe Barat. Puisi ini berisi: “Orang yang menghabiskan hidupnya untuk hal-hal yang bersifat kenafsuan, jika pada akhirnya ia menjadi sadar dan ingin kembali ke jalan moral disediakan jalan ke arah itu. Walaupun ia hanya sekali memuja MAHADEVA ia bisa mendapatkan posisi yang tertinggi dalam “kebenaran”.
Śivarātri Mengapa pada Caturdasi Krsna Paksa
“Beginilah, malam dikuasai oleh bulan. Bulan mempunyai enam belas kala atau bagian-bagian kecil. Setiap hari bila bulan menyusut, berkuranglah satu bagian kecil hingga bulan hilang seluruhnya pada malam bulan yang baru. Setelah itu setiap hari tampak sebagaian, hingga lengkap pada bulan purnama. Bulan adalah dewata yang menguasai manas yaitu pikiran dan perasaan hati. Dalam Catur Veda di dalam doa Purusa Sukta ‘Candramā manaso jāthah’. Dari Manas (pikiran) Purusha (Tuhan) timbullah bulan. Ada daya tarik menarik yang erat antara pikiran dan bulan, keduanya dapat mengalami kemunduran atau kemajuan. Susutnya bulan adalah simbul susutnya pikiran dan perasaan hati, karena pikiran dan perasaan hati dikuasai, dikurangi akhirnya dimusnahkan. Semua sadhana ditujukan pada hal ini. Manohara, pikiran dan perasaan hati harus dibunuh, sehingga maya dapat dihancurkan dan kenyataan terungkapkan. Setiap hari selama dua minggu ketika bulan menggelap, bulan, dan secara simbolis rekan imbangnya di dalam diri manusia yaitu ‘manas’ menyusut dan lenyap sebagian, kekuatannya berkurang, dan akhirnya pada malam keempat belas, Chaturdasi, sisanya hanya sedikit. Jika pada hari itu seorang sadhaka berusaha lebih giat, maka sisa yang kecil itupun dapat dihapuskan dan tercapailah Manonigraha (penguasaan pikiran dan perasaan hati). Oleh karena itu Chaaturdasi dari bagian yang gelap disebut Siwaratri. Karena malam itu seharusnya digunakan untuk japa dan dhyana kepada Siwa tanpa memikirkan soal yang lain, baik soal makan maupun tidur. Dengan demikian keberhasilan pun terjamin. Dan sekali setahun pada malam Mahasiwaratri, dianjurkan mengadakan kegiatan spiritual yang istimewa agar apa yang Savam (jasat atau simbol orang yang tak memahami kenyataan sejati) menjadi Śivam (terberkati, baik, ilahi) dengan menyingkirkan hal yang tak berharga, yang disebut Manas.”
Jadi dengan bisa dikuasainya pikiran, indrya-indryapun akan lebih mudah ditundukkan dan kebahagiaan yang sejati akan tercapai. Wrhaspati Tattwa mengajarkan ada 3 jalan untuk mencapai moksa, yaitu:
1. Jnanabhyadreka artinya jalan pengetahuan tentang semua tattwa.
2. Indriyayogamaarga artinya jalan pengendalian atas indrya dengan melepaskan diri dari segala indrya atau tidak menikmati indrya.
3. Trsnadosaksaya artinya memusnahkan buah perbuatan baik dan buruk atau kerja tanpa mengikatkan diri pada hasil kerja.
Makna Spiritual
Dari kisah raja Citrabhanu, dapat kita pahami makna spiritualnya, sebagai berikut.
1. Binatang buruan yang ditangkap itu adalah simbol nafsu, kemarahan, ketamakan, irihati dan kebencian. Hutan yang dimaksud adalah empat jenis pikiran, yaitu bawah sadar, kecerdasan, ego dan pikiran. Dalam pikiranlah “binatang” itu berkeliaran bebas, mereka ini harus diburu dan ditaklukkan serta ditangkap atau dibunuh. Pemburu yang mengejar binatang itu adalah seorang yogi.
2. Nama pemburu itu adalah “Susvara” yang artinya berirama merdu dan menyenangkan. Jika seseorang telah melaksanakan yama dan niyama dan telah menaklukkan sifat-sifat jahat; maka ia adalah seorang yogi. Tanda-tandanya, wajah berseri-seri, bercahaya, bersuara lembut. Ini dijelaskan dalam Svetasvatara Upanishad. Pemburu atau yogi itu telah bertahun-tahun melaksanakan yoga dan telah mencapai tahapan pertama, sehingga diberi nama Susvara.
3. Pemburu itu lahir di Varanasi. Para yogi menyebut ajna cakra dengan Varanasi. Ini adalah titik pusat antara kedua alis mata, yang merupakan pertemuan tiga arus syaraf, yaitu Ida, Pingala dan Susumna. Seorang sadhaka disarankan untuk konsentrasi pada titik ini untuk membantu menaklukkan keinginan dan sifat-sifat jahat; yang terdapat pada dirinya, seperti kemarahan dsb.
4. Daun bilva memiliki 3 helai daun dalam satu tangkai, menggambarkan tulang belakang, yaitu Ida, Pingala dan Sumsumna; yang merupakan wilayah aktivitas dari bulan, matahari dan api atau yang dikenal dengan tiga mata Śiva. Naik ke atas pohon menyatakan naiknya daya kundalini sakti, mulai dari syaraf yang paling rendah, yaitu muladhara sampai ke ajna cakra.
5. Pemburu mengikat kijang buruannya pada cabang pohon, ini berarti ia telah berhasil mengendalikan dan menenangkan pikirannya. Dia menuju tahap yama, niyama, pratyahara dst. Di pohon itu ia melaksanakan konsentrasi dan meditasi, bila ia tertidur, berarti ia kehilangan kesadaran, karenanya ia tetap terjaga.
6. Istri dan anaknya adalah simbol dunia ini. Orang yang mencari berkah Tuhan, harus memiliki cinta kasih, rasa simpati untuk merangkul sesamanya. Air mata menetes menandakan cinta kasih yang universal, tanpa cinta kasih universal seseorang tak akan pernah mendapatkan berkah Tuhan. Dalam yoga tanpa berkah Tuhan, tidak akan pernah ada pencerahan. Pada tahap awal, kita harus berusaha memahami pikiran semua mahluk hidup, lalu mencintai sesamanya. Dengan ini maka tahapan samadhi akan dicapai.
7. Tanpa sadar pemburu menjatuhkan daun bilva, artinya ia tidak memikirkan apa-apa lagi, karena aktivitasnya dipusatkan kepada 3 nadi itu. Ia tidak tidur sepanjang malam, itu menandakan bahwa ia telah memasuki keadaan ke-empat yaitu turiya atau kesadaran super. Dalam keadaan turiya lah ia melihat linggam Śiva dalam wujud cahaya batin, artinya ia telah memiliki visi Ilahi, dan telah mewujudkan Śiva dalam dirinya.
8. Pemburu pulang dan memberi makanan kepada orang asing yang tak dikenalnya. Orang asing itu adalah si pemburu sendiri yang telah berubah menjadi manusia baru.
9. Makanan yang dimaksud adalah rasa suka dan duka yang telah dihilangkan pada malam sebelumnya. Tetapi ia tidak menghabiskan semuanya, masih ada tersisa walaupun hanya sedikit. Inilah sebabnya mengapa ia lahir kembali sebagai raja Citrabhanu, walaupun ia telah pergi ke alam Śiva; namun tidak cukup untuk mencegah punarbhawanya.
Aktualisasi Brata Śivarātri
Dua kekuatan besar alam yang berpengaruh pada manusia, yaitu sifat rajas (yang bersifat dinamis) dan tamas (yang bersifat lamban dan bodoh). Vrata Śivarātri membantu mengendalikan itu. Sepanjang hari itu digunakan untuk memuja kaki padma Yang Kuasa. Pemujaan Tuhan yang berkelanjutan ini mengharuskan para bhakta untuk tetap berada di tempat pemujaan. Di tempat suci ini, pikiran terkendali, sifat-sifat jahat seperti nafsu, kemarahan, kecemburuan, yang berasal dari sifat rajas, dapat ditundukkan. Para bhakta tidak tidur selama semalam, sehingga juga berhasil mengendalikan sifat tamas. Setiap tiga jam pemujaan pada linggam Śiva dilakukan. Śivarātri adalah vrata yang sempurna. Siwaratri sebagai malam pemujaan Śiva juga berkaitan dengan perayaan terhadap menyatunya Śiva dengan Śaktinya yaitu Parvati.
Brata artinya sumpah suci, pelaksanaan sumpah suci atau tekad suci. Untuk selanjutnya kita sebut saja pelaksanaan Brata Śivarātri . Seperti disebutkan sebelumnya, pelaksanaan Brata Śivarātri bertujuan untuk menghilangkan atau menghapuskan dosa-dosa, mengkikis dosa-dosa kita. Satu lagi disebutkan bahwa pelaksanaan Brata Śivarātri ini juga bermakna sebagai pemberi Bhukti Mukti.
Bhukti artinya kenikmatan-kenikmat an duniawi, kepuasan-kepuasan duniawi. Kenikmatan-kenikmat an duniawi itu bisa diberikan, bisa kita dapatkan lewat pelaksanaan Brata Śivarātri . Pelaksanaan Brata Śivarātri juga dapat memberikan kepada orang hadiah Mukti atau pembebasan dari keterikatan duniawi.
Mona: tidak bicara hal- hal yang tidak baik dan tidak benar dirubah dengan berjapa kepada Tuhan (Śiva),karena japa adalah Yajña utama: “Mahaṛṣinam bhṛgur aham, Giram asmy ekam akśaram, Yajñanam japa-yajño smi, Sthavaranaṁ himalayaḥ”- Diantara mahaṛṣi Aku adalah Bhṛgu; diantara ucapan suci Aku adalah Oṁkāra; diantara Yajña Aku adalah japa mantra; diantara benda-benda tak bergerak Aku adalah Himalaya. Bhagavadgītā X.25.
Upavasa/Vrata: mengendalikan makanan dan minuman yang tamasik dan rajasik dengan makanan yang sattvik baik jenis maupun cara mendapatkannya. Puasa dapat juga dilakukan dengan mengurangi jatah biaya makan dan minum, kelebihannya digunakan untuk memberikan makan dan minum kaum fakir (matṛdeva bhava, pitṛ deva bhava, athīti deva bhava, daridra deva bhava)
Jagra: mengendalikan pikiran, ucapan dan prilaku agar tetap memiliki kesadaran bahwa setiap entitas kehidupan diliputi oleh Tuhan,dan bergerak sesuai dengan dharma dan guna karmanya, sehingga tidak ada hak bagi manusia untuk mengeksploitasi apalagi menyalahkan bahkan meyakitinya dengan egoisme. (viśva virāt svarūpa…īsvara sarva bhūtanam). Dengan kesadaran ini maka kesucian dan cinta kasih akan tumbuh subur
Pelaksanaan Brata Śivarātri akan pas sekali, akan lebih membantu kita untuk mendapatkan berkah khusus dari Dewa Śiva jikalau pelaksanaan perayaan Śivarātri ini kita arahkan untuk tujuan pengekangan diri, pengendalian diri, “mulat sarira” mengadakan perbaikan-perbaikan ke dalam, melihat kekurangan-kekurang an di dalam diri kita, melihat/menimbang- nimbang kurang lebihnya kita, kalau kita maju, kita majunya berapa step, kalau kita mundur, kita mundurnya seberapa kilometer ke belakang. Secara jujur kita hendaknya menilai diri kita pada Brata Śivarātri ini. Itu yang bisa kita lakukan.
Om Śāntih Śāntih Śāntih Om
Daftar Pustaka:
1. Agastia, IBG, Memahami Makna Siwaratri, Yayasan Dharma Sastra, Denpasar, 1997.
2. Chaturvedi, B.K., ŚIVA, terjemahan Oka Sanjaya, editor I Wayan Maswinara, Paramita, 2002.
3. Agastia, IBG, SIWA SMRTI, Yayasan Dharma Sastra, Denpasar, 2003.
4. Śivananda, Sri Svami, Hari Raya & Puasa dalam Agama Hindu, terjemahan Dewi Paramita, editor I Wayan Maswinara, Paramita, Surabaya, 2002.
5. Agastia, IBG, SIWARATRI KALPA, terjemahan, Yayasan Dharma Sastra, Denpasar, 2001.
6. Sudharta, Tjok. Rai, SIWARATRI, Makna dan Upacara, Upada Sastra, Denpasar, 1994.
7. Titib, I Made, Veda Sabda Suci, Pedoman Praktis Kehidupan, Paramita, Surabaya, 1996.
8. Anandamurti, Shrii Shrii, Yama – Niyama, Sebagai Dasar Moralitas Kehidupan Spiritual, terjemahan I Ketut Nila, Persatuan Ananda Marga, 1991.
SEBAGAI MANUSIA MERUPAKAN SUATUHadiah
Luar Biasa
Manusia
salah satu ciptaan Tuhan. Dia tidak dikaruniai kemampuan memanjat pohon seperti
monyet dan kera, tidak diberikan kemampuan terbang seperti burung, tidak juga
dikaruniai cakar, taring dan gigi yang tajam seperti harimau, tidak memiliki
tenaga sebesar gajah. Dapat dibunuh oleh seekor serangga kecil. Namun manusia
dikaruniai hadiah yang luar biasa yaitu kemampuan berfikir. Bila mahluk-mahluk
lain harus mampu beradaptasi pada lingkungannya agar dia bisa hidup. Manusia
dengan kemampuan berfikirnya bisa menciptakan lingkungannya sendiri.
Di
tempat yang panas kering seperti gurun pasir, dia bisa membuat rumah yang
nyaman dengan merancang rumah air conditioning. Membuat air tawar dari
penyulingan air laut untuk kebutuhan hidupnya. Dengan air tawar ini dia bisa
membuat lingkungan yang hijau, perumahan yang asri seperti tempat kami tinggal
saat ini. Dulunya dikenal sebagai tempat tak berpenghuni, Al-Garbia, hanya ada
gurun pasir, kini menjadi sebuah kota industri dengan perumahan-perumahan
mewah. Ada taman-taman hijau dengan bunga beraneka warna. Semua itu tercipta
karena kemampuan berfikir dari manusia.
Kita
manusia bila tidak mengoptimalkan peran dari kemampuan berfikir ini, tidak
bedanya dengan binatang, akan musnah bila tidak mampu beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Mari belajar, tingkatkan kemampuan berfikir dengan
memberinya makanan berupa pikiran-pikiran yang baik…
SENJATA YANG PALING AMPUH :
Percaya Diri dan Sukses
Om
Swastyastu
Marilah
kita tengok kembali perjalanan Sang Wiku yang senantiasa membimbing para
muridnya untuk meraih sukses di bidangnya masing-masing.
Pandita
yang satu ini memang sangat beda dengan Pandita yang lainnya, Beliau sebelum
terjun ke ranah spiritual telah kenyang makan asam garamnya kehidupan, mulai
dari masa kanak-kanak dimana setiap orang bangga dengan mainannya sendiri, masa
remaja yang penuh dengan gejolak kaula muda, mereka bangga dengan teman
barunya, masa berkeluarga dan bermasyarakat, bekerja menjadi seorang
professional dibidangnya, membangun bisnis pribadi untuk menghidupi
keluarganya, berkelana ke manca Negara. Tidak heran bila Beliau mampu
memberikan trik dan tips yang jitu kepada murid-muridnya.
Hari
ini adalah hari Sabtu Umanis Wuku Watugunung dalam penanggalan Kalender Bali,
dimana umat Hindu di Indonesia merayakan Hari turunnya Ilmu Pengetahuan. Tuhan
dalam Wujud Dewi Saraswati menganugrahkan manusia Ilmu Pengetahuan “Vid” agar
manusia mendapatkan pencerahan “Vidya”,
terlepas dari kegelapan pikiran “Avidya”.
Tampak
Sang Pandita duduk di Madyaning Mandala sebuah Pura di bagian Barat Pulau Jawa,
di kelilingi oleh para muridnya. Mereka asyik bercakap ria setelah selesai
melakukan persembahyangan bersama dalam rangka Hari Raya Saraswati. Salah
seorang anak muda yang dari tadi tampak serius menyimak cerita tentang
pengalaman Beliau diwaktu muda, berdiri sambil mengangkat tangan dan berkata:
“Salam
sejahtera guru, saya sangat tertarik mendengarkan penuturan guru tentang jalan
menuju sukses, tadi guru menjelaskan bahwa di dunia ini penuh dengan
persaingan, kita harus mampu memenangkan persaingan dengan sehat dan berusaha
menjauhi setiap cara-cara yang tidak dibenarkan oleh ajaran dharma. Kalo boleh
ananda mohon, sudilah kiranya Guru menjelaskan kepada kami apa kunci utama
untuk meraih sukses…?
Dengan
tersenyum sambil mengelus janggutnya yang panjang, Sang Wiku berdiri memandang
ke sekelilingnya kemudian berjalan pelan mendekati anak muridnya, dengan lembut
dia pegang pundak sang penanya. Anakku, “Bapa paling suka dengan anak muda yang
energik dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sepertimu, baiklah akan Bapa
jelaskan, dengarkanlah kisah pengalaman Bapa berikut;
Dulu
ketika Bapa masih duduk di bangku sekolah menengah, ada seorang murid yang
sangat cerdas dimana ia selalu mendapat nilai yang sempurna untuk mata
pelajaran matematika, guru matematika kami saat itu sampai bingung bikin soal,
setiap ulangan dia pasti bisa menjawab dengan benar.
Suatu
hari adalah perlombangan matematika di kabupaten kami, setiap sekolah
diwajibkan untuk mengirimkan 2 orang wakilnya. Untuk menindaklanjuti hal ini
maka sekolah kami mengadakan test seleksi, sudah bisa diduga hasilnya, siapa
juara pertamanya, juara kedua dimana nilainya terpaut jauh dengan juara pertama
adalah seorang anak yang biasa-biasa saja, bandel dan hanya senang pelajaran
matematika.
Dua
terbaik dari hasil test tersebut berhak ikut lomba, setiap orang dari kita
memastikan dia akan juara demikian pula para guru. Dalam lomba di kabupaten
tersebut, dicari 4 orang wakil yang akan dikirim ke propensi mewakili kabupaten
kami.
Ternyata
kami semua salah, sang jawara di sekolah kami kalah total dia hanya mampu
menempati peringkat diatas 10 besar, sementara kawan kami yang biasa-biasa saja
dan bandel ini malah mendapatkan juara pertama, memenangkan lomba. Kami semua
jadi sangat penasaran apa gerangan yang terjadi.
Ketika
kami tanya teman kami menjawab: “Saya merasa tangan ini dingin sekali, seluruh
tubuh saya mengeluarkan keringat dingin, ingatan saya jadi hilang ketika berada
di ruang lomba, saya lupa semua teori dan ilmu yang saya miliki, padahal
soal-soal itu sudah pernah kami bahas sebelumnya”
Sebaliknya
ketika kita tanya pada sang pendamping yang kemudian menjadi juara kenapa dia
bisa begitu cemerlang; “ Saya pikir setiap orang dari kita berhak untuk juara,
saya hanya berusaha menyelesaikan sebisa mungkin, dan saya yakin bahwa setiap
orang juga bisa kalah oleh karenanya saya santai saja, mengerjakan semua soal
dengan kemampuan yang ada”
Dari
perjalanan Bapa, banyak sekali Bapa temui orang-orang yang memiliki kualitas
tinggi, dianugrahi bakat yang hebat dan modal yang kuat oleh Yang Maha Kuasa,
namun hidupnya hanya biasa-biasa saja. Sebaliknya banyak pula Bapa temui
anak-anak yang memiliki kemampuan terbatas baik dalam hal intelektualitas
ataupun dalam hal materi, kemudian malah hidupnya bersinar terang.
Setelah
Bapa teliti ternyata orang-orang yang memiliki kemampuan biasa-biasa ini yang
kemudian kehidupannya bersinar terang adalah orang-orang yang memiliki
kepercayaan diri yang sangat kuat, mereka memiliki keyakinan yang besar untuk
sukses pada setiap aktivitasnya.
Anakku,
kepercayaan diri itu secara teori ada tiga bentuk; Diffidence (mereka yang
tingkat percaya dirinya lemah, Optimal
Self Confidence (mereka yang memiliki percaya diri yang optimal), Over Self Confidence
(mereka yang percaya memiliki kemampuan melebihi dari kenyataannya). Dari
ketiga itu yang pertama dan yang terakhir adalah tidak bagus, akan mengantar
ananda pada jurang kegagalan. Sementara yang ditengah itulah yang mesti kita
miliki.
Dari
hasil studi ilmiah yang dilakukan dibeberapa perguruan tinggi, ternyata
orang-orang yang memiliki kepercayaan diri yang optimal, mereka melakukan usaha
lebih gigih, bekerja lebih ikhlas, dan lebih cerdas, mampu bertahan dalam
lingkungan yang beragam, dan senantiasa memenangkan persaingan dengan jalan
yang benar. Baik di bidang olah raga, dibidang akademik, rehabilitasi, dan
lain-lain.
“Guru
kalau percaya diri itu diibaratkan sebagai senjata, tentu merupakan senjata
ampuh, mohon sudikiranya guru menjelaskan bagaimana cara menumbuhkan rasa
percaya diri…?”
Om
Santih Santih Santih Om
Tiga
Kunci Rahasia Menuju Sukses
TIGA
KUNCI RAHASIA UNTUK MERAIH SUKSES
Apakah
sih definisi sukses itu? Tanpa mengacu pada kamus bahasa, definisi sukses
tentunya sangat relatif. Semua orang punya definisinya masing-masing. Bagi
sebagian orang, sukses bermakna pencapaian atas apa yang mereka cita-citakan.
Sukses berarti mengoptimalkan potensi yang kita miliki hingga suatu saat
potensi tersebut mencapai limit tertingginya. Sebagian orang lainnya menyatakan
bahwa sukses adalah bahagia dan sejahtera. Bahkan adapula yang berpendapat
bahwa sukses tidak akan mempunyai satu definisi yang khusus karena sukses
merupakan sebuah proses perjuangan.
Bagi
saya pribadi saat saya melihat putri saya tertawa terpingkal-pingkal karena
seneng dan sehat, sukses bagi saya hari itu, saat melihat istri selalu tertawa
riang memancarkan wajah berseri sepanjang waktu, adalah sukses buat saya. Saat
target yang saya rencanakan tercapai sukses bagi saya. Saya yakin saudaraku
sekalian memiliki definisi yang berbeda tentang sukses. Itu sah-saha saja.
Sukses adalah hak setiap orang. Yang pasti sukses akan memberikan kesenangan,
memberikan kebahagiaan bagi kita.
Kalo
kita tengok pengertian sukses dari beberapa tokoh misalnya juga akan kita
temukan definisi yang sangat beragam:
“Success
is the ability to live your life the way you want to live it, doing what you
most enjoy, surrounded by people who you admire and respect.”
- Brian Tracy, Million Dollar Habits
- Brian Tracy, Million Dollar Habits
Sukses
berarti jika seseorang menikmati dan mencintai profesinya sekarang, dan ia
dikelilingi oleh orang-orang yang ia cintai dan mencintai dirinya.
“Success
is the progressive realization of a worthy ideal.”
- Earl Nightingale, The Strangest Secret
- Earl Nightingale, The Strangest Secret
Sukses adalah realisasi progresif dari prinsip-prinsip seseorang yang bernilai.
“Getting
many of the things money can buy — and all the things money can’t buy. Money
can buy you a mattress, but you can’t buy a good night’s sleep.”
“mendapatkan
banyak hal yang bisa dibeli oleh uang – dan semua hal yang tak bisa dibeli oleh
uang. Anda bisa membeli kasur, tapi Anda tak bisa membeli tidur yang nyenyak.”
-Zig Ziglar dalam suatu wawancara di majalah Time-
-Zig Ziglar dalam suatu wawancara di majalah Time-
Apa
sih ukuran sukses itu…? Kebanyakan orang mendefinisikan sukses berdasarkan
pada, kekuasaan, uang, kemasyuran. Seorang bijak pernah mengatakan :
“Uang dapat memberi Anda sebuah istana yang sangat megah, penuh dengan
karya-karya seni bernilai tinggi. Uang juga dapat memenuhi rumah Anda dengan
perabot terbaik dan garasi Anda dipenuhi dengan mobil-mobil mewah…namun uang
tidak dapat memberi Anda rumah yang penuh dengan kasih dan penghargaan tulus
dari orang-orang yang tinggal di dalamnya….Uang dapat dipakai untuk membeli
ranjang emas murni, namun uang tidak dapat membeli istirahat satu menit yang
disertai dengan damai di hati.”.
Sejarah telah mencatat
banyak orang yang tampak sukses dari luar karena uang, kekuasaan dan kemasyuran
yang dimilikinya melakukan bunuh diri, sebut saja nama: Jesse Livermore,
investor terbesar di Wall Street mati bunuh diri, Leon Fraser, presiden the
Bank of International Settlements, juga mati bunuh diri, Ivan Kruegar, kepala
dari monopoli dunia terbesar, juga mati bunuh diri.
Bagaimanakah
meraih sukses yang tidak berakhir..?
Setelah
membaca dan mendengarkan banyak kisah sukses para pendahulu, perkenankan saya
berbagi dengan Anda, saya datang pada satu kesimpulan bahwa ada tiga kunci yang
mengantarkan seseorang untuk bisa membuka pintu gerbang kesuksesan yaitu:
- Berfikir baik,
- Berbicara baik
- Berbuat baik,
Berfikir
Baik.
Segala
aktivitas kita (berbuat atau berbicara) berawal dari pikiran, pikiran boleh
dikatakan sebagai driver dari semua aktivitas hidup ini. Pikiran ini
hanya dimiliki oleh manusia, karena pikiran ini pula maka manusia menjadi
mahluk yang berbeda di bumi ini. Pikiran memiliki dua sisi, pikiran baik dan
buruk. Bila kita tidak waspada dalam mengontrolnya maka pikiran ini akan menjadi
musuh besar bagi kita, dia bisa menjerumuskan kita ke kubangan kawah candra
dimuka (kawah yang penuh dengan segala macam penderitaan).
Sebaliknya
bila kita rajin membersikan pikiran kita dengan kejujuran maka, pikiran ini
akan semakin jernih, mudah diarahkan, mudah dikonsentrasikan, sehingga kita
bisa meraih output yang optimum dari setiap aktivitas kita.
Pikiran
sangat mudah dipengaruhi oleh panca indera kita, sehingga bila kita tidak
waspada, maka pikiran itu bisa mengarah pada hal buruk. Panca Indra
kontak dengan alam material ini akan membangkitkan keinginan untuk memiliki,
namun bila pikiran itu selalu terkondisi untuk berfikir baik, benar dan suci
maka keinginan yang tidak baik akan segera bisa dihapus digantikan dengan
keinginan yang baik. Selanjutnya pikiran yang baik ini bisa mengontrol panca
indra, mengarahkannya untuk kebaikan pula.
Pikiran
baik: Berfikir bagaimana membahagiakan orang tua, anak dan istri, keluarga,
memberikan pelayanan kepada umat manusia, memberikan sesuatu yang
bernilai buat Negara atau masyarakat. Berfikir memberikan sesuatu yang mampu
menjaga kebersamaan, persaudaraan, persatuan. Berfikir memberikan kontribusi
positif pada perkembangan umat manusia di segala bidang kehidupan.
Pikiran
yang baik telah mengantarkan orang untuk menghasilkan karya-karya besar, baik
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi, Seni dan Budaya, Budi Pekerti dan
Spritual, dan Sosial Ekonomi. Tidak jarang dari pikiran-pikiran baik ini
mengantarkan mereka pada rumah kesuksesan dalam hidupnya.
Bicara
Baik.
Dalam
sebuah karya sastra peninggalan leluhur kita yang tertuang dalam sebuah kitab
kuno tertulis dalam bahasa kawi dinyatakan:
Wahya
nimitanta matemu mitra
Wahya
nimitanta matemu artha
Wahya
nimitanta matemu laksmi
Wahya
nimitanta pati kepangguh
Karena
perkataan engkau mendapatkan sahabat
Karena
perkataan engkau mendapatkan harta
Karena
perkataan engkau mendapatkan kebahagiaan
Karena
perkataan engkau mendapatkan ajalmu.
Dalam
pergaulan sehari-hari, orang yang pinter membawa perkataannya, bisa menjaga
perasaan temen, berkata jujur dan apa adanya, tidak melebih-lebihkan atau
menguranginya, sangat disegani dan senangi temen-temennya, mudah
mendapatkan sahabat. Sebaliknya mereka yang mudah mengeluarkan kata-kata kasar,
kata menghardik, membentak, menfitnah, berbohong, akan tidak disukai di tempat
kerja, di masyarakat, di manapun dia berada.
Contoh
kecil saja, sebelum kita diterima bekerja di suatu perusahaan ada tahapan test
yang disebut dengan Test Wawancara, di sini kita bener-bener ditantang menggunakan
perkataan kita untuk menunjukkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman kita.
Bila perkataan kita mampu meyakinkan pewawancara bahwa kita orang yang memiliki
kwalifikasi yang diinginkan, baik dari segi skill maupun dari kepribadian, maka
kita akan diterima menjadi karyawan, selanjutnya kita akan mendapatkan gaji,
dengan gaji ini kita bisa membeli harta yang kita butuhkan.
Hampir
seluruh dari kegiatan bisnis dan ekonomi di dunia ini tidak lepas dari peran
perkataan, sehingga mereka yang ingin sukses mesti bisa mengelola perkataannya
dengan baik.
Luka
karena senjata bisa disembuhkan, namun luka karena perkataan dibawa hingga ke
liang kubur, demikian sehingga dikatakan lidah lebih tajam dari senjata tajam
manapun.
Hidup
di alam ini yang memberikan kita predikat sukses adalah manusia, yang membeli
produk kita adalah manusia, yang membeli jasa kita juga manusia, yang membeli
skill kita juga manusia. Bicara adalah salah satu media komunikasi yang paling
banyak dipakai manusia.
Mereka
yang pinter meyakinkan pelanggan dengan perkataannya adalah marketer yang
sukses, mereka yang mampu memotivasi participant dengan perkataannya,
adalah seorang motivator yang ulung.
Hidup
di negara asing, kita harus bener-bener menghargai budaya dan hukum di negeri
di tempat kita tinggal dengan tidak sembarangan berbicara. Jangan bicara
tentang sara, tentang politik atau tentang pemimpin negerinya. Kita bersyukur
telah diberi kesempatan untuk mengais rejeki di negerinya, jadi tunjukkanlah
rasa terimakasih kita dengan mewujudkannya dalam perkataan pula.
Pikiran
yang baik butuh ruang untuk mengutarakannya sehingga orang tahu bahwa Anda
punya kwalitas, ruang itu yang bernama bicara. Bicaralah maka orang tahu siapa
Anda.
Berbuat
Baik
Attitude
not Aptitude determines your altitude (anonym)
Perbuatan,
bukan Kecerdasan yang menentukan derajat Anda
Pikiran
yang baik, perkataan yang baik, tidaklah cukup bila tidak dibuktikan dengan
prilaku yang baik. Trust (kepercayaan) dalam bisnis ada bila bukti itu
ada. Tidak heran bila sesepuh kita dari Bali menasehatkan:
“Lontar
A Siu Alah Dening Bukti Asiki”
(Seseorang
yang menguasai Seribu Kitab tanpa mengimplementasikannya pada prilaku, kalah
dengan seseorang yang tidak menguasai satupun kitab tapi telah membuktikannya
dalam prilaku yang baik walaupun hanya sekali).
Saudaraku
sekalian, saat keheningan menghampiri seakan mereka berpesan pada saya bahwa
untuk mencapai sukses itu kita harus mampu menyelaraskan antara pikiran,
perkataan dan perbuatan kita. Apa yang kita pikirkan, yang kita ucapkan dan
yang kita lakukan semuanya yang baik-baik, pasti sukses itu akan datang
menghampiri.
Sukses
adalah sebuah produk dari ketiga aktivitas tadi (pikiran baik, perkataan baik
dan perbuatan baik). Saya tidak tahu apakah kesimpulan saya ini benar adanya,
atau mungkin saudaraku semua memiliki pendekatan, metoda atau
kesimpulan-kesimpulan lain yang bisa disharing demi kemajuan kita bersama….?
Monggo..Rarisang..Silahkan….
Saya
tunggu sharingnya…
APA YANG TERSIRAT DALAM:
Sarasamuccaya Sloka 52 dan 53
Nihan kengeta, akweh mara samsam ring
alas, mangkana ikang lwah ring alas nirmaladalem aho banunya, kunang suluhanta
sang hyang nicakara, tatan padon karjananing wibhawa, sugyan kalaksepa.
Artinya:
Ini hendaknya diingat, bahnyaklah ada
tumbuh-tumbuhan di dalam hutan yang daunnya boleh dimakan; begitupun sungai
yang dalam serta jernih airnya terdapat pula di sana; adapun yang merupakan
penerangan adalah bulan; sehingga sebenarnya tidak ada gunanya mati-matian
mengejar kekayaan duniawi, karena mungkin terlambat dan membuang-buang waktu
saja.
Bhagavan
Wararuci menjelaskan bahwa kita kudu memanfaatkan kehidupan ini dengan sebaik
mungkin, Tuhan telah menyediakan alam beserta isinya untuk kehidupan manusia
dan sekitarnya. Ingatlah selalu untuk melakukan aktivitas sepritualmu, dalam
setiap aktivitasmu. Bukan hanya berusaha mati-matian mendapatkan harta duniawi.
Luangkan pula waktumu untuk mengusahakan harta sorgawi, untuk bekal nanti saat
melakukan perjalanan ke sunya loka. Sebelum semuanya terlambat…. Hayo kumpulkan
jugalah harta sorgawi.
Vyaprtenapi hi svarthah kriyate
cantare’ntare, medhri prste’pi hi bhramyan grasam grasam karoti gauh.
Nihan tang ulaha, ri
duweganyan harohara hosana ngwang, i kagawayaning dharmasadhana, sambina tikang
artharjana riang antara sangka pisan, kadi kramaning lembu sedeng mesi hanungan
walakangnya, mider ring sawah, sinambinya angjanggut dukut, saparek kaparah ri
lakunya.
Artinya:
Ini
hendaknya dilakukan, meskipun sangat sibuk sampai terengah-engah orang dalam
pelaksanaan dharma, sambilkanlah berusaha mencari harta dalam sela-sela
kesibukan itu, sebagai halnya lembu yang tengah berisi gandar bajak
punggungnya, berkeliling menarik (bajak) di sawah, disambilkannya mencabut/menarik
rumput yang ada di dekatnya, maka karna itu ia (si lembu) menjadi senang.
Bhagavan
Vararuci kemudian melanjutkan penjelasannya, untuk menjaga keseimbangan dalam
aktivitas kita. Di ibaratkan seperti lembu yang berat memanggul bajak, menarik
bajak (kwajiban yang harus dia lakukan dalam hidupnya), disambilkannya juga
mencabut menarik rumput sehingga hatinya menjadi senang. Jadi dalam kesibukan
kita melakukan kwajiban spritual kita pun menyambilkan diri kita untuk mengais
rejeki/kenikmatan hidup. Sehingga di dunia ini hati kita menjadi senang dan
bisa menikmati setiap aktivitas yang merupakan kewajiban kita, yang merupakan
kombinasi keduanya. Bisa melakukan segala sesuatu secara paralel, sehingga
waktu yang singkat (umur manusia kini rata-rata 50-75 tahun) ini akan
bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.
DALAM
WEDA APAPUN ADA….
Ayurweda dan Jyotisha
APAKAH
AYURWEDA DAN JYOTISHA?
Ayurweda
adalah salah sastu Upaweda dari Atharwa Weda. Empat Upaweda yang populer adalah
Ayurweda, Dhanurweda, Gandharweda dan Artha Shastra. Ayurweda memiliki akarnya
dalam Atharwa Weda. Dikatakan bahwa teks asli Ayurweda, disusun oleh Brahma
sendiri, berisi 100.000 sloka tersebar dalam ribuan bab dan disusun jauh
sebelum penciptaan mahluk (Susruta Samhita 1:1-5). Sekarang, Atharwa Weda hanya
terdiri dari enam ribu (6.000) sloka, jadi beberapa orang menyebut Ayurweda
adalah Weda Kelima.
Ayurweda
bukan mistikisme. Ia bukan voodoo (sihir), tapi satu studi sistematik dari
tubuh, pikiran dan jiwa manusia. Bila pengobatan Barat, dengan pil dan
pemeriksaannya, tanpa lelah mencari untuk mengisolasi dan menghancurkan
organisme yang menyerang masuk, Ayurweda mempercayakannya pada observasi klinik
termasuk seni kuno mendiagnose pengobatan seorang pasien dengan merasakan
denyut nadinya – untuk mengindentifikasi ketidak-seimbangan dari tiga kekuatan
dasar yang bernama Wata, Pitta dan Kapha.
Secara
definisi, Wata bertanggung jawab untuk gerakan badan dan psikologi – nada otot
dan kemurungan (muscle tone and moodiness). Orang yang didominasi oleh Wata
lekas gugup, gelisah, dan cenderung bagi tekanan darah tinggi. Pitta mengatur
panas dan metabolisme. Orang yang didominasi oleh Pitta adalah sungguh-sungguh
(serius, intense), memiliki intelek yang tajam dan cepat marah. Sakit kulit dan
bisul mungkin berasal dari dominasi kekuatan ini.
Kapha
menjaga/mempertahankan struktur dan stabilitas. Orang dengan tipe Kapha adalah
kuat, berkepribadian tenang, seimbang yang cenderung mudah menjadi gemuk.
Menurut
Ayurweda, sepuluh kepribadian yang berbeda muncul dari kombinasi berbeda dari
kekuatan Wata, Pitta dan Kapha dalam tubuh. Dengan menyeimbangkan tiga kekuatan
itu melalui mediasi, diet, daun-daun (herbal) dan latihan khusus, seseorang
akan mencapai kesehatan yang sempurna.
Dokter-dokter
termashur dari Ayur Weda adalah Charraka (80 – 180 AD), Susruta (350 AD),
Vagbhata (610 – 850) dan Madhwa (1370 AD).
APAKAH
ASTROLOGI DAN ASTRONOMI ADA KAITANNYA?
Dalam
agama Hindu, kata Jyotisha berarti astrologi dan astronomi. Keduanya merupakan
bagian dari kelompok yang disebut Wedangga. Sejarahwan Hindu menolak teori
bahwa orang Hindu mewarisi pengetahuan mereka mengenai astronomi dan astrologi
dari orang Yunani. Menurut mereka, astronomi dan astrologi berasal dari India
sejak 6.000 tahun yang lalu. Tulisan Hindu paling awal mengenai astronomi
dikenal sebagai Siddhanta. Aryabhata (467-520), ahli matematika Hindu, adalah
orang pertama yang mencoba menjelaskan penyebab sebenarnya dari gerhana.
Astronom besar Hindu yang lain adalah Warahamihira (505-567)
Orang-orang
Hindu senantiasa tertarik dengan astrologi. Astrologi Hindu berfungsi dengan
realitas-realitas dari karma, reinkarnasi, dan dunia dalam yang kita tempati
pada waktu mati. Menurut legenda, Reshi Brighu menulis peta astrologi yang
memberikan horoskop untuk setiap orang yang lahir atau akan lahir di dunia ini.
Tulisan-tulisan Brighu dikenal secara popular sebagai Brighu Samhita dan masih
dimiliki oleh beberapa astrologer di India.
Risalah
besar lain mengenai astrologi dikenal sebagai Sathya Samhita, Narada Samhita
dan Saptarisi Nadi. Saptarisi Nadi terdiri dari 12 buku dan dicetak dalam
bahasa Tamil. Brighu Samhita terdiri dari empat buku dan kira-kira sepuluh ribu
sloka. Beberapa orang mengatakan bahwa pada suatu waktu astrologi merupakan
ilmu pengetahuan yang berkembang dengan baik. Tapi dewasa ini astrologi hanya
tinggal kerangka saja, dengan kebanyakan pengetahuannya yang berharga hilang
karena praktek-praktek kerahasiaan yang keterlaluan oleh orang-orang terpelajar
dalam masyarakat Hindu.
APAKAH
ANDA BERMAKSUD MENGATAKAN BAHWA KITA HENDAKNYA MENGABAIKAN SAMA SEKALI
ASTROLOGI?
Aku
tak bisa mengatakan demikian. Bila bulan dapat mempengaruhi gelombang laut,
mengapa bintang-bintang tidak dapat mempengaruhi gelombang hidup seorang
manusia? Manusia pada intinya adalah sebuah jaringan eletromagnetik. Jadi
gerakan-gerakan dari planet-planet dan bintang-bintang yang mempengaruhi
lapangan magnetik bumi dapat juga mempengaruhi lapangan magnetik dari mahluk
hidup. Nostradamus (1505-1566 A.D), dokter dan astrologer Prancis itu, memang
telah meramalkan banyak kejadian dalam sejarah dunia, seperti penghukuman mati
Raja Charles IX, kemunculan dan kejatuhan Napoleon dan Adolf Hitler, dan bahkan
pembunuhan Presiden Kennedy. Beberapa dari peristiwa ini mungkin hanya
kebetulan yang aneh dan beberapa dari padanya mungkin dapat dijelaskan dengan
teori probabilitas. Bagaimanapun, aku tidak akan mengesampingkan astrologi
sebagai suatu ilmu palsu tanpa agumentasi fanatik untuk menentang ataupun
membelanya
TATA NEGARA MEURUT
AGAMA INDHU.
Ajaran Kepemimpinan Hindu
Asta Dasa Paramiteng Prabu-Majapahit
Pada masa silam Nusantara pernah mengalami kejayaan terutama pada masa keemasan kerajaan Majapahit. Kepemimpinan Gajah Mada selaku Mahapatih negara Majapahit sangat disegani di seluruh wilayah kerajaannya. Dia telah menerapkan dan mengajarkan prinsip-prinsip kepemimpinan pada seluruh bawahannya, ilmu kepemimpinanyang tidak kalah dengan buah karya dari negeri seberang.Ilmu kepemimpinan yang diterapkan oleh Maha Patih Gajah Mada ini di kenal dengan Asta Dasa Paramiteng Prabu (18 Ilmu Kepemimpinan) antara lain :
- Wijaya
Artinya seorang pemimpin harus mempunyai jiwa yang tenang, sabar dan bijaksana serta tidak lekas panik dalam menghadapi berbagai macam persoalan karena hanya dengan jiwa yang tenang masalah akan dapat dipecahkan. - Mantriwira
Artinya seorang pemimpin harus berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan tanpa terpengaruh tekanan dari pihak manapun. - Natangguan
Artinya seorang pemimpin harus mendapat kepercayaan dari masyarakat dan berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut sebagai tanggung jawab dan kehormatan. - Satya Bhakti
Prabhu
Artinya seorang pemimpin harus memiliki loyalitas kepada kepentingan yang lebih tinggi dan bertindak dengan penuh kesetiaan demi nusa dan bangsa. - Wagmiwak
Artinya seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan mengutarakan pendapatnya, pandai berbicara dengan tutur kata yang tertib dan sopan serta mampu menggugah semangat masyarakatnya. - Wicaksaneng Naya
Artinya seorang pemimpin harus pandai berdiplomasi dan pandai mengatur strategi dan siasat. - Sarjawa Upasama
Artinya seorang pemimpin harus rendah hati, tidak boleh sombong, congkak, mentang-mentang jadi pemimpin dan tidak sok berkuasa. - Dhirotsaha
Artinya seorang pemimpin harus rajin dan tekun bekerja, pemimpin harus memusatkan rasa, cipta, karsa dan karyanya untuk mengabdi kepada kepentingan umum. - Tan Satrsna
Maksudnya seorang pemimpin tidak boleh memihak/pilih kasih terhadap salah satu golongan atau memihak saudaranya, tetapi harus mampu mengatasi segala paham golongan, sehingga dengan demikian akan mampu mempersatukan seluruh potensi masyarakatnya untuk mensukseskan cita-cita bersama. - Masihi Samasta
Bhuwana
Maksudnya seorang pemimpin mencintai alam semesta dengan melestarikan lingkungan hidup sebagai karunia dari Tuhan/Hyang Widhi dan mengelola sumber daya alam dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat. - Sih Samasta
Bhuwana
Maksudnya seorang pemimpin dicintai oleh segenap lapisan masyarakat dan sebaliknya pemimpin mencintai rakyatnya. - Negara Gineng
Pratijna
Maksudnya seorang pemimpin senantiasa mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan, maupun keluarganya. - Dibyacitta
Maksudnya seorang pemimpin harus lapang dada dan bersedia menerima pendapat orang lain atau bawahannya (akomodatif dan aspiratif). - Sumantri
Maksudnya seorang pemimpin harus tegas, jujur, bersih dan berwibawa. - Nayaken Musuh
Maksudnya dapat menguasai musuh-musuh, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, termasuk juga yang ada di dalam dirinya sendiri (nafsunya/sadripu). - Ambek Parama
Artha
Maksudnya seorang pemimpin harus pandai menentukan prioritas atau mengutamakan hal-hal yang lebih penting bagi kesejahteraan dan kepentingan umum. - Waspada Purwa
Artha
Maksudnya seorang pemimpin selalu waspada dan mau melakukan mawas diri (Instropeksi) untuk melakukan perbaikan. - Prasaja
Artinya seorang pemimpin supaya berpola hidup sederhana (Aparigraha), tidak berfoya-foya atau serba gemerlap.
Ajaran
Kepemimpinan Hindu (Asta Brata-Ramayana)
Di
bangku kuliah, kita diajarkan manajemen, yang sebagian besar mengadopsi
ajaran-ajaran dari bangsa Barat. Apakah bangsa Timur tidak mewariskan
ajaran-ajaran kepemimpinan yang dapat digunakan untuk memimpin negara menuju
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat?. Setelah saya coba buka-buka buku dan
sejarah ternyata Bangsa Timur tidak kalah dengan bangsa Barat. Bangsa kitapun
(Timur) telah mewariskan banyak ilmu-ilmu manajemen. Salah satunya adalah
ASTA BRATA yang telah diterapkan di bumi nusantara ini sejak ribuan tahun
silam hingga negeri ini sempat mengalami kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya
dan Kerajaan Majapahit.
Ramayana
Sebuah
Sastra Weda yang telah digubah dengan bentuk Kakawin/Kakawin Ramayana Bab I
Sloka 3 menyebutkan :
Gunamanta
Sang Dasaratha, Wruh Sira ring Weda, Bhakti ring Dewa Tan Marlupeng pitra puja,
masih ta sireng swagotra kabeh.
Maksudnya
: Bahwa Raja Dasaratha adalah seorang pemimpin yang memahami pengetahuan suci
Weda, taat beragama, Bhakti kepada Tuhan dan tidak melupakan
leluhur/pendahulu-pendahulunya serta adil dan mengasihi seluruh rakyatnya.
Raja
berputrakan Sri Rama ini adalah seorang pemimpin yang patut dijadikan panutan.
Artinya seorang pemimpin harus menguasai : ilmu pengetahuan & teknologi,
agama, taat kepada Tuhan, hormat kepada para pahlawan dan
pendahulu-pendahulunya, adil serta sayang kepada rakyatnya.Asta Brata
Asta
Brata artinya delapan ajaran utama tentang kepemimpinan yang merupakan petunjuk
Sri Rama kepada Bharata (adiknya) yang akan dinobatkan menjadi Raja Ayodhya.
Asta Brata disimbulkan dengan sifat-sifat mulia dari alam semesta yang patut
dijadikan pedoman bagi setiap pemimpin, yaitu :
- Indra Brata
Seorang pemimpin hendaknya seperti hujan yaitu senantiasa mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya dan dalam setiap tindakannya dapat membawa kesejukan dan penuh kewibawaan. - Yama Brata
Pemimpin hendaknya meneladani sifat-sifat Dewa Yama, yaitu berani menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yang berlaku demi mengayomi masyarakat. - Surya Brata
Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti Matahari (surya) yang mampu memberikan semangat dan kekuatan pada kehidupan yang penuh dinamika dan sebagai sumber energi. - Candra Brata
Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti bulan yaitu mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam kegelapan/kebodohan dengan menampilkan wajah yang penuh kesejukan dan penuh simpati sehingga masyarakatnya merasa tentram dan hidup nyaman. - Vayu Brata
(maruta)
Pemimpin hendaknya ibarat angin, senantiasa berada di tengah-tengah masyarakatnya, memberikan kesegaran dan selalu turun ke bawah untuk mengenal denyut kehidupan masyarakat yang dipimpinnya. - Bhumi (Danada)
Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat utama dari bumi yaitu teguh, menjadi landasan berpijak dan memberi segala yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakatnya. - Varuna Brata
Pemimpin hendaknya bersifat seperti samudra yaitu memiliki wawasan yang luas, mampu mengatasi setiap gejolak (riak) dengan baik, penuh kearifan dan kebijaksanaan. - Agni Brata
Pemimpin hendaknya memiliki sifat mulia dari api yaitu mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, tetap teguh dan tegak dalam prinsip dan menindak/menghanguskan yang bersalah tanpa pilih kasih
SEX
EDUCATIO MENURUT HINDHU
Polyandri
dan Polygamy
Tempo
hari Polyandri dan Polygamy menjadi perbincangan banyak orang, dan setiap dari
mereka memberikan pandangannya masing-masing apakah setuju atau tidak setuju,
alasan menolak atau menerima ada yang mendasarkan diri pada logika belaka, ada
pula yang merujuk kepada ajaran-ajaran suci agamanya masing-masing.
Bagaimanakah
pandangan umat hindhu tentang Polyandry dan Polygamy? berikut penjelasan dari
Ida Pandita Nabe Sri Bhagavan Dwija.
Rekan-rekan
sedharma Yth.
Om
Swastiastu,
1.
Polyandry is the form of marriage in which a woman has two or more husbands at
the same time. Polygamy is the form of marriage that permits a person to have
more than one wife at the same time. Polygyny, women appear to welcome
co-wives. Lebih jauh Encyclopedia Americana menguraikan bahwa bilamana dalam
polyandry para suami bersaudara kandung, dinamakan Adelphic polyandry
atau Fraternal polyandry. Bilamana seorang lelaki menikahi dua atau
lebih wanita yang bersaudara kandung pada suatu waktu yang sama disebut Sororal
polygyny. Bedanya polygamy dengan polygyny adalah bahwa dalam
polygyny istri pertama justru dengan suka rela (senang) menyarankan agar
suaminya mengawini lagi adik atau kakak kandungnya yang perempuan. Plural
marriage seperti ini di zaman dahulu banyak terjadi di Mesir, Arab, Afrika,
Irlandia, Cina, Jepang, Oceania, Tibet, India, Amerika (suku Mormon), Asia
Tenggara. Motivasi plural marriage antara lain:
- menjaga agar warisan (tanah) tidak terpecah-pecah.
- mendapat keturunan/ anak kandung.
- menghimpun tenaga kerja.
- meningkatkan kesejahteraan perekonomian rumah tangga (home economics).
- status sosial / harga diri.
- sex needs.
- menghemat biaya perkawinan, penjelasannya sbb.: di Tibet, mas kawin mahal; maka laki-laki miskin yang tidak mampu membayar mas kawin lalu menumpang kawin dengan istri kakak/ adiknya (polyandry).
2.
Ketika hidup dalam penyamaran di Ekacakra, para Pandawa dikunjungi Bhagawan
Abyasa; beliau berkata: “Suatu ketika ada gadis cantik anak seorang Brahmin
namun karena karmanya ia tidak menemukan seorang calon suami sesuai dengan
seleranya. Ia lalu memohon kepada Dewa Siwa agar diberikan suami yang
bijaksana. Permintaan itu didengar Dewa Siwa, kemudian berkata: “Doa/
permintaanmu Aku kabulkan pada penjelmaanmu y.a.d di mana kamu akan mengawini 5
orang kesatria yang bijaksana”. Gadis itu menjawab: ” Maaf, saya hanya ingin
kawin dengan seorang lelaki saja, kenapa Dewa Siwa memberikan kepada saya
sekali gus 5 suami?” Dewa Siwa menjawab: “Bukankah kamu telah mengucapkan dan
meminta kepada-Ku suami yang bijak selama lima kali berturut-turut? Semua
permintaanmu Ku-kabulkan karena kebajikan ayahmu.” Bhagawan Abyasa melanjutkan:
“Nah kini roh gadis itu telah menjelma menjadi Drupadi, adik raja Drupada.
Pergilah ke ibu kota Pancala dan jadikanlah ia istri kalian !” Sebelum itu Dewi
Kunti selalu berpesan kepada kelima anaknya Panca Pandawa: “Mengingat
penderitaan yang kalian alami bersama, hendaknya kalian selalu setia
bersaudara, dan apapun yang kalian peroleh agar dibagi lima sama rata” Nah
ketika Arjuna memenangkan sayembara mengangkat panah di Pancala serta mendapat
hadiah gadis Drupadi, maka diajaklah Drupadi ke gubuk mereka. Sampai diluar
gubuk, Yudistira berseru ke Dewi Kunti: “Ibu, kami datang membawa hadiah” Dewi
Kunti, tanpa melihat dan membuka pintu berkata dari dalam gubuk: “Seperti
biasanya, bagi dan nikmatilah bersama-sama oleh kalian berlima” Alangkah
kagetnya Dewi Kunti ketika membuka pintu, ternyata hadiah itu adalah seorang
gadis cantik. Masalah ini menjadi perdebatan yang hangat antara Drupada,
Yudistira, Dewi Kunti, Drustajumna, dan Bhagawan Abyasa. Drupada berkata:
“Perbuatan itu tidak dilarang oleh Weda”. Yudistira berkata: “Dalam Purana ada
kisah tentang Jatila, gadis berbudi luhur yang kawin dengan 7 orang sadu” Dewi
Kunti berkata: “Yudistira benar karena ia hanya melaksanakan apa yang kusuruh”
Drustajumna berkata: “Kesusilan adalah perkara yang sangat pelik” Bhagawan
Abyasa berkata: “Drupadi telah menerima berkah Dewa Siwa ia akan kawin dengan 5
kesatria utama yang bersaudara; adakah manusia yang berani menentang kehendak
Siwa?
3.
Manawa Dharmasastra Buku III.60: Pada keluarga di mana suami
berbahagia dengan istrinya dan demikian pula sang istri terhadap suaminya,
kebahagiaan pasti kekal. 56: di mana wanita dihormati para Dewa merasa senang,
tetapi di mana mereka tidak dihormati, tidak ada upacara suci apapun yang akan
berpahala.
4.
UU Republik Indonesia Nomor 1/ 1974 pasal 8 tentang PERKAWINAN YANG DILARANG:
ayat e: Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan istri
dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang. Selanjutnya pasal 24 dan
27 mengatur PEMBATALAN PERKAWINAN antara lain jika salah satu atau kedua calon
mempelai masih terikat dalam satu ikatan perkawinan lain.
- Kesimpulan: monogamy sesuai dengan hukum dan budaya zaman sekarang.
Sekian
dahulu semoga ada manfaatnya.
Om
Santi, Santi, Santi, Om…..
TATA NEGARA Hindu
Artasastra
Apakah ilmu politik ada dalam agama hindu….?Tentu Ada,Dimanakah pelajaran Ilmu Politik itu dimuat? Dalam Kitab Arthasastra
Seperti apakah kitab Artha sastra itu?..Ringkasnya Arthasastra mengajarkan berbagai ajaran kepemimpinan yang berorientasi pada kepentingan rakyat. Arthasastra di tulis oleh Kauntilya atau dikenal pula dengan nama Chanakya, sekitar tahun 250 SM.
Kitab ini ditulis oleh Kauntilya saat mana keadaan politik di negeri India kacau, para pejabat/bangsawan sibuk berpestapora, negara tidak terurus, korupsi merajalela di sana-sini, yang menjadi korban adalah rakyat, rakyat dibebani berbagai macam pajak dan iuran/pungutan yang tidak perlu. Terlebih lagi India saat itu mengalami ancaman ekspedisi militer dari Kaisar Alexander Yang Agung raja Yunani
Sebagai seorang yang terpelajar, cerdas dan perduli dengan keadaan rakyat Kauntilya memberikan kritik pada kekuasaan saat itu, namun penguasa saat itu menghinanya. Hal ini tidak menyurutkan semangat dari Kauntilya untuk memperjuangkan hak-hak rakyat. Dia bertekad membangun kekuatan rakyat untuk meruntuhkan kekuasaan yang korup.
Langkah awal yang diambilnya adalah membangun kesadaran rakyat terhadap negara, ini dilakukannya dengan berkeliling ke seluruh wilayah India. Setelah kesadaran rakyat terhadap negara terbangun maka beliau mengajarkan tentang kekuasaan, merebut kekuasaan, mempertahankan kekuasaan dan memfungsikan kekuasaan sebagai istrumen kesejahteraan sosial.
Kauntilya mengajarkan bagaimana menjatuhkan para penguasa yang korup dengan memanfaatkan Indria (nafsu), yaitu dengan membiarkan mereka terjebak dalam kubangan nafsu, sebaliknya kekuatan rakyat digalang dengan melakukan pengendalian Indria (nafsu) seperti yang diajarkan dalam Kitab suci Weda.
Chanakya bersama rakyat berhasil menjatuhkan penguasa dengan menjebak para penguasa pada kubangan nafsu (Indria) mereka. Beliau menobatkan muridnya Chandragupta menjadi Raja kerajaan saat itu. Seorang pemuda dari rakyat jelata, golongan sudra. Sejak itu kerajaan dikuasai oleh rakyat dan pemimpin yang mau melayani rakyat. Kerajaan ini kemudian berkembang pesat sehingga mampu menguasai sebagian besar India selatan. Kerajaan ini kemudian dikenal dengan nam Kerajaan Asoka. Kerajaan ini merupakan pusat perkembangan kebudayaan yang berbasiskan rasionalitas yang dirintis sejak Upanishad dan Buddha sekitar tahun 600 SM.
Raja Asoka generasi dari Chandragupta, menghapuskan deskriminasi sosial dan mengumumkan penghapusan segala tindak kekerasan untuk mencapai tujuan apapun dalam wilayah kekuasaanya.
Bagaimana dengan Kekuasaan kini..? Para penguasa kini juga menggunakan kekuatan Indria untuk melemahkan kekuatan rakyat, mereka biarkan budaya konsumerisme melanda negeri ini. Sehingga sebagian besar masyarakat terjebak dalam budaya konsumerisme ini. Mereka para penguasa menari riang di atas penderitaan rakyat.
Apakah pemimpin terdahulu sadar akan hal ini? Soekarno dan para pahlawan, sadar betul dengan hal ini, Beliau menggunakan kekuatan pengendalian Indria juga untuk membangun kekuatan dalam negeri ini, dengan seruan BERDIKARI (Berdiri di kaki sendiri), tak henti-hentinya beliau menyemangati rakyat untuk maju, mengusir penjajah dari negeri tercinta ini. Karena hanya masyarakat yang mandiri tidak kehilangan kedaulatannya, mereka tidak lagi tergantung dari negeri lain, sehingga tidak ada satupun negara lain bisa mendikte negeri tercinta ini.
Mahatma Ghandi juga demikian, dengan taktik Arthasastra, memotivasi rakyatnya untuk menahan diri, tidak menggunakan produk luar, dengan ajaran swades, ahimsa, hartal, mengusir penjajah Inggris hingga India meraih kemerdekaan
Bagaimana dengan di Bali….? Para master (mpu) jaman dahulu, juga sadar betul dengan hal ini, beliau dengan menggunakan taktik Arthasastra pula membangun kehidupan rakyat yang damai, makmur dan sejahtera. Mpu/Rsi Markandeya membangun organisasi SUBAK untuk mengembangan perekonomian melalui pertanian. Mpu kuturan membangun organisasi DESA PEKRAMAN untuk membangun kepribadian dan kebudayaan.
TATANEGARA Hindu
Nitisastra
Kewajiban generasi muda adalah melestarikan warisan dari para pendahulunya, warisan Ilmu dan budaya yang bermanfaat bagi kehidupan ini. Negeri Eropah, Cina, India, Jepang adalah negara-negara yang sangat menghormati pendahulunya, mereka rajin mendokumentasikan pernik-pernik ilmu dan budaya sehingga bisa diwarisi hingga kini.Dalam bidang manajemen, negeri kita cukup kaya dengan warisan ajaran-ajaran mulia tentang kepemimpinan. Tidak heran bila negeri ini ratusan tahun silam disegani di manca negara sebagai negara yang kuat, negara besar, negara yang maju peradabannya.
Berbicara mengenai kempemimpinan/leadership kita tidak lepas dari dua kata kapabilitas (kemampuan) dan akseptabilitas (diterima). Pada dasarnya hanya ada dua pilihan bila kita hidup dalam suatu perkumpulan, yakni sebagai Pemimpin atau sebagai yang dipimpin yang lazim di sebut anggota. Sebagai anggota yang baik, kita harus memiliki loyalitas, patuh dan taat pada perintah atasan sebagai pemimpin dan rela berkorban serta bekerja keras untuk mendukung atasan dalam pencapaian tujuan yang dalam ajaran agama Hindu, disebut Satya Bela Bhakti Prabhu.
Sedangkan sebagai pemimpin, harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk memimpin (kapabilitas) serta dapat diterima oleh yang dipimpin ataupun atasannya (akseptabel).
Kemampuan dalam arti mampu memimpin, mampu mengorbankan diri demi tujuan yang ingin dicapai, baik korban waktu, tenaga, materi dll serta dapat diterima, dalam arti dapat dipercaya oleh anggota masyarakatnya dan pejabat yang di atasnya.
Untuk suksesnya pencapaian tujuan suatu perkumpulan, sangat tergantung dari proses kerjasama dan rasa saling membutuhkan antara anggota dengan pemimpinnya.Didalam Kitab Niti Sastra Bab I sloka 10, hubungan erat antara pemimpin dan anggota diibaratkan seperti hubungan Singa dengan hutan, sebagai berikut :
“Singa adalah penjaga hutan. Hutan pun selalu melindungi Singa, Singa dan hutan harus selalu saling melindungi dan bekerjasama. Bila tidak atau berselisih, maka hutan akan hancur dirusak manusia, pohon-pohonnya akan habis dan gundul ditebang, hal ini membuat singa kehilangan tempat bersembunyi, sehingga ia bermukim dijurang atau dilapangan yang akhirnya musnah diburu dan diserang manusia.”
Hubungan kerja sama yang saling membutuhkan ibaratnya “Singa dengan Hutan” perlu diterapkan oleh pemimpin dan masyarakatnya, sehingga dapat sukses dalam mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Tidak ada pemimpin yang sukses tanpa didukung masyarakatnya, demikian sebaliknya.
Kriteria kepemimpinan menurut Pustaka Niti Sastra :
- Abhikamika
Pemimpin harus tampil simpatik, berorientasi ke bawah dan mengutamakan kepentingan rakyat banyak dari pada kepentingan pribadi atau golongannya. - Prajna
Pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana dan menguasai ilmu pengetahuan teknologi, agama serta dapat dijadikan panutan bagi rakyatnya. - Utsaha
Pemimpin harus proaktif, berinisiatif, kreatif dan inovatif (pelopor pembaharuan) serta rela mengabdi tanpa pamrih untuk kesejahteraan rakyat. - Atma Sampad
Pemimpin mempunyai kepribadian : berintegritas tinggi, moral yang luhur serta obyektif dan mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan demi kemajuan bangsanya. - Sakya Samanta
Pemimpin sebagai fungsi kontrol mampu mengawasi bawahan (efektif, efisien dan ekonomis) dan berani menindak secara adil bagi yang bersalah tanpa pilih kasih/tegas. - Aksudra Pari
Sakta
Pemimpin harus akomodatif, mampu memadukan perbedaan dengan permusyawaratan dan pandai berdiplomasi, menyerap aspirasi bawahan dan rakyatnya.
Mudah-mudahan dengan semakin tingginya perkembangan teknologi yang memudahkan kita dan generasi muda untuk mengakses segala informasi dan ilmu, bisa dimanfatkan untuk menghasilkan para pemimpin sejati. Belajar dari sejarah, menghargai warisan leluhur untuk terus mengembangkan ilmu dan kebudayaan pada tataran yang mumpuni sehingga senantiasa disegani oleh setiap pendatang dan setiap bangsa maupun negara di dunia ini maupun di dunia lain
TATA NEGARA HIDHU
Panca Shtiti Dharmaning Prabhu
Panca Shtiti Dharmaning Prabhu.Ratusan tahun silam, Nusantara ini pernah mengalami kejayaan, disegani oleh negara-negara tetangga, dihormati oleh setiap pendatang. Negeri ini telah mengalami peradaban yang sangat tinggi dalam ilmu pengetahuan maupun kebudayaan ini terbukti Cina yang dijuluki sumber ilmu pengetahuan, juga banyak belajar di negeri kita. Hal ini bisa kita lihat di daerah Bangka dan Belitung, dimana di masa silam digunakan sebagai tempat asrama mereka, sehingga wajah-wajah orang bangka sangat dekat dengan wajah Cina, kulit kuning, rambut lurus dan mata sipit. Juga dari kisah yang diceritakan Itsing seorang pengembara dari negeri Cina tentang Nusantara.
Tidakkah ada suatu peninggalan yang bisa diwariskan kepada kita, dalam bidang manajemen? Kalo kita perhatikan dengan seksama, ternyata pendahulu kita cukup jeli dalam belajar, mereka tidak hanya terlena oleh budaya dan peninggalan dari luar namun tetep bangga dan menggunakan produk dalam negeri. Tengoklah Ki Hajar Dewantara dengan ajaran: Ingarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Ajaran ini yang merupakan warisan dari leluhur kita sebenarnya merupakan bagian dari ajaran Panca Sthiti Dharmaning Prabhu (Lima kewajiban sang Pemimpin) dirumuskan oleh Raja Harjuna Sasrabahu, yang terdiri dari :
- Tut Wuri
Handayani
Maksudnya seorang pemimpin senantiasa memberikan dorongan, motivasi dan kesempatan bagi para Generasi Mudanya atau anggotanya untuk melangkah ke depan tanpa ragu-ragu. - Ing Madya Mangun
Karsa
Maksudnya seorang pemimpin di tengah-tengah masyarakatnya senantiasa berkonsolidasi memberikan bimbingan dan mengambil keputusan dengan musyawarah dan mufakat yang mengutamakan kepentingan masyarakat. - Ing Ngarsa Sung
Tulada
Maksudnya seorang pemimpin sebagai seorang yang terdepan dan terpandang senantiasa memberikan panutan-panutan yang baik sehingga dapat dijadikan suri tauladan bagi masyarakatnya. - Sakti Tanpa Aji
Maksudnya seorang pemimpin tidaklah selalu menggunakan kekuatan atau kekuasaan di dalam mengalahkan musuh-musuh atau saingan politiknya. Namun berusaha menggunakan pendekatan pikiran (Viveka), lobiing, sehingga dapat menyadarkan dan disegani pesaing-pesaingnya. - Maju Tanpa Bala
Maksudnya pemimpin sebagai seorang ksatria senantiasa berada terdepan dalam mengorbankan tenaga, waktu, materi, pikiran, bahkan jiwanya sekalipun untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat.
KAKYANG DALANG SADHAR,
SOLUSI YANG TEPAT JANGAN BERPUTUS ASAH SETIAP MASALAH ADA PENYELESAIANYA AKI DARWO AKAN BANTU DGN ANKA GOIB/RITUAL....2D 3D 4D/SGP.../HKG/ TOTO MAGNUM/ MALAYSIA/ D JAMIN 100 JEBOL HUB DI NMR 085 -325-291-999....INSA ALLAH KI DARWO AKAN BANTU MKSH ROOM.X SOBAT
BalasHapusSOLUSI YANG TEPAT JANGAN BERPUTUS ASAH SETIAP MASALAH ADA PENYELESAIANYA AKI DARWO AKAN BANTU DGN ANKA GOIB/RITUAL....2D 3D 4D/SGP.../HKG/ TOTO MAGNUM/ MALAYSIA/ D JAMIN 100 JEBOL HUB DI NMR 085 -325-291-999....INSA ALLAH KI DARWO AKAN BANTU MKSH ROOM.X SOBAT